47

238 46 3
                                    

Hyuk sungguh-sungguh memberi waktu dengan keluar dari kediamannya sendiri.

Yechan tak mengerti, tapi mau bertanya pada Sebin pun rasanya bukan waktu yang tepat untuk membahas ini.

Sepertinya Sebin sendiri pun tak berusaha mengatakan atau menjelaskan tentang itu pada adiknya sendiri.

"Jadi, ada apa?" tanya Sebin yang tampak lebih penasaran dengan hal yang katanya ingin Yechan bicarakan.

Kini, keduanya sudah duduk di sebuah ruangan yang penuh dengan tumpukan buku.

Bau buku lama dan baru bercampur menjadi satu. Yechan yang tak suka belajar sedikit tak nyaman, tapi Sebin menjelaskan bahwa ini adalah tempat paling aman selain kamar Hyuk karena didesign kedap suara. Jadi, pembicaraan mereka terjamin aman.

Yechan pun hanya bisa menurut saja.

"Sebenarnya aku ingin bertanya, mengapa putra mahkota terlihat seperti seseorang yang berbeda, tapi itu tidak penting sekarang. Walau tetap, bagiku kau masih berhutang penjelasan soal itu."

Sebin mengangguk. Ini adalah hal yang cukup membahagiakan untuknya karena melihat Yechan yang begitu peduli. Hal yang tak pernah Sebin rasakan sebelum ini.

"Hyung, langsung saja ... apa kau tahu siapa ibu dan ayah kita yang sebenarnya?"

Kedua alis Sebin saling bertaut, "Maksudnya?"

"Identitas mereka, asal-usul, atau semacamnya."

Yechan sangat berharap sedikit saja Sebin tahu, namun ia harus menelan rasa kecewa saat Sebin menggelengkan kepala. Meski masih bisa ia maklumi, karena Jaehan sendiri berkata bahwa saat kejadian, Sebin masih kecil sekali.

"Bisa kau katakan saja, sebenarnya ada apa, Yechan-ah? Aku sungguh tak bisa memahami pertanyaanmu yang seperti ini. Kita tinggal di desa, hidup sederhana, baik ayah maupun ibu juga tak pernah membahas apapun soal identitas mereka padaku. Maksudku, bukankah kita hanya rakyat biasa? Sebelum kejadian itu tentu saja ..."

Saat kalimat terakhir terucap, Yechan bisa mendengar suara Sebin yang sedikit bergetar.

"Aku sudah tidak menyalahkanmu, hyung. Lanjutkan dan jangan takut."

Jemari yang semula saling meremat, kini digengam Yechan dengan erat.

Lagi dan lagi, sikap Yechan yang melembut membuat Sebin terkejut.

Sebin merasa aneh, bertanya dalam hati apakah ia akan mati sebentar lagi?

Bukan apa-apa, tapi dua orang yang dulu membencinya kini berubah sedrastis ini padanya.

Hanya saja, jika memang benar usianya tak akan lama, rasanya Sebin akan meninggalkan dunia dengan bahagia.

"Kata-katamu itu sama seperti yang pernah dilontarkan putra mahkota padaku." Sebin tersenyum.

"Hm?"

"Hyuk. Dia juga pernah berkata agar jangan takut padanya."

"Hyuk? Hyung, kalian-"

"Dia memintaku untuk memanggil dengan nama lahirnya."

Yechan terdiam saat mendengarnya. Namun, "Hyung, aku tidak tahu apa hubunganmu dengannya, tapi mari kita abaikan tentang itu dahulu karena masih ada yang ingin aku tanyakan padamu."

"Tanyakan saja, Yechan-ah." Sebin dan kata tersinggung adalah dua hal yang tak pernah bersama. Jadi, meski ceritanya diabaikan oleh adiknya, ia bahkan tak memiliki rasa marah di hatinya.

Sebin mendengarkan Yechan dengan penuh perhatian.

"Hyung, apa kau tahu jika ibu adalah adik kandung dari sang Ratu?"

BloodLine ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang