56

249 54 7
                                    

Jaehan membuka mata.

Ia berbaring berhari-hari bukan karena ia mati, tapi untuk memulihkan diri dari rasa sakit yang menyiksanya selama ini.

Semua atas saran yang dokter beri.

Selama ini Ia tentu tidak diam saja atas penyakitnya. Sebisa mungkin Jaehan ingin hidup hingga Antella baru berhasil ia bangun.

Siapa sangka, dokter tiba dengan obatnya. Syaratnya hanya satu, berbaring di tempat tidur.

Pikir Jaehan, selain ia yang bisa beristirahat, mungkin ini juga kesempatannya untuk memicu kepemimpinan Yechan.

"Sepuluh hari, minimal tujuh hari. Obat ini bisa memperbaiki jantungmu, walau aku tidak yakin akan berapa lama itu akan bertahan."

Tentu saja, Jaehan tidak keberatan.





𖧷






Putra mahkota tak berani membawa Sebin pergi. Putra Mahkota bahkan tak berani mendekap terlalu erat pria yang ia cintai.

Ia terus menangis, memanggil nama pria itu berulang kali, menjaga agar Sebin tetap pada kesadarannya, agar tetap melihatnya.

Sebin tak boleh tertidur meski pria itu berkata bahwa matanya begitu berat. "Aku ... sangat mengantuk, Hyuk-ah."

Terbatuk, hanya berbicara secuil kalimat pun, Sebin tersedak karena darah yang terus mengalir dari mulutnya.

Yang membuat Hyuk tak tega adalah karena pedang Junghoon masih menancap, menembus perut Sebin yang ia yakin itu sakit luar biasa.

Sebin hanya pelayan, mengapa Sebin harus terluka alih-alih dirinya?

Lebih dari itu, mengapa ia tidak bisa melindungi seseorang yang ia cinta?

Mengapa Junghoon tega melukai seseorang yang tak ada hubungannya sama sekali dengan semua pertikaian ini?

Sebin hanya pelayan. Sebin bahkan tak bisa membela dirinya sendiri. Sebin ... bukanlah ancaman yang pantas mendapatkan luka sedalam ini.

Menatap pedangnya yang bahkan berhasil ditangkis dengan mudah oleh Junghoon tadi, Hyuk merasa semakin merana.

Melindungi Sebin saja tidak bisa, bagaimana ia bisa menjadi raja?

Hyuk ... merasa tak berguna.

"Hyuk-ah ..."

"Seharusnya kau tetap diam di kamar ..."

Tidak.

Yang ingin Hyuk katakan bukanlah kalimat menyalahkan, Hyuk ingin mengatakan, "Seharusnya aku yang terluka, bukan dirimu."

Meski Jaehan mengatakan Junghoon hanya ingin ambil bagian, tapi Hyuk tetap mengira bahwa ini adalah kesalahan yang sudah ia lakukan.

Penolakannya, ketidak-peduliannya pada tawaran pangeran ke-8 ...

"Maafkan aku, Sebin-ah ... semua ini salahku."

Sebin menggeleng, susah payah tangannya terulur hanya untuk menepuk pipi basah Hyuk. Hanya saja sepertinya pria itu tak lagi mampu mengatakan apapun.  Sampai Hyuk mendengar banyak langkah kaki menuju ke arah mereka.

Hyuk menghela, lega karena bantuan medis sudah tiba.

"Aku janji kau akan baik-baik saja." Kau harus baik-baik saja.

Beberapa paramedis yang memang Jaehan perintahkan untuk datang langsung menghampiri semua yang terluka -di pihak menara Kim tentu saja.

Sebin adalah pengecualian.

BloodLine ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang