(The End)

437 58 50
                                    

"Sebin-ah ..."

Sebin membuka mata, menoleh menatap putra mahkota -ah, sepertinya ia tak bisa lagi memanggil Hyuk dengan sebutan itu.

"Hyuk-ah?"

Ingin Sebin duduk, tapi tahu bahwa terakhir kali banyak bergerak, ia kembali pingsan karena sakit tak tertahankan.

Samar terdengar suara yang memanggilnya, yakin jika itu Hyuk, Sebin menoleh, dan menyuguhkan senyum.

"Kau terlihat kacau."

Hyuk yang biasa berpenampilan rapi, kini tampak tak mengurus diri. Rambutnya sedikit panjang, bisa Sebin lihat juga kumis tipis, dengan rahang yang tertutup jambang.

Sebin hampir tak mengenalinya jika saja Hyuk tak terus-menerus menyebut namanya.

"Apa karena aku?" penuh percaya diri Sebin menanyakan ini dan yang membuatnya terkesan adalah pria itu mengiyakan.

"Aku baik-baik saja, jika lukanya sudah mengering, aku pasti bisa kembali ke kamarmu lagi."

Hyuk menggeleng, "Tak ada lagi yang tersisa di sana, Sebin-ah."

Senyum di wajah Sebin menghilang.

Benar.

Ia baru teringat jika Yechan akan dinobatkan sebagai raja. Tentu Ia bahagia saat mendengarnya, namun kini ... melihat Hyuk yang seperti ini, Sebin merasakan dilema di dalam hati.

"Hyuk-ah, gwenchana?"

Hyuk mengangguk. "Aku tak peduli lagi dengan semua yang ada di sini, kecuali dirimu ..."

Sorot mata iba Sebin layangkan tanpa sengaja. Tangannya terulur untuk mengusap pipi yang terlihat lebih tirus dari yang Ia lihat terakhir kali.

"Selama kau tak terluka. Hyuk-ah, jangan bersedih ... kau akan bahagia selama aku ada, 'kan?"

Kali ini Hyuk menunduk.

"Sebin-ah, saat kau sembuh nanti, aku akan pergi. Tempat ini bukan rumahku lagi."

Sebin yang mendengar itu menggenggam tangan Hyuk erat. "Kau ... akan membawaku, 'kan?"

Karena jika pada akhirnya akan ditinggalkan, untuk apa ia diselamatkan?




✧❁❁❁✧✿✿✿✧❁❁❁✧




Berapa minggu berlalu dan semuanya masih terkendali karena Jaehan sudah mempunyai segala solusi.

Pemerintahan yang baru dengan Jaehan sebagai pemimpinnya. Katanya sampai Yechan dinobatkan sebagai raja.

Yechan masih belum sepenuhnya menerima, tapi ia bisa apa jika Jaehan sudah berbicara?

"Aku menitipkan Hangyeom padamu, Yechanie."

"Hangyeom Hyung belum mau bertemu denganku sejak saat itu, kenapa malah menitipkannya padaku?"

"Hanya kau dan Jehyun yang bisa mengurusnya. Kuharap dia segera sadar dari semua mimpi buruk yang selalu berada di dalam kepalanya itu."

Yechan tak lagi menanggapi. Ia melangkah mengikuti Jaehan yang berjalan perlahan menyusuri puing-puing di Antella.

Semua hancur lebur, menghitam, dan tampak seram.

Itu siang hari dan langit tampak gelap sekali. Dalam hati Yechan berharap hujan akan datang hari ini.

"Jika hari ini hujan, semua abu-abu dari mayat yang terbakar akan hanyut terbawa air hujan."

BloodLine ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang