Di antara sembilan pangeran, darah dari garis keturunan Kim adalah yang paling mendominasi.
Tentu saja, mereka adalah darah murni.
Jaehan dan Jehyun bisa mempengaruhi pengikut mereka dengan cara yang berbeda, namun hasilnya sudah pasti. Entah karena takut, simpati, mungkin juga karena rasa kagum yang begitu tinggi.
Jaehan terlihat lembut, namun kata tajamnya tak bisa diprediksi. Sementara Jehyun selalu tampak tak peduli, padahal diam-diam mengamati.
Yang satu bermata tajam, satunya bermulut tajam.
Ayah dan ibu mereka adalah sepupu, darah semurni ini di generasi mereka hanya Jaehan dan Jehyun yang memiliki.
Sayangnya, kecantikan Yang Ah in begitu memikat sampai raja mampu memenjarakan ratunya sendiri, ratu yang selama ini paling dicintai, paling dihormati.
Pagi itu, pertama kali di bulan ini Jehyun memutuskan untuk menyambangi kakaknya. Biasanya mereka hanya akan bertemu ketika ayah mereka meminta berkumpul atau tak sengaja berpapasan di jalan saat masing-masing dari keduanya tengah mengerjakan tugas yang memang dibebankan pada setiap pangeran.
Saat pertandingan antara Hyuk dan Yechan pun mereka tak saling bicara, meski duduk berdampingan. Saat itu Jaehan benar-benar fokus pada sosok belia yang memang mempesona.
Jehyun tiba dan memasuki ruangan yang cukup besar untuk dijadikan tempat belajar. Di sana berdiri seseorang yang ia ketahui adalah guru, di depannya ada Yechan yang tengah duduk mengantuk dengan buku dua tumpuk.
Ia berjalan ke arah Jaehan yang duduk dengan kaki disilangkan. Anggun, namun cukup mengintimidasi.
"Ada apa?" tanya Jaehan tanpa menoleh ke arahnya.
Jehyun tertawa, ikut duduk tak jauh dari hyungnya. Pakaian kerajaan Jaehan dan Hyuk selalu identik dengan warna hitam dan putih, namun Jehyun terlihat mencolok dengan warna-warna terang yang dipilihnya.
Jaehan berdecih, adiknya ini sungguh-sungguh membangun image ceria, meski berkebalikan dengan kepribadian yang sebenarnya.
"Galak sekali. Aku cuma ingin melihat peliharaan hyung yang baru. Hm ... kurasa ini adalah yang terbaik." Jehyun tersenyum membuat mata kucingnya menyipit, "hyungnim, kau ... tak ingin berbagi?"
"Jika kau memperbolehkan aku mematahkan lehermu, aku tidak keberatan dengan semua permintaan yang kau inginkan itu."
Jehyun merengut, "Jahatnya ... kau harus baik padaku, hyung. Hanya aku yang setia padamu."
"Benarkah? Jadi, rumor tentang kau yang membuka pahamu pada si bungsu itu hanya kabar palsu?"
"Hyungnim!" merah wajah Jehyun mendengar pertanyaan frontal dari yang lebih tua.
Sementara Jaehan justru menatap malas ke arah adiknya, "Aku tak peduli, Jehyunie ... tapi, jika aku mengetahui kau memakai perasaanmu pada anak itu, aku tak akan pernah mengijinkanmu bertemu lagi dengan ibu."
*
*
*
Jehyun kembali ke kamarnya dengan sedikit merajuk, tapi ia tahu nanti jika urusannya sudah selesai, Jaehan pasti akan datang untuk membujuk.
Itulah mengapa Jehyun tak bisa dan tak mau memusuhi, karena meski mulut pedas kakaknya cukup sering menyakiti, tapi penawarnya akan Jaehan bawa dan antar sendiri.
Lagi pula, ia hanya bermain-main dengan adiknya. Hyuk juga sama, pangeran kesepian yang hanya memiliki sedikit teman.
Bermula dari Jehyun yang memang senang berkeliaran. Malam itu ia masuk ke dalam menara Yang dan mendapati adiknya tengah duduk sendirian sambil menatap ke arah kolam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BloodLine ✅
FanfictionKim Jaehan is a prince who failed to become crown prince, met Yechan who intended to take revenge, but ended up falling in love with the prince