"Yang Mulia, tolong maafkan Junghoon Hyung. Dia melakukan itu karena aku. Menara Han tidak bersalah, aku yang salah. Kau bisa menghukumku untuk kesalahan itu."
𖧷
"Junghoon hyung melakukan itu karena aku. Karena aku menyukaimu."
Hyuk yang hampir mengayunkan pedangnya ke leher Pangeran Jinwoo terhenti.
"Apa?"
Pangeran yang selalu mengikuti adiknya -Pangeran ke-8 kemana-mana itu jatuh berlutut. Namun, tatapan Hyuk juga semakin menuntut.
"Jelaskan padaku!"
"Aku selalu menyukaimu! Sejak kecil aku selalu ingin dekat dan bermain denganmu. Akan tetapi, Jaehanie Hyung lah yang selalu kau cari. Aku ingin melupakan, namun semakin usia kita bertambah, perasaan ini juga tak lagi bisa aku cegah."
Karena itu Jinwoo meminta adiknya yang lebih berani untuk masuk ke dalam aliansi. Padahal Junghoon sudah memperingatkan bahwa lebih baik mereka tidak berurusan dengan menara Kim.
Tak ada ampunan, terlebih Junghoon lebih dulu mendapat peringatan.
Akan tetapi, Junghoon yang selalu baik hati, mana mungkin bisa menolak keinginannya yang menggebu ini.
Bahkan Jinwoo sendiri selalu sulit berhadapan dan bertatapan mata dengan putra mahkota, memilih bersembunyi alih-alih ikut bicara.
Junghoon melakukan semua untuknya. Mereka yang hanya tumbuh berdua. Meski dekat dengan Jehyun, akan tetapi lagi-lagi selalu ada jarak mengingat Pangeran kedua adalah pemilik garis keturunan utama.
Mereka pun tahu diri untuk tidak melangkah melewati batas tak kasat mata ini.
"Lantas, kau sudah puas?"
"Huh?" Jinwoo mendongak, menatap Hyuk yang bertanya tanpa ada ekspresi di wajahnya.
"Apa guna maafmu sekarang? Pangeran ke-8 sudah terbunuh oleh Kim Jaehan. Jadi, apa kau sudah puas setelah memaksakan keegoisanmu padanya?"
Junghoon tak seharusnya mati seperti ini. Jika saja mereka menuruti Jaehan untuk tidak ikut ke dalam pertikaian, bahkan meski tak bisa lagi duduk di kursi bersama deretan para bangsawan, Jaehan pasti akan memberi pengampunan dan kedamaian.
Sayangnya semua sudah terlambat.
"Sejak dulu, aku merasa bahwa memiliki kekasih bukanlah hal yang ingin aku tuju. Aku hanya ingin kalian ... para kakak-kakakku melihatku, bermain denganku, tertawa, dan menangis bersamaku. Aku tak butuh rasa sukamu jika itu artinya kau harus mengorbankan nyawa saudaramu."
Lagi pula, Hyuk hanya mencintai dua kali, Kim Jaehan yang akan selalu ia kagumi sebesar apapun pria itu menaruh benci, dan Sebin -seorang pelayan yang takut padanya, namun tetap mendekat walaupun tahu bahwa warna di dalam kehidupannya begitu gelap, begitu pekat.
"Hyuk-ah ..."
"Pergilah, hyungnim."
Hyuk menjatuhkan pedangnya dan pergi meninggalkan Jinwoo yang kembali menangis penuh penyesalan.
Hyuk bahkan tak menoleh lagi. Di tengah kegelapan malam, ia berjalan mengambil salah satu obor penerang jalan.
Tak ada yang ia pikirkan, kecuali menghancurkan segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BloodLine ✅
FanfictionKim Jaehan is a prince who failed to become crown prince, met Yechan who intended to take revenge, but ended up falling in love with the prince