Mohon untuk memberi vote nya!
Sabrina
Aku merasa sedikit menyesal karena menggoda Stefan duluan tempo hari karena setelahnya Stefan kian agresif dan brutal menyerangku. Bahkan Stefan berkali-kali sering membuatku kewalahan dan lelah bukan kepalang. Alhasil selama proses menulis novel aku menjauhinya supaya bisa fokus dan staminaku tidak terus-terusan diperas. Dulu dia tidak begini tapi entah kenapa setelah usiaku resmi 18 tahun tampaknya Stefan tidak malu lagi menunjukkan hasratnya yang gila.
Namun akhirnya aku tetap kalah oleh sentuhannya, yah meski Stefan selalu membuatku lelah namun dia selalu membawaku ke puncak kenikmatan yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Bahkan tubuhku tidak bisa berhenti mendambakan sentuhannya yang luar biasa.
Saat bersamanya waktu terasa begitu cepat dan aku tidak mau berhenti. Wajah Stefan yang penuh gairah membuatku kehilangan kendali dan dengan kasar aku menjambak rambutnya serta menciumnya kembali. Aku ingin terus merasakan sensasi ini bersamanya... sensasi yang membawaku terbang ke awang-awang.
Tidak mau kalah, Stefan meremas bokongku kasar dan makin menggila. Tubuhku sudah terasa seperti jelly dan hanya terengah-engah pasrah dengan semuanya. Seolah tak mau berhenti kini aku kembali berada dalam pangkuannya. Dengan nakal aku mengadahkan leherku karena menikmati sensasi yang begitu gila. Sedangkan Stefan dengan geraman yang dalam mengusakan wajahnya di dadaku.
Aku menjerit saat Stefan menggigit bulatan kecil di dadaku. Sial sekali tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam namun tidak ada tanda-tanda Stefan mau berhenti. Apalagi dengan posesif dirinya memegang pinggulku erat sehingga aku tak bisa melepaskan diri.
Dengan susah payah aku mencoba melarikan diri darinya namun Stefan mengejar dan aku kembali dalam jangkauannya. Dia memelukku dari belakang dan mencium pipiku.
"Stefan can we stop?" Ucapku mengeluh.
"Aku gak mau.... aku masih belum puas sayang"
Begitulah akhirnya aku kembali menjerit sampai pukul 3 pagi karena Stefan tidak mau berhenti. Bahkan aku tidak sadar sudah tertidur pulas dalam pelukannya yang erat.
............................
Setelah satu minggu terus menulis novel, Pak Richard mengatakan naskahku masih banyak yang harus diperbaiki. Namun akhir-akhir ini aku terus merasa kesal bahkan mengantuk saat sesuatu tidak terjadi sesuai harapanku. Rasanya emosiku tak stabil juga sering merasa begah di daerah perut. Padahal revisi naskah adalah hal yang biasa tapi kenapa aku merasa ingin marah-marah?
Puncaknya pada hari ini perutku terus terasa kram dan begah. Bahkan aku merasa sedikit mual... sialnya lagi aku baru sadar belum mendapatkan haid bulan ini padahal biasanya tidak pernah terjadi kasus seperti ini. Apa mungkin terjadi sesuatu pada tubuhku?
Aku mulai merasa panik dan mengingat lagi apakah aku pernah lupa mengonsumsi pil atau tidak. Setelah mengingat-ngingat nyatanya aku pernah lupa dan langsung tertidur pulas setelah bercinta dengan Stefan 2 minggu yang lalu. Sambil mendesah frustasi aku menghubungi Stefan dan dia memintaku untuk segera masuk ke mobilnya. Beruntung saat aku masuk, suasana sedang sepi dan Stefan langsung bergegas pulang ke rumah. Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana kalau aku hamil dan semua orang akan lambat laun curiga.
"Sabrina tenang ya sekarang dokter sedang dalam perjalanan menuju rumah kita" setibanya di rumah Stefan langsung mendekapku.
"Gimana Stefan.. aku takut... aku takut...." aku terus terisak dan Stefan terus memelukku erat.
"Apapun yang terjadi kita harus menerimanya sayang..."
Setelah itu dokter datang dan dia langsung bergegas memeriksa tubuhku juga menyuruh untuk memakai test pack. Namun tentu saja aku lagi-lagi menangis saat melihat hasilnya karena menunjukkan dua garis merah. Ini benar-benar membuatku risau bukan main....
"Kamu hamil dan diperkirakan sudah hampir selama 3 minggu..." ucap dokter sambil menulis resep.
"Terimakasih Din.. dan tolong rahasiakan ini dari semua orang ya!" Balas Stefan tetap tenang.
"Gue kaget banget loh Stef ternyata bini lo anak SMA, yaudah... ini obat dan vitamin yang harus dikonsumsi bini lo jangan lupa juga supaya jangan stres dan kecapekan!!"
Setelah dokter bernama Dina tersebut pergi, kami berdua hanya berpelukan tanpa berbicara sepatah katapun. Namun tentu saja aku takut kehamilanku ini akan diketahui semua orang hingga aku berakhir menangis lagi. Aku belum siap menjadi seorang ibu dan terus menangis kebingungan.
"Jangan menangis lagi sabrina.. aku ada disini hm..?"
Aku hanya menganggukan kepala dan mulai mengantuk. Stefan menciumi puncak kepalaku dan membuatku sangat nyaman. Bersama Stefan aku sedikit merasa tenang dengan semua masalah ini.
..............................
Saat malam tiba ada suatu masalah yang lebih besar malah datang pada kami, entah bagaimana caranya ada yang membocorkan status hubungan kami dan menyebarkannya di internet. Alhasil rumah kami kini dikepung oleh media masa dan aku kian panik nan stres.
Bagaimana bisa pernikahan rahasia kami bocor begitu saja? Siapa orang jahat yang sudah menyebarkan berita ini? Padahal selama ini aku tidak pernah berbuat jahat pada siapapun. Aku yakin sekali tidak pernah mempunyai musuh. Tak lama kini ponselku mulai banyak pesan yang datang dari siswa siswi SMA Pelita Dunia yang memaki-makiku dan membuatku sangat ketakutan.
Mereka mengataiku jalang, pelacur bahkan gadis genit. Tapi Stefan lebih parah lagi, aku melihat banyak yang mengatai Stefan cabul bahkan pedofil di ponselnya. Ini sangat menakutkan dan menyesakan jiwa karena semua orang tampak marah padaku.
Entah bagaimana caranya kami pun jadi trending topik di situs berita dan pernikahan rahasia kami jadi topik hangat di TV. Aku yang melihat ini semua merasa lemas dan akhirnya jatuh pingsan.. aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan nanti.
Saat bangun mertuaku datang dan langsung memberiku air. Ibu mertua sangat cemas melihat kondisiku saat ini namun aku hanya bisa menangis dalam pelukannya. Aku tidak berbuat kejahatan kenapa semua orang memakiku?
"Sudah Sabrina jangan menangis.. ini bukan salah kamu!"
"Ibu semua orang tampaknya membenciku....." aku berteriak histeris.
"Kamu harus kuat.... untuk sementara waktu kamu gak usah sekolah dulu ya!!"
Ku lihat ayah mertuaku dan Stefan terlihat pucat, bahkan berkali-kali ayah menghembuskan nafas panjang karena tidak menyangka pernikahan rahasia ini terbongkar begitu saja. Padahal kami sudah menjaga rahasia ini sekuat tenaga namun pada akhirnya malah bocor.
"Stefan bagaimana bisa terjadi hal seperti ini?" Tanya ayah risau.
"Aku gak tahu ayah.. padahal aku udah berusaha sekuat tenaga agar pernikahanku dengan Sabrina tidak ada yang tahu...." ucap Stefan sambil menghela nafas panjang.
"Mulai besok ayah sarankan kamu sebaiknya pindah ke luar kota saja ya dan biarkan Sabrina tetap disini bersama kami...."
"Tapi ayah bagaimana bisa aku harus berpisah dari istriku sendiri?" Ucap Stefan sambil memandangku sendu.
"Ini semua demi kebaikan kalian berdua, lebih baik kalian berpisah dulu untuk sementara waktu sampai situasi kondusif.. ayah punya kenalan di bogor dan kamu bisa mengajar disana!!"
Mendengar ini semua aku pun segera berlari dan memeluk Stefan dengan erat. Aku tidak mau berpisah darinya dan hanya bisa menangis tersedu-sedu. Bagaimana bisa aku menghadapi ini semua sendiri tanpa dirinya? Ini sangat berat apalagi statusku saat ini sedang hamil....
"Jangan tinggalkan aku Stefan!!" Isakanku semakin kencang dan lagi-lagi aku jatuh pingsan.
Bersambung......
