Six Ways To Sunday - 11.3 Pestanya Lio Dan Ara

7.4K 1K 73
                                    


Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)

🌟



Aku buru-buru duduk di atas ranjang dan melarikan mataku ke sekitar. Ada Amos yang berdiri di dekat ranjangku dan sekelebat bayangan bocah yang berlari melewati pintu kamarku yang terbuka.

Duniaku masih blur saat berusaha berdiri, sehingga aku kembali terduduk di atas ranjang. "Lo ngapain?"

"Bangunin lo. Memang apa lagi gue di sini?"

"Nyuri komik hentai gue."

Kepala amos bergerak ke kanan dan kiri lalu berhenti ketika menemukan lemari buku yang bersebelahan dengan lemari baju kemudian tertawa. "Masih jadi penyuplai bokep lo?"Dia menyambangi lemariku, "Golden boy! Astaga, masih punya aja lo ini komik legendaris." Jemari panjangnya kemudian menyisir punggung komik lain.

"Pantes lo nggak kasih Lio masuk ke sini beberapa hari lalu. Dia bilang dia mau baca komik, tapi lo usir dia."

Siapa yang tidak panik kalau ada anak kecil yang menyambangi koleksi komikku? Aku sudah sengaja memisahkan mana yang bisa dipinjam oleh orang lain, mana yang tidak boleh disentuh selain olehku atau orang-orang terdekat. Bahkan Mama saja tidak aku izinkan memasuki kamar.

Dulu, Amos masuk jajaran orang yang boleh menyentuh koleksiku. Tak jarang kami menghabiskan waktu untuk membaca komik saat kamarku masih berada di atas. Mulai dari Doraemon, Conan, Detektif Kindaichi sampai komik yang judulnya tidak bisa kusebutkan. Koleksi komikku yang aman masih ada, terpajang di ruang tamu.

Aku memukul punggung tangan Amos lalu mendorongnya menjauh dari dari koleksi penuh dosa yang akan langsung menjadikanku favoritnya Lucifer.

"Jangan sentuh-sentuh barang gue."

"Gue kan mau update kehidupan per-hentaian gue yang lama mati suri."

"Cari suplaier sendiri, yang ini sudah tutup buku."

Aku masih mendorongnya hingga kaki Amos berubah menjadi jangkar dan tenagaku tidak lagi dapat menandinginya.

"Ini foto lo?"

Aku mengikuti arah pandang amos yang terhenti pada foto cewek menghadap muka dengan rambut yang menjadi satu-satunya alat untuk menutupi dada yang tidak mengenakan lembaran pakaian. Hanya setengah badan, tapi karena hanya gambarku yang memenuhi kanvas berukuran 65 x 54 cmsehingga tampak menonjol, terutama dengan latar hitam yang kontras dengan kulitku yang tertimpa cahaya. Foto hitam putih. Di sekelilingnya ada foto lain dengan berbabagai macam lingerie dengan ukuran kanvas yang lebih kecil. Tapi yang ini berwarna. Budoire photography.

Aku selalu melihatnya sebagai bentuk karya seni dan pengingat untuk mencintai diriku sendiri saat aku merasa tidak bisa.

Di foto yang paling besar itu mataku tertutup. Rambutku yang lurus dan panjang menempel di kulitku. Bibirku terkatuptanpa senyum. Aku paling suka foto itu karena memperlihatkan sisiku yang vulnerable.

Namun, kali ini aku tidak menyukainya karena Amos seperti melihat sesuatu di sana. Otakku bekerja cepat dengan menendang belakang lutut Amos hingga dia terjatuh ke depan. Serangan dadakan yang sering kami lakukan secara bergantian waktu kecil.

Dia mengerang kesakitan dengan kedua tangan di atas lantai untuk menyanggah agar kepalanya tidak mencium ubin. Umpatan kecil berkumandang di dalam kamarku.

"Lo bisa nggak kurang-kurangin berengseknya?" desis Amos.

"Lo bisa nggak jangan lihat foto telanjang orang lain?"

"Lo pajang begitu masa nggak bisa dilihat orang lain?"

"Gue pajang di kamar, itu berarti bukan buat mata tamu-tamu." Aku menendang Amos yang sudah berdiri hingga dia berhenti tepat di depan pintu kamar. "Out," sambungku.

"Lo berdua ributin apaan lagi, sih?" Rei membawa tongkat baseball yang akan digunakan sebagai pemukul pinata. Tapi tongkat itu sudah kami hias dengan batu-batu berukuran besar agar tampak cute. "Nggak bisa mulai bantuin gue aja apa? Ini dua bocah sudah minta mukul pinata."

"Teman lo pelit."

"Teman lo nggak tahu diri."

Kataku dan Amos berbarengan yang dihadiahi Rei helaan napas berat seolah-olah dia tidak sanggup lagi menghadapi kami berdua. "Cepet bantuin gue setting ruang tengah buat nonton Disney. Gue sudah beli tenda besar dan proyektor langit." Rei kemudian meyipitkan matanya ke arahku, "Atau kalau lo mau alergi gigitan bugs lo kambuh, kita bisa set semuanya di taman belakang."

Aku bergidik ngeri. Gatal, panas, dan merahnya bisa tahan selama seminggu penuh dan aku tidak pernah bisa untuk tidak menggaruk dan berujung dengan luka. "No ma'am."

Begitu Rei menghilang dari hadapan kami berdua, aku menginjak kaki Amos sembari berjalan melewatinya.

11/6/23

Apdet lagi waktu bintang 550 dan komen 150 ya ges, atau 24 Juni 2023. Pencet bintang n komen ya supaya cepet apdet :D

Untuk cerita ini mungkin bisa apdet 3-4x dalam sebulan. Tergantung targetnya sampe atau enggk juga, sih..yang pasti sebulan 2x hehe

yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy)

 Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Six Ways To Sunday [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang