22

327 54 12
                                    

"Entahlah, kurasa ... aku hanya ingin tahu banyak tentangmu."


*

*

*

🔞

Malam itu, Hyuk berniat ingin keluar lagi, namun rupanya ada tamu tak diundang yang menyambangi kamarnya.

"Hyuk-ah!" sapanya ceria.

Itu adalah pangeran ke-2. Satu-satunya pangeran yang mungkin mau berteman dengannya, meski mengambil sedikit keuntungan, tapi tak mengapa.

Hyuk mengurungkan niat dan meletakkan kembali pakaian yang biasa ia kenakan di luar sana.

"Kau mau pergi? Lagi?"

Pangeran kedua meletakkan bokongnya di atas tempat tidur sang putra mahkota, menatap cukup kecewa.

"Tidak. Hyungnim ada di sini, jadi aku tidak akan pergi."

Namun, sepertinya penjelasan itu juga belum cukup membuat kakaknya merasa lega.

"Semalam aku juga datang, tapi penjaga bilang kau sudah tidur. Katakan, kau pergi keluar, 'kan?"

Hyuk ikut duduk, mengangguk.

"Tidak bisakah kau berhenti berkeliaran? Bukannya aku peduli, tapi asal kau tahu ... terlalu banyak yang mengincar kepalamu."

Hyuk menoleh, "Aku tahu, hyungnim. Terima kasih ..." tersenyum, ia pun berjanji tak akan ke mana-mana malam ini.

Hyuk merasakan gelombang kebimbangan. Masih tak bisa mengenyahkan bayangan Kim Jaehan setiap kali Jehyun datang menyambanginya. Seandainya saja yang datang dan melontarkan kalimat penuh perhatian itu adalah Jaehan ...

Apalagi malam ini Jehyun datang dengan jubah tidur yang hampir sama dengan milik kakak tertua mereka.

Menunduk, ia menatap pangeran kedua dengan pandangan yang sarat akan hasrat.

"Hyungnim ..."

Hyuk mendorong pelan hingga kepala kakaknya membentur bantal. Lagi pula, untuk apa lagi kakaknya yang satu ini datang jika bukan untuk hal  yang sudah cukup lama mereka lakukan bersama?

Menahan pergelangan tangan Jehyun, Hyuk mulai menarik satu-satunya tali yang melindungi tubuh Jehyun saat ini.

"Hyuk-ah, tidakkah kau sedikit terburu-buru malam ini?" Jehyun bertanya karena tak biasanya Hyuk langsung ingin melakukannya.

Namun, Hyuk hanya berkata bahwa ada yang membuatnya resah, dan ia bisa gila jika tak segera melampiaskannya.

Jehyun, di sela cumbuan yang Hyuk berikan tertawa, ia usap rahang pria yang lebih muda darinya itu hingga membuat pemiliknya mendongak menatapnya, "Kau kesal dan cemburu pada Shin Yechan itu?"

Mengangguk, Hyuk mulai menciumi bibir dah leher Jehyun lagi dengan rakus sekali. Tanda merah menyebar cukup banyak kali ini.

Jehyun tak bisa menahan perasaan gemas di dalam hati.

"Kecemburuanmu begitu lucu, Hyuk-ah ..."

Akan tetapi, Jehyun bisa memahami. Selain karena Jaehan yang tak membalas perasaannya, sang putra mahkota pasti merasa harga dirinya begitu terluka.

Hanya saja, Jehyun merasa itu bukan urusannya lagi. Ia datang sebenarnya bukan untuk ini, ia hanya ingin mencegah adiknya pergi, karena sudah banyak yang mulai mengenali wajah Hyuk setelah gerbang dibuka untuk pertama kali sejak hukuman pada Selir Yang dijatuhkan.

Mendengar cerita, kabarnya juga itu karena kakak tertua mereka dengan sengaja membuka penutup wajah yang Hyuk kenakan saat mereka berada di kota.

"Kau terlihat sangat putus asa, Hyuk-ah."

BloodLine ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang