Ayo yang belum vote dan komennya ditunggu!
Sabrina
Setelah malam panjangku dengan Stefan di pagi hari aku mengeluh karena merasa lelah. Tadi malam aku baru tidur pukul 2 malam karena Stefan terus menghajar tubuhku. Dia semakin hari semakin buas dan menghabiskan staminaku sehingga tampaknya aku harus membuat peraturan agar dia bisa mengendalikan dirinya saat berdekatan denganku. Kalau aku sakit tentu saja bukan hal yang baik bukan?
Di sekolah aku terus-terusan mengantuk dan berkali-kali dimarahi Bu Sonya. Entahlah saat ini aku hanya butuh tidur daripada belajar, padahal sebentar lagi naik kelas 3 tapi malah malas-malasan seperti ini. Tapi bagaimana lagi kalau setiap malam aku selalu lembur? Ini semua ulah Stefan dan aku harus bersikap tegas untuk kedepannya.
Soal Jefan.. kami benar-benar menjauh dan seperti orang asing. Meski sedih aku harus memakluminya karena Jefan pasti merasa sangat kecewa padaku. Aku hanya berdoa supaya ibunya kembali sehat dan operasinya berjalan lancar.
Pukul 5 sore aku memutuskan pulang ke rumah sehabis mengantar Joyce shopping. Dia bilang sangat stres karena menjomblo sehingga mengajakku berbelanja. Padahal jadi jomblo sama sekali tidak semengenaskan itu, Joyce memang sangat lebay. Dia terlalu menye-menye padahal hidup ini tak melulu soal cinta.
Namun sesampainya di rumah aku malah melihat Stefan sedang bermesraan dengan Rossy.. bagaimana bisa Stefan sejahat itu padaku padahal aku sangat mencintainya. Aku sangat emosi dan kecewa bukan main dengan semua ini.
Dengan wajah penuh air mata aku pergi meninggalkan mereka berdua. Aku sudah tidak peduli lagi dengan pernikahan sialan ini. Dibandingkan dengan Rossy yang cantik dan dewasa aku memang tidak ada apa-apanya. Yah tentu saja aku kalah jauh dari Rosy, aku hanyalah gadis ingusan yang kekanakan.
Aku sudah menyerahkan segalanya pada Stefan entah itu perasaanku, hatiku bahkan tubuhku. Tapi kenapa balasan dia seperti ini? Sambil terus berjalan tanpa tujuan.. aku hanya menangis.. kalau begini lebih baik aku ikut ayah dan ibuku saja ke surga.
Entahlah bagaimana caranya kini aku sudah sampai di tepi jurang.. perasaanku sangat kacau sehingga tidak mampu lagi berpikir jernih. Ku dengar di belakang Stefan memanggil dan emosiku yang tidak terkendali pun mulai keluar.
Aku sangat membencinya sampai ada keinginan untuk bunuh diri saja. Kalau memang Stefan memilih Rossy maka untuk apalagi aku hidup di dunia ini. Tidak ada artinya aku hidup kalau harus menjalaninya tanpa Stefan.
"Jangan melakukan hal yang nekat Sabrina.. ayo kemarilah" ucap Stefan dengan wajah sendunya.
"Aku mau mati.. aku membencimu!" Dengan air mata yang semakin deras aku mengancam Stefan.
"Kalau kamu pergi.. aku sama siapa Sabrina?" Balasnya lemah.
"Urusi saja Rossy dan anaknya itu, bukannya ini yang kamu inginkan??"
Stefan tidak menjawab pertanyaanku namun malah semakin dekat denganku. Aku tidak akan tinggal diam.. dengan emosi aku mengancamnya.
"Kalau kamu semakin dekat, aku akan loncat ke jurang ini!" Ucapku dengan nada yang emosi dan sarat akan kemarahan.
"Sabrina.. apa masih kurang saat aku katakan aku mencintaimu?" Dengan wajah lelah dan frustasi Stefan mengatakan cinta padaku.
Aku hanya terdiam tidak mengatakan apapun. Wajah Stefan tampak bersungguh-sungguh dan aku mulai goyah. Saat mulai luluh dengan ucapan Stefan tanpa sadar aku malah terjatuh ke jurang..
"Sabrina!!..........."
Setelah itu pandanganku menjadi gelap dan tidak lagi mengingat apapun.