Yang belum voment masih ditunggu sama author!
Sabrina
Perkataan Stefan yang bilang jika aku merupakan permata baginya membuatku sangat tersentuh. Bahkan tanpa sadar aku menitikkan air mata karena terharu dengan sikap romantisnya. Aku memang sangat beruntung mendapatkan suami sebaik dirinya sehingga aku langsung duduk di pangkuan Stefan dan memeluknya erat. Semua tingkahnya selalu membuat hatiku menghangat.
"Stefan.. i love you.." ucapku berbisik.
"Love you more..."
Kami berlama-lama dalam posisi ini namun usapan Stefan di punggung membuatku tertidur di pelukannya. Stefan memiliki dada yang bidang dan pundak yang lebar sehingga membuatku merasa nyaman. Bersama dirinya memang selalu membuatku tenang hingga rasa kantuk pun datang.
.................................
Saat terbangun tanpa sadar sekarang sudah jam 9 malam dan perutku terasa lapar. Aku bergegas makan namun ku lihat Stefan sedang berbicara dengan seseorang di telepon dan tampak serius. Tapi karena perutku minta diisi tentu saja aku tidak fokus dengan Stefan dan malah makan dengan lahap. Lagi-lagi Stefan yang masak meski pekerjaan rumah terbantu dengan hadirnya maid di pagi hari, tetap saja saat malam Stefan yang memasak.
Aku sebenarnya sadar diri selama ini belum jadi istri yang baik. Aku masih berusaha fokus sekolah sekaligus fokus belajar memasak. Namun karena aktivitas di sekolah makin padat terlebih sudah kelas 3 SMA, aku jadi seringkali tidak bisa menjalankan peran sebagai seorang istri. Beruntung Stefan memaklumi itu semua dan tidak pernah memberatkanku. Dimana lagi aku mendapatkan suami sebaik dia di dunia ini?
Setelah selesai makan aku segera mencuci piring karena cucian piring mulai menumpuk bukan main. Tak lama Stefan mulai memelukku dari belakang dan berkali-kali mengecup tengkukku. Meski sedikit merasa geli aku mencoba membiasakan diri dengan semua ini.
"Sabrina kayaknya aku harus ngasih kamu les privat gratis deh soalnya nilai matematika kamu sangat buruk..."
"Bersama kamu? Tapi gratis kan?" Aku membalas ucapannya sambil menyelesaikan pekerjaanku.
"Bayarannya kamu setiap malam harus telanjang di depanku" ucapnya sambil berbisik di telingaku dan membuatku begitu merinding.
"Stefan mesum....!!"
Aku memukul tangannya lembut namun Stefan mulai berlari menjauh. Hingga akhirnya kami kejar-kejaran di semua area rumah dengan tawa yang menggema.
......................................
Esok harinya aku sekolah seperti biasa namun sebelum sampai kelas aku melihat selebaran yang di tempel di mading yang berisi kompetisi menulis novel. Ternyata hadiahnya lumayan fantastis yaitu hadiah uang sebesar 100 juta rupiah. Wow dengan uang sebesar ini aku pasti bisa jalan-jalan ke luar negeri bersama suamiku!
Karena merasa tertarik aku pun memfoto pengumuman tersebut dan berjalan menuju kelas dengan hati yang riang gembira. Sambil mengkhayal aku pun malah senyum-senyum sendiri dan sesampainya di kelas ada Joy dan Prisilia yang menunggu kedatanganku.
"Untung aja lo masih belum telat masuk Bri atau gak Pak Danu bakal hukum lo berdiri di tiang bendera seharian!!" Ucap Joy sambil menyuruhku untuk segera duduk.
"Emang Pak Danu udah dateng?" Aku bertanya karena penasaran.
"Ya belum sih.. OTW mungkin" Joy membalas sambil merapikan seragamnya yang kusut.
"Btw gue penasaran deh sama istrinya Pak Stefan.. soalnya kayaknya dia bucin abis!" Tiba-tiba Prisilia membahas Stefan dan membuatku sedikit tak nyaman.
