Terimakasih yang sudah mendukung cerita ini ❤️❤️, ayo terus kasih vote nya!!!
Sabrina
Sejujurnya di awal aku menanamkan mindset untuk tidak terlalu banyak berharap pada kompetisi menulis ini. Aku berpikir menang dalam kompetisi ini terlalu muluk-muluk dan hampir tidak mungkin karena tulisanku jelas tidak sebagus itu. Tapi saat mendengar kabar jika aku menang rasanya lututku lemas bahkan sangat terharu. Ini bahkan di luar ekspektasiku karena aku merasa tulisanku justru sangat jelek.
Kabarnya prosesi penerimaan hadiah akan disiarkan di TV nasional sehingga aku wajib datang sekaligus ada penandatanganan kontrak ekslusif dengan Washington Time. Rasanya dadaku berdebar sekali karena seluruh rakyat Indonesia akan melihatku. Setelah naskah dipilih tentu saja aku pun harus segera menulis novel agar bisa diterbitkan dan dibaca oleh banyak orang.
Karena banyaknya hal baik pada hari ini tanpa sadar aku terus-terusan tersenyum bahagia. Apalagi hadiahnya yang berjumlah fantastis tentu aku ingin cepat-cepat mendapatkannya. Bahkan aku sudah banyak mengkhayal akan pergi keluar negeri bareng Stefan. Pasti akan sangat menyenangkan jika liburan berdua saja bersama suamiku.
"Awas gigimu kering soalnya senyum-senyum terus tuh!" Ucap Stefan saat kami berada di balkon rumah sedang bermesraan.
"Rasanya aku bahagia banget hari ini..." balasku dengan riang.
"Kamu hebat Sabrina aku bangga banget sama kamu" ucap Stefan sambil memelukku erat dan mencium puncak kepalaku lembut
Pelukan Stefan yang hangat dan erat membuatku tenang. Tanpa dukungan dan cintanya tentu aku tidak akan sampai ke tahap ini. Aku memang orang paling beruntung di dunia karena disayangi sebegitu besar oleh Stefan. Dengan erat aku membalas pelukannya dan terus berlama-lama dalam posisi ini bersamanya.
....................................
Beberapa minggu kemudian aku harus bersiap-siap menghadiri acara serah terima hadiah di sebuah Hall mewah yang ku yakin itu milik penerbit Washington Time. Aku menggunakan dress berwarna merah muda pemberian Stefan dan menguncir kuda rambut pendekku. Tidak lupa aku juga mengajak Stefan untuk menghadiri acara ini dan akan mengenalkannya sebagai guru di sekolah. Acara yang akan diliput dalam salah satu stasiun televisi ini membuatku tak sabar. Beruntung acaranya dilaksanakan saat malam tiba sehingga aku tidak perlu bolos sekolah. Ini sangat mendebarkan sekaligus membuatku sangat terharu.
Setibanya di sana semua orang tampak memakai pakaian pesta masing-masing dan aku langsung dipanggil untuk maju ke atas panggung. Ku lihat disana sudah ada dua orang yaitu pemenang kedua dan ketiga dan sudah menunggu di sana.
"Bagaimana perasaan anda nona Sabrina saat tahu jika anda memenangkan kompetisi novel yang sulit ini?" Tanya salah satu pembawa acara setelah acara di mulai.
"Saya sangat bahagia tapi saya tidak akan sampai disini jika bukan atas dukungan seseorang..." balasku ramah sambil menatap Stefan yang tersenyum di bawah panggung.
"Apakah dia orang yang anda cintai?"
"Hm.. itu rahasia....." ucapku sambil tertawa.
Setelah acara serah terima hadiah dan penandatanganan kontrak kini kami semua makan bersama. CEO Washington Time ternyata masih muda mungkin saja dia seumuran Stefan. Aku sama sekali tidak menyangka dia semuda itu karena dalam pikiranku tentu saja CEO Washington Time sudah kakek-kakek dengan janggut yang tebal.
"Jadi saat ini kamu masih sekolah?" Tanyanya penasaran.
"Betul pak.. saya saat ini masih kelas 3 SMA...."
"Wah sangat muda sekali..." ucapnya tampak keheranan.
"Hm... Pak anu apakah saya boleh mengundang guru saya ikut makan malam disini?" Aku bertanya dengan sedikit takut karena Stefan tentu bukanlah orang yang berkepentingan disini.
"Ah.. kamu mengundang gurumu? Baiklah suruh saja dia ikut makan malam dengan kita semua disini......"
Dengan perasaan lega aku pun membawa Stefan masuk ke ruangan. Aku tidak mungkin tega membiarkannya seorang diri di luar apalagi ku yakin Stefan belum makan malam. Membayangkannya saja sudah membuatku sedih dan jangan sampai hal itu terjadi. Tidak mungkin aku membiarkan suamiku kelaparan malam ini.
"Stefan? Jadi guru Sabrina itu lo?" ucap Pak Richard kaget dan aku pun kaget karena mereka ternyata saling kenal
"Kita ketemu lagi dude disini!!" Balas Stefan sambil menyeringai.
Melihat keakraban pak CEO dan Stefan membuatku kaget. Bagaimana bisa mereka terlihat sangat akrab? Apa jangan-jangan mereka memang teman seumuran dan teman sejawat?
"Kami teman satu SMA Sabrina tentu saja saya sangat mengenal Stefan.." ucap Pak Richard menjelaskan semuanya.
"Gue sampe bosen ketemu terus sama lo Chard!!" Balas Stefan sambil terkekeh.
"Wah parah banget lo!!!" Ucap Pak Richard meninju bahu Stefan.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan aku pun bergegas pulang. Tentu saja aku berpamitan dulu pada Pak Richard dan semua jajarannya, terlebih dalam beberapa hari kami akan berjumpa lagi untuk membicarakan soal novel. Beruntung saat prosesi penulisan novel nanti Pak Richard sendiri yang akan menjadi editorku. Katanya dia ingin novelku laku keras di pasaran sehingga proyek ini Pak Richard sendiri yang pegang langsung. Dia merasa kisah yang aku tulis sangat menjual namun karena aku masih awam dalam dunia tulis menulis jelas aku memerlukan sebuah arahan.
Untungnya acara ini sangat meriah dan hampir semua warga Indonesia sangat antusias menunggu novelku terbit. Bahkan senyumku tak kunjung hilang sampai di rumah dan tidak mengantuk sama sekali karena merasa sangat senang. Semoga saja hal-hal baik terus datang di masa depan.
"Senang ya sayang akhirnya kamu menang??" Tanyanya sambil memelukku dan kami berdua sudah berbaring di kamar.
"Aku benar-benar bahagia Stefan..."
"Jangan lupakan soal sekolahmu, ingat sebentar lagi masa ujian akan segera hadir jangan sampai kamu malas belajar!" Ucap Stefan tegas.
"Iyaa.. aku akan berusaha membagi waktu antara menulis novel dan sekolah.."
Setelah itu kami hanya berpelukan tanpa berbicara apapun lagi. Lama kelamaan rasa kantuk pun menyerang dan aku tertidur sangat pulas dipelukan Stefan. Apalagi sesekali Stefan mencium puncak kepalaku dengan lembut hingga membuatku merasa begitu tenang berada disampingnya.
................................
Esok harinya aku berangkat sekolah seperti biasa dengan semangat namun setibanya disana banyak para siswa yang terlihat serius entah ada masalah apa di sekolah. Padahal yang aku tahu suasana sekolah tidak setegang ini dan semendung ini. Dengan wajah penasaran aku menghampiri Joy yang datang lebih dulu ke sekolah.
"Joy kenapa semua orang kok kayaknya serius banget?" Tanyaku tidak mengerti dan membuatku penasaran.
"Prisilia kemarin abis diperkosa sama penjahat Bri..." balas Joy sedih dan wajahnya tampak tegang yang tentu saja aku sangat kaget mendengarnya.
"Terus sekarang gimana keadaannya?" Tanyaku kaget.
"Gue juga gatau.. kayanya Prisilia syok berat dan sekarang masih ada di rumah sakit..."
Nampaknya semua guru tampak bersiap-siap pergi dan ku yakin mereka semua akan menengok Prisilia di rumah sakit. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan cobaan sebesar ini... aku sebagai temannya merasa sedikit tak enak hati karena malah merasa bahagia padahal Prisilia justru sedang mendapatkan cobaan yang besar. Aku harap dia baik-baik saja dan mampu menghadapi ini semua dengan tegar.
Semua guru tampak sangat tegang dan berwajah pucat melihat situasi ini. Begitupula dengan Stefan yang terlihat berbicara serius dengan pak Kepala Sekolah. Semoga saja Prisilia bisa tegar dalam menghadapi cobaan ini....
Bersambung........
