Ayo dong vote nya jangan hanya baca! Kan gak susah hanya mengklik tanda bintang!
Stefan
Selama waktu ujian akhir semester yang ku lihat Sabrina sangat semangat belajar bahkan sampai lupa waktu. Karena dia berusaha untuk fokus dengan ujiannya tentu saja aku tidak mau mengganggu. Sialnya tubuhku ini memang tidak bisa diajak kerjasama karena aku merindukan Sabrina. Aku mencintainya dan ingin melihat Sabrina bahagia sehingga berusaha sekuat tenaga menahan diri untuk menyentuhnya. Aku tidak mau menjadikan Sabrina sebagai pemuas gairahku semata, dia jauh lebih berharga daripada itu.
Selama pekan ujian berlangsung kami tidak pernah bercinta karena aku tidak mau membuatnya lelah. Sehingga saat ujian berakhir aku tentu ingin bersenang-senang dengan istriku. Sayangnya Sabrina menolak bahkan langsung mengunci pintu kamar dan aku berakhir tertidur di sofa ruang TV. Tentu saja aku mencoba bersabar dan berpikir dengan logis karena pernikahan bukan cuma soal seks semata.
Bodohnya lagi aku sering mimpi bercinta dengan Sabrina. Bahkan respon sensualnya membuatku gila.. aku tidak mengerti kenapa jadi bersikap seperti laki-laki hiperseks. Padahal dulu aku tidak seperti ini dan bisa menahan diri tidak berhubungan seksual dalam waktu yang lama. Ini sangat gila dan sekuat tenaga aku mencoba untuk mengendalikan diri tapi sangat sulit.
Tidak mau lagi menahan diri, rencananya di Bali aku memutuskan untuk memesan kamar di lantai paling atas dan jauh dari para civitas SMA Pelita Dunia. Sehingga aku bisa menikmati waktu bersama Sabrina bahkan aku akan memenjarakannya seharian penuh. Aku tidak peduli jika Sabrina bilang lelah karena selama dua minggu ini dia selalu menolak berhubungan suami istri denganku. Rasanya jiwaku makin kering kerontang karena diliputi rasa haus yang besar akan sentuhan dirinya.
Saat dia datang ke kamarku tentu saja aku langsung mencium bibirnya. Ah.. aku sangat merindukannya dan Sabrina malah terus menyiksaku dengan menghindar serta banyak alasan saat aku memintanya bercinta. Bibirnya yang manis, deru nafasnya yang hangat dan kelembutan kulitnya membuatku gila.
Saat mencium bibirnya semakin dalam tanpa sadar aku meremas bokongnya. Ciumanku yang makin intim dan intens malah dia lepaskan begitu saja sehingga membuatku bingung. Padahal gairahku sedang berada di ujung puncak tapi lagi-lagi dia mempermainkanku.
"Kenapa sayang?" Tanyaku padanya dengan tak sabar.
"Stefan.. aku gak mau kita bercinta disini.. kayaknya aku harus kembali ke kamarku" jawabnya lirih.
"Kita udah lama gak bercinta.. aku kangen banget sama kamu" ucapku membujuknya.
Sabrina tampak bimbang dan tanpa sadar dia menggigit bibirnya. Tidak mau membuang banyak waktu aku pun kembali menciumnya dan melepaskan pakainnya secepat mungkin. Sudah terlalu lama aku menahan diri dan malam ini aku bertekad tidak mau menyia-nyiakan kesempatan.
Saat melihat belahan dadanya yang lembut dalam hati aku pun bersorak. Dalam keadaan dia berada di pangkuanku, aku mulai mengecup telinganya dan menggigitnya lembut. Sabrina tampak mulai terangsang dan aku pun berjanji tidak akan berhenti...
Aku mulai mencium lehernya yang wangi dan lembut. Sabrina tidak tahu jika dia semenggoda ini bahkan aku tergerak untuk membuat banyak tanda di tubuhnya. Tapi aku menahan diri karena takut tanda tersebut tidak bisa hilang selama berhari-hari dan membuat orang lain curiga.
Aku mencium lehernya yang wangi tanpa membuat tanda. Sudah ku duga Sabrina mulai mengadahkan lehernya dan menutup matanya pasrah. Sambil menyeringai aku pun mulai mengelus punggung mulusnya dan memindahkan ciuman ke belahan dadanya yang seksi. Bahkan aku mulai membubuhkan love bite di area tersebut dan Sabrina hanya mengelus rambutku lembut.
