Six Ways To Sunday - 22.1 There's no way I'm letting you go

10.3K 735 52
                                    


Question of the day: es krim vanila atau cokelat?

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG, twitter, tiktok @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟

Aku mematut diri di depan cermin kamar mandi. Kaos Amos sudah pasti kebesaran, tapi tidak lantas membuatku sangat tenggelam karena tubuhku yang juga tinggi. Panjangnya setara dengan celana pendek yang aku kenakan. Rambutku tergerai dengan wajah yang sudah aku basuh. Bibirku masih bengkak setelah maraton ciuman yang kami lanjutkan setelah makan malam.

Telunjukku mengusap bibir yang sudah aku usapkan pelembab yang Amos berikan bersama dengan satu pouch sabun cuci muka serta skin care milikku yang tidak tahu kapan berada di tangannya. Ini pasti ulah Rei lagi.

Setelah aku mengatur napas lima kali serta mengumpulkan keberanian yang berhamburan setelah aku tidak lagi dalam pengaruh ciuman Amos. Sialan, ciumannya adiktif dan yang aku inginkan sekarang adalah menarik bibirnya kembali.

"Lo nggak punya celana yang lebih panjangan?" Aku bertanya setelah keluar dari kamar mandi. Amos menunggu di depan pintu hanya dengan celana pendek. Erangan kecil lolos dari tenggorokanku. Aku lupa kalau dia lebih sering tidur tanpa baju sejak dulu.

Mata Amos berlari ke seluruh tubuhku seolah tidak tahu di mana dia harus berhenti. Tatapannya seolah menelanjangiku dan kembali menggoda seluruh indraku setiap matanya berhenti lebih lama di satu titik.

"Kalau ada juga gue tetep kasih lo yang lebih pendek," jawabnya enteng, "koloran aja kalau enggak."

"Kepala lo gue kasih kolor mau?" Aku melewati Amos tanpa berani melihat ke dadanya. Perutnya tidak sekotak-kotak dulu. Tapi semua otot itu masih ada meski samar, menggoda resolusiku untuk menambahkan gigi di hubungan kami yang aku rencanakan perlahan.

Namun, siapa yang aku bohongi? Aku sudah menancap gas saat menciumnya lebih dulu.

"Kalau kolor lo boleh juga dicoba. Gue pakai di kepala kayak di komik-komik hentai."

Aku berhenti dan berbalik hingga tubuh Amos yang mengekoriku tepat berada di hadapanku. Ibu jari dan telunjukku mencubit bibirnya kencang dengan gemas. "Harus ya nyebut kolor sama hentai?"

Tanpa beban, Amos menangkap tanganku yang akan melepaskan bibirnya dan justru memasukkan jari telunjukku ke dalam mulut. Mengisapnya berulang kali sambil terus menatap mataku.

Help! Aku tidak tahu bagaimana menghentikan Amos yang sudah terlanjur melewati garis sahabat di antara kami dan hinggap di batas seksual.

Aku panas dingin hingga dia berhenti dan mengeluarkan jari telunjukku dengna bunyi pop yang nyaring. "Enggak. Lo sama gue kan obrolannya kayak gitu. Kita lebih romantis dan erotis aja. Hoh, berirama. Romantis dan erotis." Amos menggeser satu tangannya yang menganggur seolah sedang memberikan judul di udara. "Operasi Jaja: kencan yang romantis nan erotis."

I have to keep my libido in check. Karena Amos yang ngebanyol pun membuatku ingin mendaratkan ciuman ke bibirnya.

Aku menarik tanganku dari genggaman Amos dan berjalan menuju kamarnya tanpa banyak kata. Tapi wajahku yang memerah pasti yang membuat dia tertawa di belakangku, mengekori dengan langkah ringan.

Aku langsung naik ke atas ranjang Amos. Mengambil sisi yang paling dekat dengan pintu dan dia mengisi yang lainnya. Aku sudah menutup mata, membiarkan Amos menarikku hingga tubuh kami hanya terpisah dengan lembaran kain saja. Kepalaku dinaikkan ke atas lengannya agar menjadi bantalanku.

Six Ways To Sunday [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang