15

395 56 7
                                    

Suara tangis bayi menggema di ruangan besar, namun minim penerangan. Bahkan tak terlihat satupun perabotan, kecuali kasur usang yang bahkan sudah tak layak untuk dijadikan pembaringan.

Itu adalah sebuah penjara.

Satu-satunya yang terbesar di sana.

Wanita dengan kedua kaki yang masih terbuka itu membungkuk susah payah hanya untuk mengambil bayi yang baru saja dilahirkannya.

Ya, ia melahirkan sendirian, tanpa sedikitpun bantuan.

Bayi laki-laki yang kini berada dalam pelukannya terlihat tampan dan juga sehat.

Darah masih melekat, tangis yang tadi begitu keras langsung terhenti begitu mencium aroma ibunya. Bayi mungil itu perlahan mulai hangat setelah mendapat pelukan erat.

Hanya saja, tenaga yang dimiliki si wanita tak bisa mengimbangi rasa sayang yang dimilikinya.

Ia merasa sakit, lelah, dan mengantuk.

Kembali diletakkannya. Bayi yang tadi mulai tenang, kini menangis lagi. Lebih keras dari yang tadi.

Sepertinya wanita itu pun tak menyadari bahwa darah dari liang peranakannya masih mengalir tanpa henti.

Kesadarannya semakin terkikis, penglihatannya pun ikut memburam, sebelum gelap yang akhirnya menguasai.

Sementara di luar, penjaga yang mendengar suara berisik itu menghampiri, terkejut karena adanya bayi, segera ia memberitahu rekannya yang ikut berjaga.

"Beri kabar ini pada pengawal pribadi Raja!"

Tahanan wanita itu adalah seorang selir. Selir yang pernah menjadi kesayangan raja. Sayangnya, karena pengkhianatan yang dilakukannya membuat Raja tak memiliki pilihan selain menghukumnya.

Nama selir itu Yang Ah In. Ya, ibu dari putra mahkota saat ini, Yang Hyuk.

*

*

*

"Yechan-ah, ceritakan tentang dirimu."

Selesai berganti baju, Yechan diminta duduk di kursi, dekat dengan Jaehan yang sudah berbaring miring.

Seperti anak kecil yang minta dongeng sebelum tidur, Jaehan terus memaksa agar dirinya mau bercerita.

Sungguh jauh berbeda, Jaehan yang memakai pakaian kerajaan, dengan Jaehan yang hanya mengenakan jubah tidur kebesaran.

Yechan bertanya-tanya, berapa tepatnya usia Jaehan sekarang. Akan tetapi, ia belum memiliki kesempatan untuk bertanya.

"Tak ada yang istimewa dari diriku, Yang Mulia ..."

"Aku tahu, karena itu aku ingin mendengarnya. Aku ingin melihat seberapa sengsaranya hidupmu dan kakakmu di luar sana."

Semakin lama di sini, Yechan semakin menyesali keputusannya untuk menjadi pelayan orang ini.

Yechan pun mencoba mengingat, cerita apa yang kiranya ia punya. Namun, benar saja ... apa yang keluar dari bibirnya justru terdengar seperti ia tengah memamerkan hidup menyedihkan yang sudah ia lalui selama ini.

"Yechan-ah, katakan padaku ... apa Hangyeom mengatakan sesuatu sebelum kau memasuki istana hari ini?"

"Yang Mulia-"

"Panggil aku hyung, hm ... bagaimana jika hyungnim atau Jaehan saja juga tidak apa-apa."

Yechan mendesah, memang tidak apa-apa jika saja dirinya sudah bosan dengan kehidupan. Memanggil keturunan raja dengan lancang, Sebin pasti akan gila karena bisa melihat kepala adiknya yang sudah tergantung di depan gerbang.

BloodLine ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang