Six Ways To Sunday - 21.2 Si Penggoda Ulung

8.3K 763 49
                                    


Question of the day: pizza atau pasta?

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG, twitter, tiktok @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟

Pertama kali, aku merasakan lembut bibir Amos. Napasnya yang hangat menggelitik wajahku. Hanya satu kecupan ringan dan aliran listrik menjalar ke seluruh tubuh. Mengejutkanku. Yang kedua, Amos tidak membiarkanku berpikir terlalu lama atau menganalisis hasil perbuatanku. Aku menutup mata. Memilih untuk merasakan alih-alih melihat. Memilih menulikan telinga dari otakku yang mencoba memberikan alasan kenapa hal ini buruk untuk dilakukan.

Keriuhan dalam kepalaku senyap seketika.

Kali ini aku bisa merasakan pertahanan diri Amos runtuh. Ciumannya tidak lembut, lebih seperti terburu-buru. Jarinya ikut bermain dengan menempel di kulit kepala. Menahanku di tempat erat seolah aku akan menghilang jika dia melonggarkannya.

Ciuman ketiga, Amos lebih banyak menunjukkan apa yang dimaksudnya ketimbang yang kedua. Dia melambatkan tempo. Seolah menikmati waktunya untuk memetakan bibirku dengan miliknya.

We breath each other in. Aroma mint dari mulut Amos. Parfum yang aku tahu selalu dia semprotkan di belakang telinga.

Tidak ada sentuhan ringan kami yang seperti kencan pertama dan kedua. Dia tidak lagi berhati-hati.

Tangan Amos yang lain menyentuh leherku, kembali meremangkan bulu halus di sana. Turun ke bahuku dan berakhir di tangan. Dia memberikan remasan pelan sebelum telapakku bertemu dengan dadanya. Amos menahan tanganku di sana sementara bibir kami menari dan hanya berhenti untuk mengambil napas perlahan. Aku tidak tahu ini sudah ciuman keberapa. Kepalaku terlalu berkabut dengan gairah untuk menghitung jumlahnya secara pasti. Juga aku disibukkan dengan hal lain.

Alih-alih ingin kabur seperti biasa saat aku melakukan sesuatu yang intim dengan orang lain; bersama Amos aku merasa aman.

Ciuman ini lebih baik dari semua bayanganku di masa remaja. Dan bayanganku di masa itu lebih liar dari ini. Yang kami lakukan jauh lebih mild dari itu. Tapi ini jauh lebih intim dari semuanya.

Amos memberikan kecupan kecil di bibirku. Berkali-kali. Dia menjauhkan wajahnya sedikit lalu kembali menciumku dalam seolah dia tidak pernah cukup.

Saat mataku terbuka, aku melihat Amos sudah lebih dulu menatapku dengan bibir yang bengkak. Aku yakin bibirku tidak jauh berbeda kondisinya setelah isapan dan gigitan yang kami berdua lancarkan.

"Berapa persen?" Pertanyaan tiba-tiba di saat aku linglung hanya membuatku bengong. Amos menghadiahiku dengan kekehan dan kembali bertanya, "Sekarang ragunya berapa persen?"

"Enam puluh persen."

"Damn. Gue kira bakalan lebih cepat turunnya. Kalau gitu kita perlu banyak ciuman "

"Mungkin lain kali lebih besar. Who knows." Bahuku terangkat seolah aku tidak peduli, tapi Amos melihat maksud tersembunyiku dengan matanya yang bebercak gairah.

"We need to test that theory," ucapnya seolah dia tengah berkonspirasi dengan alis tebalnya yang hampir menyatu di tengah. Kilatan matanya masih sama.

Namun, suara perutku yang meminta diisi memutus niatan Amos. Dia tertawa. "Lo bener-bener tahu cara buat hancurin mood."

Mataku pasti juga cerminan Amos sebelum cacing di dalam protes minta diberi makan. Aku harus berkedip untuk menghilangkan kabut lalu ikut tertawa. "Salah lo sendiri belum kasih gue makan."

Six Ways To Sunday [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang