28 - Punishment

607 25 4
                                    

Mohon memberikan dukungannya.....




Sabrina

Setelah hampir bercinta lagi dengan Stefan akhirnya aku memutuskan kembali ke kamar sesudah makan malam. Padahal aku yakin Stefan sudah tidak mampu lagi menahan diri apalagi sudah lama kami tidak bercinta. Tapi sesungguhnya aku tidak peduli karena saat ini aku sedang berada di Bali dan berniat menikmati wisata ini semaksimal mungkin. Lagipula saat ini aku pun sedang dalam kondisi not in mood dalam bercinta. Ngomong-ngomong soal Prisilia dia memang agak pendiam tapi cantik. Dia tidak satu kelas denganku tapi secara kebetulan kami bisa satu kamar. Semoga saja kami bisa berteman dengan baik untuk kedepannya.

Saat tengah memainkan ponsel untuk bermain game ternyata Stefan mengirimkan pesan padaku. Dia bilang sangat merindukanku padahal tadi kami baru bertemu tapi aku tidak ada niatan untuk membalasnya dan malah tidur.

Keesokan harinya kami semua menuju pantai Pandawa dan sekolah menyediakan bus tiap kelas. Secara kebetulan aku satu bus dengan Stefan. Dia tampan seperti biasanya walau hanya memakai kaus oblong dan sendal jepit. Meski tidak sepopuler pantai Kuta tapi Pantai Pandawa jauh lebih bersih dan suasananya terasa asri sehingga membuat kami merasa terhibur.

Karena begitu merindukan suasana pantai aku pun memutuskan berenang dengan menggunakan bikini yang ku pakai tempo hari saat sedang bersama Stefan. Joy bilang bikini ini sangat seksi namun cantik dan dia memujiku luar biasa. Syukurlah kalau penampilanku terlihat bagus karena sebenarnya aku sedikit merasa tidak percaya diri saat mengenakan bikini ini.

Tidak membuang banyak waktu aku berlari menuju pantai dan berenang bersama yang lainnya. Namun ku rasakan tatapan tajam dari Stefan yang tentu saja lagi-lagi aku abaikan. Dia pasti marah-marah di rumah saat aku memakai bikini ini tapi hari ini aku tidak peduli dan tidak mau memikirkannya. Ayolah kapan lagi aku menikmati hidup seperti ini, terlebih Stefan sangat jarang mengajakku untuk berlibur.

Untung saja di SMA Pelita Dunia tidak terdapat murid laki-laki mesum. Karena kalau tidak tentu kami para murid perempuan akan digoda karena menggunakan bikini. Selain itu rasanya aku tidak mau berhenti berenang karena airnya sesegar ini dan di kemudian hari ingin jalan-jalan lagi ke Bali bersama Stefan. Yah meskipun sangat sulit dalam membujuknya karena Stefan terlalu banyak pertimbangan.

Pulangnya dari Pantai Pandawa kami semua berbelanja di pusat oleh-oleh Krisna. Karena kalap aku berbelanja lumayan banyak bahkan tidak terasa uang yang diberikan Stefan hampir habis. Fyuh.. pasti aku akan diceramahi karena menjadi istri yang boros, apalagi Stefan terlalu perhitungan soal uang meskipun dia tidak pelit. Dia hanya ingin aku mengalokasikan dana dengan bijak!



...................................





Tanpa terasa kini kami berada di penghujung acara dan bersiap-siap kembali ke Jakarta. Padahal aku masih mau disini kalau bisa selama sebulan, tapi tentu saja itu tidak mungkin. Ku lihat Joy di sebelah tertidur pulas karena kelelahan, meski waktunya singkat tapi traveling ini memang lumayan berkesan apalagi bersama teman-teman lainnya kami banyak mengabadikan foto kebersamaan. Sayangnya aku tidak bisa foto bersama Stefan karena pernikahan kami yang sifatnya rahasia sampai saat ini.

Sesampainya di rumah aku langsung tiduran di sofa karena lelah. Bahkan semua barang berserakan di lantai tapi aku belum bisa membereskannya karena lelah. Sudahlah aku tak peduli lagi asalkan bisa tidur dulu untuk saat ini.

"Sabrina sebaiknya kamu mandi dulu sebelum istirahat!" Ucap Stefan yang melihatku tiduran di sofa dan dia mulai membereskan barang-barang yang berserakan.

"Aku lelah.. aku mau tidur dulu.."

Tanpa mendengarkan omelan suamiku satu ini tentu saja aku cepat terlelap. Bahkan aku tidak peduli jika badanku bau setelah seharian tadi jalan-jalan di Bali sebelum pulang ke Jakarta.

Tanpa terasa hari sudah malam dan aku akhirnya terbangun. Suasana rumah terasa sepi yang mungkin saja Stefan tidur di kamar. Setelah mandi dan berganti pakaian ternyata Stefan sedang berada di dapur. Karena lapar aku pun langsung menyantap makanan yang dimasak Stefan, apalagi dapur kami bersatu dengan ruang makan. Terlebih makanan buatana Stefan semuanya enak entah darimana dia belajar.

"Pelan-pelan nanti kamu keselek!" Stefan memperingatkanku untuk tidak terburu-buru soal makan tapi karena aku lapar tentu aku tidak bisa.

"Stefan aku minta maaf... karena uang yang kamu kasih habis semua dipakai belanja saat di Bali" ucapku akhirnya memutuskan jujur dengan nada memelas.

"Kamu emang suka ya aku hukum? Tapi... ya sudahlah nasi sudah jadi bubur lagipula ini kesalahanku juga" balasnya dengan menghela nafas panjang.

"Jangan marah lagi..."

"Aku gak marah kok..." ucapnya namun entah mengapa aku merasa curiga.

Setelah selesai makan dan beres-beres dapur Stefan langsung menciumku di kamar mandi dengan tidak sabaran. Sudah ku duga dia pasti seperti ini karena tidak mungkin juga Stefan membiarkanku yang sudah menghabiskan uangnya. Dalam posisi Stefan yang memangkuku dia mulai mencium bibirku dengan hebat dan mulai menggunakan lidahnya. Entah kenapa dia makin hari makin agresif dan tidak malu-malu lagi dalam menunjukkan hasratnya.

Aku membalasnya dengan agresif dan sepertinya aku pun mulai ahli dalam berciuman karena ajaran Stefan pastinya. Setelah itu aku melepaskan ciumannya duluan karena merasa sesak. Saat aku masih terengah-engah jari Stefan mulai menyentuh belahan dadaku terlebih saat ini aku tengah memakai lingerie yang sangat seksi. Tentu saja di balik lingerie ini aku tak memakai apapun.

Tatapan Stefan sangat berkabut dan tanpa sadar mulai menghipnotisku. Dia mengelus pahaku lembut dan mulai menciumi leherku, awalnya ia ciumi lembut dan kini dia mulai memberiku love bite di area leher. Aku memberikan akses dengan mengadahkan leherku dan hisapannya di leher ini membuatku terbang melayang.

Tanpa terasa gaunku tersingkap ke atas dan Stefan melakukan hal yang intim dan membuatku tak sanggup untuk berpijak di bumi lagi. Semua sentuhannya sangat memabukan dan aku tak akan pernah bisa menolaknya.

"Stefan jangan.... hhhhh"

"But i can't stop..."

Akhirnya desahanku keluar juga dan mulai menggigit bibir. Stefan menatapku dalam dan tanpa mengatakan apapun lagi dia menenggelamkan wajahnya di dadaku.

Ketika mataku terpejam, ternyata Stefan tengah menggendongku dan kami menuju kamar. Kini dalam keadaan terlentang dia menatapku sambil tersenyum. Dengan tatapan yang mesra aku mengusap pipinya dan perlahan Stefan kembali menciumku lagi. Kami berciuman sangat mesra hingga tangannya mulai menggerayangi tubuhku dan Stefan mengusakan wajahnya di dadaku sambil menciumnya penuh hasrat.

Aku meremas sprei hingga kami bercinta dengan desahan yang menggema. Satu sama lain kami saling menarik dan tidak ada yang mau berhenti. Semua area rumah sudah menjadi saksi bisu karena telah menjadi tempat kami bercinta. Aku sangat bahagia dan merasa begitu dicintai oleh Stefan. Bibir kami penuh luka karena saling menggigit namun aku tak merasa menyesal sedikitpun.

Hingga dengan desahan yang histeris aku merasakan Stefan membisikan sesuatu padaku....

"Sabrina sepertinya aku sudah gila...."



Bersambung...

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang