Six Ways To Sunday - 17.3 Sama-Sama Madesu

5.3K 783 137
                                    



Question of the day: Jaja sama Momo apa sama yang lain? *ini penasaran doang dan nggak berpengaruh ke alur cerita yang aku buat sejak awal hehe*

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟



Suara yang aku kenal milik Amos tertawa mengejek lalu batuk untuk menyamarkan kata "Liar." yang membuatku menoleh ke balik bahu, hanya untuk menemukan Amos duduk di meja belakangku. Jarak kami tidak sampai lima langkah, jadi dia bisa mendengar obrolanku, terutama dengan band yang tengah beristirahat.

Amos masih mengulangi satu kata itu, kali ini suaranya sedikit teredam.

Aku mengabaikan cowok itu dan fokus pada berondong yang masih memamerkan senyum manisnya. "Aku Reno." Beberapa orang di lantai satu melambai ke arah kami, Reno memberikan jari telunjuknya. "Boleh minta Instagramnya?"

Buku kecil dan pensilku kini bergeser ke hadapan cowok itu. "Tulis di sini nomor ponsel kamu." Aku tidak akan memberikan media sosialku yang isinya terlalu banyak hal pribadi. Aku bisa menghubunginya dengan ponsel lain dan membeli nomor baru.

Reno membubuhnya angka di atas kertas sambil mengatakan, "Promise me a date if I'm wrong, is your name mine?"

Aku terkikik centil, suara yang langka aku keluarkan dan asing di telingaku. Tapi terakhir berpacaran tiga tahu lalu dan kencan-kencanku sebelumnya tidak pernah segombal ini. Aku sedikit paham kenapa Rei suka digombali, terutama jika cowoknya ganteng. Ada sesuatu yang ditunggu setiap cowok itu membuka mulut, juga perasaan senang saat mendengar pujian yang biarpun kemungkinan besar hanya agar dapat melepas celana dalammu.

Ada suara muntah di balik punggungku, tapi aku abaikan.

Teman-teman Reno memanggilnya lagi dari bawah. "Jangan lupa hubungin. Aku tunggu, Oja," katanya setelah aku memberikan nama panggilanku.

Yang aku suka dari pertemuan ini adalah Reno yang tidak langsung sok kenal, atau melakukan skinship yang akan membuat isian gelasku berpindah ke atas kepalanya. Satu poin untuk Reno, meski aku bisa mencium aroma buaya darat miliknya dari jarak tiga meter.

Ponselku berbunyi, nama Amos tertulis di sana.


Momo

Lo jelek banget soal anatomi dari dulu.


Demi apa pun, anatomi adalah kelemahanku sejak dulu dan si sialan satu ini sering mengejekku.

Me

Jangan sotoy. Siapin aja duit lima juta buat Lego gue.

Momo

Malam masih panjang, gue bisa aja dapet kencan sekarang.


Damn, aku nggak memikirkan kemungkinan kencan di hari ini. Buaya senior di belakangku ini pasti sudah memperhitungkan ajakan kencan di hari yang sama. Antara cewek yang mendekatinya, atau dia mendatangi meja cewek-cewek untuk berkenalan seperti dulu.

Umpatan keluar dari bibirku saat ada cewek yang mendatangi meja Amos.

Dia bahkan tidak perlu berupaya untuk tampil lebih hari ini. Hanya kaos, celana jeans, dan sneakers. Rambutnya bahkan dibiarkan berantakan, tidak seperti saat dia bekerja, sehingga ikalnya membingkai wajah. Satu-satunya yang aku yakin jauh lebih mahal dari sepatu Amos adalah jam di tangan kirinya yang mengilat saat tertimpa lampu.

Six Ways To Sunday [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang