Six Ways To Sunday - 13.1 Satu Rahasia ke Rahasia Lainnya

6.9K 959 132
                                    


!!TW: ABORTION!!

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟


"Lo nggak bisa nunggu sampai pagi buat ngerjain ini?"

Pertanyaan bodoh itu membuatku ingin menendang Amos yang memakai masker. Dan aku benar-benar melakukannya saat hitungan ketiga dalam usahaku menahan amarah. Dia terjengkang dan wajahnya nyaris menimpa benda berwarna cokelat yang berada di atas comforterku.

Kemampuan Amos untuk menghindar adalah satu-satunya penyelamat dirinya. Itu membuatku semakin kesal.

"Lo makan itu tai kucing."

Umpatan dengan berbagai macam bahasa dinyanyikan oleh Amos yang selamat dari bencana.

"Kalian janji bakalan ngurusin Buntelan Kentut mau jam berapa pun."

Amos mengambil kotoran itu dengan tangan yang dilapisi plastik lalu membuang napas berat, sekan dia baru saja bertarung dengan Thanos dan menyelamatkan dunia.

"Lo cuci comforter gue, sama sarungnya, sama sepreinya sama bantal guejuga. Gue nggak tahu itu kucing laknat jalan ke mana saja habis buang hajat di kasur gue."

Dari semua kamar di rumah ini, entah bagaimana kucing itu selalu mendapatkan cara untuk masuk ke dalam kamarku. Mungkin dia bisa mengendus ketidaksukaanku dan sengaja melakukan ini. Karena ini adalah kali ketiga dalam satu minggu dia tinggal di sini.

"Sudah tahu kalau si Tut suka boker di kamar lo, kenapa juga lo buka pintu."

"Gue tutup itu pintu."

Amos melihat ke sisi dinding lain dan memberikan tatapan mengejek padaku, "Tapi lo buka jendelanya. Pinter banget memang."

Aku melotot pada cowok itu. "Lo pikir kamar gue nggak perlu udara setelah diberakin sama kucing lo terus-terusan?"

Untuk omelanku ini, Amos tidak memberikan tanggapan. Dengan apik dia memasukkan seluruh benda yang aku katakan tadi ke dalam kantong hitam yang sudah disiapkannya dari rumah.

Setelah selesai, dia melepaskan sarung tangan dan menyemprot pewangi ruangan ke seluruh penjuru kamar hinga aku terbatuk. Dia sudah membawa satu kotak yang dedikasikan khusus untuk mengurus kotoran Buntelan Kentut. Pewangi ruangan, sarung tangan plastik, masker, dan kantong plastik hitam dengan berbagai macam ukuran.

"Yaaah, Ja. Kayaknya ini kena ke kasur lo, deh."

Langkahku tergesa-gesa untuk membuktikan apa yang diucapkan oleh Amos kemudian mengerang saat melihat noda di atas sana. "Sial, matras protector-nya lupa gue pasang. Gue nggak mau tahu, lo ganti itu matras gue!" Teriakanku sudah pasti akan membangunkan Rei, tapi aku tidak peduli.

"Buset. Iya gue ganti. Berapa, sih? Heboh banget perkara kasur doang."

Aku mendengkus dan menyebutkan sederet angka yang membuat cowok itu tersedak ludahnya sendiri. "Lo gila kali punya kasur seharga motor."

"Lo pikir berapa harga seprai, cover comforter, dan sarung bantalnya terus kenapa gue cuma punya satu lagi buat penggantinya?"

Jakun amos bergerak naik turun saat aku menyebutkan nominalnya.

"Lo bener-bener gila," hanya itu respon darinya.

"Gue perlu seprai yang nggak nyerap seluruh skincare waktu tidur." Dan itu breathable menurut slogan yang yang digadang-gadang oleh merknya yang hilir mudik di media sosial para influencer tersohor.

Aku tidak semakin muda dari hari ke hari, dan pacar pun tidak punya, jadi aku melakukan banyak hal untuk membuat keriputku tidak bertambah. Termasuk mencoba seprai yang terbuat dari kepompong ulat sutera yang harganya membuat kantongku menjerit. Jadi, kalau Mama menanyakan usahaku untuk mencari pacar maka aku akan mengatakan kalau aku sudah investasi untuk kecantikan jangka panjang. Meskipun saat mendengar harganya, ada kemungkinan Mama akan melemparkan panci ke mukaku.

"Iya, soalnya dia sudah nyerap duit buat beli yang lain juga. Termasuk akal sehat lo."

"Jangan banyak cingcong kalau nggak mau gue suruh ganti itu juga."

Amos menutup mulutnya saat ancaman itu terdengar mengisi kamarku. Sebelum aku lupa akan peristiwa hari ini yang lagi-lagi membuat hatiku teremas, aku memberitahukan Amos sesuatu.

"Tadi anak lo ke sini. Dua-duanya."

"Tahu. Main sama Tut, kan?"

"Iya, tapi bukan itu doang." Aku menggigit bibir. "Lio tadi pinjam fotokopi gue."

Amos sudah menatapku horor, "Dia ngerusakin itu juga? Plis, jangan bilang harganya sama gilanya dengan kasur lo."

"Beruntung lo itu murah. Dan Lio nggak ngerusakin mesinnya. Dia pinjam buat fotokopi tangan dia dan Ara."

Aku kembali membayangkan dua tangan kecil itu yang saling bertumpuk di atas mesin yang memindai permukaan. Ada remasan kecil yang mencuri napasku sesaat setelah kertas keluar dan memperlihatkan dua tangan yang ukurannya hampir mirip itu. Terlebih karena Liora menceritakan alasan di baliknya, meskipun singkat. "Aku punya foto tangan kayak gini sama Mama sampai sebelum Mama pergi. Ara baru punya dua aja."

Rei yang mendegar itu sampai menyusut ingus, sedangkan aku berdiri di tempat seperti orang bodoh karena tidak bisa merangkai kata-kata. Apa yang harus aku katakan memangnya? Aku tidak pernah ada di posisi itu, pun aku tidak tahu bagaimana rasaya jadi Liora maupun Adara.

Aku berjalan keluar kamar dan duduk di teras belakang. Amos mengikuti dan duduk di sebelahku. Niatanku hanya untuk mencari angin dan menunggu Rei terlelap baru numpang tidur di kamarnya. Tapi dengan Amos yang mengekoriku dengan wajah muram, aku mau tidak mau bertanya.

"Katanya itu tiap mereka ulang tahun, ya?" tanyaku yang diangguki oleh Amos yang matanya berkelebat banyak emosi hingga aku tidak tahu harus membaca yang mana lebih dulu.

"Iya. Anya mulai waktu Lio lahir." Amos menutup wajahnya dengan tangan. "Half of the time I don't know what I'm doing."

"Kayaknya lebih ke most of the time, deh."

"Shut up, Jaja Miharja. Gue lagi mau masuk ke mode curhat."

Aku mencibir pelan, tapi tetap membiarkan Amos melanjutkan.

"Gue harus bagaimana ya, Ja, sama mereka? Gue sudah coba saran lo buat bawa ke psikolog anak. Mereka masuk satu per satu, supaya bisa diases terpisah. Gue ngerasa gagal jadi orang tua."

Aku menimbang-nimbang dalam hatiku cara untuk memperingan pembicaraan ini dan yang keluar dengan nada bergurau adalah "How the heck I know? Gue bukan orang yang tepat buat ditanya soal anak, soalnya gue gugurin kandungan."

18/7/23

I JUST DROPPED THE BOMB wkwkwk yuk yuk komen dan kasih bintang supaya cepet apdet. Akutu sedih kalo dikit tauuuu

 Akutu sedih kalo dikit tauuuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Six Ways To Sunday [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang