55

262 52 8
                                    

"Hyungnim?!"


Yechan, saat mendengar kata Hyungnim yang Hyuk lontarkan langsung menoleh, membuat keseimbangannya terganggu, meski harus bersyukur karena ia masih mampu menangkis serangan yang Ayah Hangyeom berikan padanya saat itu.

Benar.

Di sana berdiri Jaehan, menusuk Junghoon yang tidak tahu mengapa berani melukai Sebin yang notabene semua orang tahu jika ia adalah kesayangan putra mahkota.

Pakaian putih yang Jaehan kenakan terkena cipratan darah, namun wajah dingin itu tetap tidak berubah.

Raut sakit dan pucat yang tadi pagi Yechan lihat masih terlihat, hanya saja tatapannya yang tajam mengaburkan itu semua.

"Kim Jaehan ..."

Menunjukkan seringaian, Jaehan membalas panggilan yang Yechan gumamkan, "Aku tahu ... akan aku jelaskan padamu jika semua ini sudah berakhir, Yechanie."

Pedang belum tercabut, Junghoon yang memuntahkan darah bahkan tak bisa pergi ke mana-mana saat Jaehan kembali mendorong pedang di tangannya perlahan-lahan. Sengaja agar Junghoon merasakan penderitaan saat dagingnya terkoyak dengan pelan.

Melihatnya saja, jelas itu sangat menyakitkan.

Sebelumnya, Junghoon mungkin tak tahu siapa orang yang berani menusuknya dari belakang. Tapi, begitu Jaehan memperdengarkan suaranya, mata cantik itu membulat meski mulut tak bisa mengatakan sepatah katapun karena sakit tak tertahan yang ia rasakan.

Pegangannya pada gagang pedang yang masih berada di perut Sebin terlepas seiring dengan muntahan darah yang semakin banyak keluar dari bibirnya.

Walau pelan, Hyuk bahkan Yechan masih mampu mendengar kalimat yang Jaehan ucapkan.

"Sudah kuperingatkan padamu untuk jangan macam-macam denganku."



𖧷

Jaehan biasanya enggan memasuki tempat-tempat yang dimiliki dan ditinggali oleh selir-selir ayahnya.

Baginya mereka terlalu kotor untuk berhubungan dengannya.

Namun, mau tak mau ia harus menemui salah satu pangeran dari selir Han. Adiknya, pangeran ke-8.

Han Junghoon.

Tentu saja, Jaehan tak akan pernah mengakui mereka sebagai garis keturunan Kim.

Hanya ada dirinya dan Jehyun. Tak akan berubah pandangannya tentang itu. Sampai kapanpun, sampai ia mati sekalipun.

Bahkan Taedong yang merupakan sepupu pun lebih tau diri dari pada orang-orang ini. Adik sepupunya itu memilih mengawasi para pelayan dan menghandle dapur istana walau ia tak pernah meminta.

Pada dasarnya, Jaehan tak suka dengan semua selir yang ayahnya punya. Di matanya, mereka semua hanya benalu yang tak ada gunanya selain sebagai pemuas nafsu ayahnya.

Terlebih saat skandal selir Yang terjadi, Jaehan semakin sangsi bahwa para pangeran yang terlahir dari para selir adalah murni darah daging dari ayahnya.

"Junghoon ... di mana dia? Katakan aku ingin bertemu."

Pada para penjaga, Jaehan tetap meminta izin walau sebenarnya mendobrak pintu itu dengan paksa pun tak akan ada yang berani melarangnya.

Permintaannya dihadiahi anggukan, dan tak butuh waktu lama, adik cantiknya itu sudah berada di hadapannya. Tanpa senyum di wajah, tanpa sambutan yang Jaehan harap indah.

BloodLine ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang