50

297 50 5
                                    

Seratus hari.

Benar, Sebin tak salah menghitung.

"Besok adalah hari keseratus aku berada di sini."

"Benarkah? Secepat itu?"

Sebin mengangguk sambil tersenyum. Namun, jika biasanya Hyuk yang lebih dulu memeluk, kali ini Sebin yang pertama meringkuk.

"Lelah?"

"Uhm."

Sudah tiga hari ini Sebin ikut membantu mempersiapkan pesta untuk ulang tahun sang Ratu.

Hyuk sudah melarang, berharap Sebin tidak ikut terlibat. Ia tak mau Jaehan mendengar itu dan berakhir membenci Sebin juga karena membantu.

Bagaimana pun, segala hal yang berhubungan dengan Ratu akan membuat menara Kim murka.

Sementara Sebin sendiri tak memikirkan hal ini. Dalam benak pria yang sedang memeluk Hyuk itu, justru terbersit pertanyaan yang lainnya.

Sebin mendengar Ratu dicap sebagai pengkhianat dan di penjara. Namun, karena Raja masih mencintainya, maka pesta selalu diadakan setiap tahunnya.

Mencintai?

Mengapa di mata Sebin, itu bukan cinta ataupun penghormatan seperti yang dikatakan? Baginya, itu justru tampak seperti cemoohan.

Pantas saja Pangeran tertua sebenci itu pada ayahnya.

"Hm? Kenapa diam? Apa yang kau pikirkan?"

Dalam pelukan Hyuk, Sebin bergumam, bercerita tentang apa yang baru saja ia pikirkan. Walau sebenarnya Sebin sendiri mengerti bahwa topik soal Ratu pasti akan membuat putra mahkota merasa tak nyaman di dalam hati.

"Aku belum pernah bertemu Ratu. Semua lukisannya juga sudah diturunkan."

Bahkan di kamar Jaehan pun, lukisan Ratu sengaja ditutup dengan kain. Tak ada yang berani bertanya pada Jaehan tentu saja, namun Jehyun pernah mengatakan bahwa alasannya adalah Jaehan tidak mau lukisan ibunya ditatap oleh mata-mata kotor orang istana.

Rasanya Hyuk bisa mengerti.

"Raja tak melarang?"

Hyuk menggeleng pelan.

"Saat perayaan, apa yang biasa pangeran Jaehan lakukan?"

"Jaehan hyung tak pernah turun. Biasanya, Jehyun Hyung yang akan menemaninya. Terkadang ada juga kabar yang tersebar bahwa mereka pergi ke penjara bawah tanah untuk bertemu Ratu."

Sebin menghela. Merasa kasihan, namun tak bisa melakukan apa-apa.

Jika benar bahwa ibunya adalah adik Ratu, bukankah itu artinya sang ratu adalah bibi-nya?

Ibunya bahkan terbunuh karena membela sang kakak, Ayahnya pun menjadi korban, Yechan ... adiknya kini ikut berjuang membela sang pangeran. Sementara dirinya ...

Sebin ingin mengatakan kegelisahannya, tapi saat merasakan tarikan napas Hyuk yang sama sesaknya, Sebin tahu tak hanya dirinya yang kesulitan karena kesalahan masa lalu.

"Hyuk-ah, sebenarnya apa yang sudah dilakukan Ratu? Pengkhianatan apa yang dilakukannya hingga raja yang notabene suaminya pun sampai memperlakukannya seperti itu?"

Untuk pertanyaan itu, Hyuk tak bisa menjawab karena jelas berhubungan dengan ibunya.

Ratu difitnah, ia tahu itu.  Akan tetapi, ini juga berkaitan dengan ibunya ... Hyuk tak ingin menyalahkan ibunya.

Sebin juga tampaknya cukup peka. "Maafkan aku jika banyak bertanya. Aku hanya penasaran dan itu membuatku tenggelam dalam pemikiran. Aku benar-benar minta maaf atas kelancangan yang sudah aku lakukan."

BloodLine ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang