Putra Mahkota menyingkirkan rasa malunya. Lagi pula, dalam pikirannya saat ini hanya bagaimana agar dirinya bisa menyenangkan kakaknya. Ingin agar Jaehan tak lagi membencinya.
Memang, awalnya ia tidak setuju, namun saat melihat raut wajah bahagia itu, Hyuk tak bisa lagi marah ataupun berharap Jaehan akan menghentikan kegilaannya.
Jaehan yang bertingkah gila jauh lebih baik daripada Jaehan yang menangis sepanjang waktu.
Saat melihatnya dulu, rasanya Hyuk ingin sekali membunuh semua orang yang berani menyakiti sosok yang ia cintai. Bahkan meski Jaehan meminta ia untuk bunuh diri, mungkin Hyuk akan menyanggupi tanpa menanyakan apapun lagi.
Sayang, daripada melihatnya mati, Jaehan lebih suka melihatnya diolok-olok seperti ini.
Bagaimana pun, dia adalah putra mahkota. Saat berada di arena gulat di tengah kota, indentitasnya menjadi rahasia. Tak banyak yang mengetahuinya. Mengetahui pun mereka akan memilih untuk menutup mulut, karena konsekuensinya sudah pasti, yakni mati.
Namun, semua hancur seketika saat Jaehan membuka semuanya.
Hyuk bahkan tak bisa marah. Sekarang pun ia hanya bisa pasrah.
Tapi, tidak dengan pertarungan, ia akan memberi tahu Jaehan bahwa tak akan ada yang bisa membuatnya kalah.
Itu adalah seleksi. Jadi, tentu saja bagi para pendaftar harus saling bertarung dulu sebelum pada akhirnya melawan dirinya.
Hyuk mungkin sedikit kewalahan, namun hatinya langsung hangat dan semangatnya kembali membara begitu Jaehan bertanya apakah ia sudah kelelahan.
Rasa cintanya pada Jaehan sungguh sederhana. Namun, karena ia yang berasal dari garis keturunan selir, Jaehan jadi membencinya.
Tak masalah, selama tak ada siapapun yang menarik hati kakaknya. Jika dengan kebencian, hanya ada dirinya dalam pikiran Jaehan, Hyuk tak masalah menanggungnya.
Akan tetapi, kenyataan terkadang tak memihak pada siapapun yang memiliki harapan. Akan selalu ada kekecewaan.
Mungkin benar jika garis antara cinta dan benci itu tipis, namun level tertinggi dari mencintai adalah rasa simpati dan sepertinya pangeran tertua tengah merasakan itu saat ini.
Perasaan simpati pada sosok yang begitu Hyuk kenali.
**
"Hyungnim, kau mengenalnya?" Putra mahkota bertanya dengan penuh curiga.
Jarang sekali ia melihat sorot mata Jaehan yang berbinar hanya dengan melihat rakyat jelata. Bukannya ia tak tahu juga siapa yang berjalan dengan gontai menuju ke arena.
Itu adalah Shin Yechan, si nomor dua.
"Jadi, dia ikut mendaftar?"
Hyuk yang tadinya tak terlalu memikirkan lawan, kini berubah gelisah.
Ia mungkin lebih besar, tak pernah kalah, dan dari segi fisik lebih sempurna, namun tubuh kurus itu ...
Ada alasan mengapa Yechan selalu menjadi nomor dua. Jelas bukan karena kelemahannya, tapi karena Hyuk selalu merasa Yechan sungkan padanya.
Pria itu mengetahui identitasnya, jelas rakyat biasa pasti akan ketakutan hanya dengan mendengar gelar yang disandangnya.
Dulu sebagai putra bungsu dari raja yang berkuasa, dan sekarang ia adalah putra mahkota walaupun masih banyak yang belum menerima.
Hyuk mungkin pernah mematahkan salah satu tulangnya, tapi tanpa Yechan sadari, ia juga mengalami cedera hingga tak bisa keluar kamar beberapa hari.
Pria itu bertarung untuk mencari uang, kalah menang mungkin tak masalah. Tapi, sekarang tujuan Yechan menjadi jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BloodLine ✅
FanfictionKim Jaehan is a prince who failed to become crown prince, met Yechan who intended to take revenge, but ended up falling in love with the prince