Mohon memberikan dukungannya.....
Stefan
Tubuh Sabrina yang indah selalu ada dalam memoriku, bahkan 2 minggu ke belakang aku selalu memimpikannya dan berakhir mimpi basah. Bahkan selama di Bali aku merasa frustasi karena kami harus berjauhan dan berpura-pura menjadi guru dan murid saja. Ha entah kapan liburan ini akan berakhir karena aku sudah lelah terus menahan diri.
Tapi semuanya terbayarkan karena pada hari ini aku akan menyentuhnya habis-habisan. Percintaan kami yang kedua kian erotis apalagi Sabrina sudah belajar banyak dariku. Dia duduk di pangkuanku dan dengan tak sabaran aku mencium bibirnya kasar sambil mengelus punggungnya yang halus.
Aku tak mau berhenti dan ingin terus mencium tubuhnya dengan kilatan gairah yang menyala. Rasanya aku tak pernah puas dalam menyentuh Sabrina. Dia membuatku haus dan ingin terus menciumnya sampai lelah.
Dengan tak sabaran aku menggigit area dadanya yang membuat gairah ini kian tak terkendali. Aku gila... dan semakin gila saat Sabrina resmi berusia 18 tahun. Sungguh aku tak perlu apapun lagi di dunia ini selain dirinya....
Percintaan kami akhirnya selesai pukul 2 pagi dengan kondisi Sabrina yang terengah-engah kelelahan dan langsung tidur. Bahkan dia tidak peduli jika saat ini dalam keadaan telanjang yang mana setelahnya aku pun langsung menyelimuti dia. Aku menatap wajah Sabrina sejenak dan tanpa sadar aku mencium keningnya lembut. Dia tertidur dengan tenang dan membuatku ingin memeluknya erat.
Sabrina tidak sadar kalau dia semenarik itu bahkan rasa cintaku padanya makin hari semakin besar untuknya. Sepertinya aku memang sudah ditakdirkan untuk berjodoh dengannya bahkan kami sudah saling mengenal sejak Sabrina masih dalam kandungan. Mungkin masa kecil Sabrina memang sedikit pahit karena harus kehilangan ibu dan ayahnya. Namun aku pastikan masa depan kami hanya ada kebahagiaan. Aku akan menjaga Sabrina sekuat tenaga dan berusaha menjadi suami yang baik meskipun satu sama lain kami memang memiliki kekurangan masing-masing.
Aku pun memeluknya erat sambil tersenyum bahagia karena sudah mempunyai firasat jika Sabrina yang akan menjadi istriku jauh sebelum kami memutuskan menikah. Meskipun pada awalnya aku menganggap Sabrina hanyalah seorang adik namun lambat laun perasaan ini berubah menjadi ketertarikan.
Esok harinya aku kembali mengajar matematika dengan perasaan bahagia. Mungkin saja ini adalah efek percintaan kami tadi malam yang panas dan menggairahkan. Apalagi saat ini Sabrina sudah naik ke kelas 3 dengan nilai rapot yang lumayan bagus. Yah itu tandanya Sabrina bersungguh-sungguh dalam mengenyam pendidikan.
Tanpa sadar aku merasa bangga pada istriku karena nilai-nilainya ada kemajuan yang pesat. Sejak dulu aku yakin Sabrina itu memang pintar hanya saja dia harus sedikit diberi motivasi agar mau belajar. Tapi tentu saja nilai matematikanya memang masih anjlok dan aku tahu sejak dulu dia tidak tertarik dengan pelajaran matematika. Apa ini sudah saatnya aku turun langsung mengajari dia di rumah ya?
Saat ini aku masih mengajar di kelas Sabrina namun dia tampak mengantuk. Aku tahu ini semua ulahku yang membuatnya tidur hanya sedikit tadi malam. Tapi aku tidak menyesal menghukumnya karena dia terlalu boros saat berada di Bali. Dia harus mulai belajar mengatur keuangan.
"Silakan Sabrina kerjakan soal no 1 ke depan ya!" Ucapku tiba-tiba dan dia terlihat kaget.
"Pak yang lain saja.. saya gak punya bakat sama matematika" balasnya polos dan teman-teman lainnya malah tertawa.
"Kamu coba dulu kerjakan soal ini ke depan kan mana tau mampu!" Ucapku memaksa dan akhirnya dia pun mau ke depan dengan terpaksa.
Selama 10 menit lamanya Sabrina hanya diam dan tidak mengerjakan apapun. Tampaknya aku benar-benar harus segera memberinya les privat karena dia tidak bisa mengikuti saat belajar di kelas. Tidak mungkin ku biarkan Sabrina begini terus karena bisa-bisa dia tidak lulus saat ujian akhir nanti.
"Kamu boleh duduk kembali dan pastikan kamu mulai rajin belajar matematika ya supaya bisa lulus ujian!"
..............................
Ketika waktu KBM sudah selesai aku pun hendak kembali ke ruangan namun ada seseorang yang memanggilku ternyata dia salah satu murid perempuan SMA Pelita Dunia. Aku tidak tahu kenapa dia ingin berbicara padaku.
"Pak Stefan kenalin saya Prisilia.. ini ada sedikit kue buat bapak buatan saya" ucapnya sambil tersenyum malu-malu.
"Oh kamu sedang berulang tahun sehingga memberi saya kue?" Balasku ramah
"Nggak pak.. saya memang khusus membuat kue ini untuk bapak.. terima ya pak.."
"Sebelumnya saya minta maaf Prisilia.. tapi saya tidak mau istri saya cemburu.. kamu boleh membagikan kue ini kepada teman-temanmu yang lain ya!"
Ku lihat wajah gadis ini tampak sangat kecewa dan sedih. Tapi aku bertekad dalam hati tidak ingin lagi membuat Sabrina merasa kecewa karena terlalu baik pada orang lain. Sudah cukup Rossy yang membuat sebuah prahara pada rumah tangga kami jangan lagi ada orang lain. Menjalani rumah tangga yang adem ayem adalah impianku sejak dulu.
"Jadi bapak sudah menikah ya?" Ucap Prisilia kecewa.
"Iya betul saya sudah menikah.. kalau begitu saya ke kantor dulu ya Prisilia.."
Aku harap penolakanku tidak membuatnya terus berlarut dalam kesedihan. Gadis itu masih muda dan tentu saja akan ada laki-laki yang memang ditakdirkan untuknya suatu hari nanti. Padahal aku sendiri sudah mengenakan cincin kawin tapi nampaknya masih ada yang belum tahu jika aku sudah menikah.
Sepulang dari sekolah aku memutuskan untuk membeli parfum yang diberi nama Treasore untuk aku hadiahkan pada Sabrina. Meski waktu ulang tahunnya sudah lewat tapi aku tetap ingin memberi ini sebagai simbol jika aku memang sangat mencintainya. Parfum ini memiliki arti harta karun atau permata yang menandakan kalau Sabrina adalah permataku yang berharga.
Wangi parfum ini sangat lembut dan khas sangat sesuai dengan imej Sabrina yang ceria namun lembut. Tampaknya virus bucin semakin menyerang diriku karena semakin hari aku semakin tergila-gila pada dirinya. Apalagi kini Sabrina sudah berusia 18 tahun dan dia semakin hari semakin cantik saja.
Sesampainya di rumah aku langsung memeluk Sabrina dari belakang. Padahal kami setiap hari bertemu tapi aku selalu saja merindukannya. Mungkin aku memang tak bisa jauh-jauh darinya walaupun dalam jarak satu jengkal.
"Sayang aku beli sesuatu buat kamu" ucapku padanya sambil berbisik.
"Oh ya? Kamu beli apa untuk aku?" Balasnya dengan antusias dan tampak senang.
"Kemarilah... aku beli parfum untuk kamu dan parfum ini merupakan sebuah simbol rasa cinta aku sama kamu.." aku menjelaskan semuanya sambil menarik Sabrina untuk duduk di sebelahku.
"Parfum Treasore? Memang ini artinya apa Stefan?" Sabrina bertanya ingin tahu.
"Artinya itu permata Sabrina.. karena buat aku kamu itu sebuah permata yang sangat berharga.."
Mata Sabrina berkaca-kaca dan dia memelukku erat. Dengan lembut aku mencium puncak kepalanya dan mengusap air mata yang jatuh di pipinya.
"Stefan aku benar-benar cinta sama kamu...."
Bersambung.......
![](https://img.wattpad.com/cover/352020226-288-k589865.jpg)