35 - Separate

271 11 5
                                    

Mohon memberi dukungannya dengan vote!!!






Stefan

Dalam hidup tentu saja selalu terjadi hal yang tidak terduga, seperti pernikahan rahasiaku bersama Sabrina yang tiba-tiba diketahui publik padahal aku yakin sudah menyembunyikannya serapat mungkin. Sialnya pernikahan rahasiaku harus terbongkar saat Sabrina dinyatakan hamil sehingga membuat kepalaku sangat pusing saat memikirkannya karena masalah datang berbondong-bondong tiada henti. Mengapa ini semua bisa terjadi dan siapa yang membocorkannya aku bahkan tidak tahu.

"Lebih baik Pak Stefan segera mengundurkan diri dari SMA Pelita Dunia kami para guru tidak mau anda bekerja disini dan mengotori otak para murid!!" Ucap salah satu guru dengan penuh kemarahan.

Saat ini aku memang sedang berada di ruang rapat dan para guru langsung membahas masalah ini. Ku lihat mereka sangat murka dan menatapku seolah aku merupakan barang yang menjijikan. Tapi aku berusaha tenang meskipun tentu saja perasaanku sudah tidak menentu. Semua orang tampak menghakimiku dan bohong sekali kalau aku mengatakan saat ini baik-baik saja.

"Semuanya tenang dulu.. biarkan Pak Stefan memberikan alasannya" balas pak kepala sekolah mencoba netral.

"Kami gak butuh alasan dari seorang guru cabul dan pedofi macam dia.... segera pecat dia pak Kepala!!" Ucap guru yang lain emosi.

"Saya juga sama sekali gak menyangka jika Pak Stefan secabul ini!! Kami sangat kecewa!!!"

Suasana ruang rapat berlangsung ricuh dan sulit untuk kondusif lagi. Alhasil pak Kepala pun memberi kode agar aku segera pergi ke ruangannya. Mau tidak mau aku menuruti apa permintaan pak kepala, tapi karirku sebagai guru tampaknya akan segera tamat karena masalah ini.

"Bagaimana bisa pernikahan rahasia ini bocor Stefan?" Setibanya beliau di ruangan, pak kepala langsung membicarakan masalah ini padaku tanpa basa-basi.

"Saya juga tidak tahu pak Kepala.." jawabku dengan pasrah.

"Saya tidak bisa lagi membantu kamu Stefan.. maaf sepertinya kamu harus segera mengundurkan diri karena saya gak mau mecat kamu..." ucapnya dengan nada prihatin.

"Selama ini pak kepala sudah sangat berjasa bagi saya.. anda tidak perlu minta maaf.. saya undur diri dulu"

Saat aku keluar dari ruangan kepala sekolah semua murid berdiri di lapangan dan mulai melakukan demo. Mereka ingin aku segera dipecat bahkan banyak sekali tulisan-tulisan penuh hinaan padaku. Sambil mengepalkan tangan kuat-kuat aku mulai berjalan menuju mobil. Tampaknya aku tidak mungkin lagi bisa mempertahankan karirku dan segera membawa mobil dengan kecepatan tinggi.

Beberapa telur mentah dilemparkan oleh para murid ke mobil. Belum lagi mereka pun melemparkan banyak sayuran busuk dan tomat ke mobilku juga dan membuat hatiku kian mencelos. Ternyata mereka semua hanya bisa menghinaku tanpa tau apa alasan sebenarnya kenapa aku menikahi Sabrina. Namun tentu saja aku tidak akan gentar meski seisi dunia membenciku karena aku yakin menikahi Sabrina adalah jalan terbaik yang selalu akan ku pilih walaupun aku terlahir kembali.

Setibanya di rumah ku lihat Sabrina sedang dipeluk oleh ibu. Dia masih sangat belia dan masalah ini terlalu berat untuk dipikul oleh Sabrina, apalagi berita pernikahan kami terus disiarkan di TV dan internet. Aku jadi tidak tega jika harus pergi meninggalkannya, apalagi ayah meminta untuk sementara waktu aku pergi menjauh.




.............................




"Sabrina aku cinta kamu" ucapku padanya saat kami sedang berduaan.

"Aku juga cinta banget sama kamu Stefan.."

"Maafin aku belum jadi suami yang baik bagi kamu, tapi apa yang aku rasakan buat kamu itu tulus dan kamu harus kuat demi anak kita.."

Aku memohon dengan sangat agar Sabrina bisa kuat menghadapi masalah yang sulit ini. Aku tidak mau dia stres karena saat ini sedang hamil muda.

"Kalau kamu ada disisiku tentu aja aku akan selalu kuat.." ucapnya tersenyum pahit.

"Tapi aku gak bisa terus disisimu, sepertinya aku harus pergi Sabrina.. untuk sementara waktu sampai situasi kondusif.." balasku merasa menyesal.

"Jangan tinggalin aku Stefan, kamu udah janji kan bakal selalu sama aku.." ucap Sabrina memohon padaku sambil menangis dan membuatku sedih.

"Aku gak akan tinggalin kamu.. aku cuma pergi untuk sementara aja sampai situasi kondusif lagi.. aku mohon percayalah.."

Wajah Sabrina yang sendu membuatku tidak tega. Namun ayah benar setidaknya aku harus pergi menjauh untuk sementara sampai media massa mulai bosan dengan kami. Aku segera mencium puncak kepala Sabrina dan memeluknya erat, aku yakin sabrina pasti mau menerima kondisi ini karena dia gadis yang kuat.

Keesokan harinya setelah aku pamitan pada Sabrina dengan linangan air mata serta pamit pada ayah dan ibu, aku berangkat ke bogor. Rencananya untuk sementara waktu aku akan menjadi guru di sana meskipun sekolahnya memang tidak sebagus dan semegah SMA Pelita Dunia tapi tidak masalah bagiku. Dengan berat hati aku meninggalkan Sabrina meskipun ayah dan ibu akan menjaga dia tetap saja aku merasa cemas. Semoga saja pilihanku untuk menjauh sementara waktu adalah sesuatu yang tepat.




...............................





"Jadi silakan kerjakan soal nomer 10 dan tolong kumpulkan di kertas selembar ya"

Keesokan harinya aku mulai mengajar di kelas 10 tepatnya di salah satu sekolah negeri Bogor namun beberapa dari mereka mulai berbisik. Aku yakin mereka mulai membicarakanku apalagi mereka mulai menunjukkan ponselnya saat sedang berbicara dengan pandangan menuduh.

"Memangnya kami harus menuruti perintah bapak ya? Bukannya bapak itu cuma guru cabul?" Balas salah satu murid dengan wajah penuh hinaan dan murid yang lain tertawa mengejek.

Aku tidak menjawab hinaan dari salah satu murid dan tetap memasang wajah tenang. Namun diamnya aku membuat salah satu siswa menulis sesuatu di papan tulis dan ternyata dia menulis hinaan seperti pria tua gila atau penjahat kelamin. Sambil mengepalkan tangan aku terus menguatkan diri dan tetap memasang wajah tenang meski hinaan-hinaan ini tentu membuat mentalku sedikit jatuh.

Bahkan saat mereka mengumpulkan tugas, mereka tetap menghinaku dalam selembar kertas dan bukannya mengerjakan tugas yang aku perintahkan. Akhirnya aku pamit dan segera menuju ruang guru, namun saat aku masuk ruangan banyak guru-guru yang berbisik dan memasang wajah penuh hinaan padaku juga. Sambil mengusap wajah dan memijit kening yang tak sakit aku berharap masalah ini segera selesai. Semoga saja Sabrina tidak mendapatkan hinaan dan cacian seperti ini di sekolahnya. Aku bisa menghadapi semua hinaan menyakitkan ini tapi Sabrina belum tentu.....

Sepulangnya dari sekolah rasanya sebagian mentalku sudah hilang di telan bumi. Bahkan aku tidak tahu apakah esok hari aku bisa menghadapi ini semua atau tidak. Sesampainya di kontrakan aku memutuskan untuk segera membersihkan diri dan makan malam sambil menyalakan TV. Tapi aku sangat terkejut karena Sabrina ada di TV dan tampaknya sedang melakukan konferensi pers dengan Richard yang berada disampingnya. Dia sangat pucat dan kurang sehat, apalagi saat ini sedang hamil muda. Aku tak mengerti kenapa Sabrina harus mengadakan konferensi pers dan menjelaskan perihal pernikahan kami? Pernikahan ini sah dan atas persetujuan KUA tapi kenapa mereka semua menganggap ini sesuatu yang salah?

"Silakan baca novel saya yang akan terbit bulan depan dan kalian akan mengetahui alasan mengapa saya dan Stefan menikah.. saya pamit undur diri dulu!" Ujarnya singkat dan langsung pergi begitu saja meninggalkan para wartawan yang sedang berkumpul.



Bersambung.......

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang