Six Ways to Sunday - 18.1 Titik Balik

6.3K 810 111
                                    


Question of the day: Kucing apa anjing?

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟


"Demi lego lima juta gue. Demi lego lima juta gue." Aku mengulang kalimat itu beratus kali semenjak bangun dari ranjang pagi ini. Sekarang aku tengah menyapukan blush on ke pipi sambil memandangi daerah itu dari cermin. Aku mengangguk saat pipiku tidak tampak habis dipukul satu kampung. Cukup untuk memberikan rona di wajahku yang biasanya pucat.

Aku sudah malas untuk datang ke kencan ini sejak aku mengirimkan pesan ok ke ajakan Reno. Ini saja aku sudah bernegosiasi dengan memilih cafe terkenal di mal yang dekat dengan rumah supaya aku tidak memiliki alasan untuk membatalkan secara tiba-tiba.

List pertanyaan apa saja yang bisa aku tanyakan di kencan pertama sudah ada di note ponselku. Hasil riset semalam suntuk melalui akun Instagram Reno yang untungnya tidak dikunci. Dia ternyata jauh lebih muda dari perkiraanku. Damn. Bahkan untuk yang seumuran saja aku susah cari bahan pembicaraan.

"Jadi lo kencan sama berondong yang masih kuliah?"

Aku mengesah mendengar pertanyaan Rei. Dia senang sekali mengingatkanku mengenai hal ini sejak kemarin kami mulai stalking akun cowok itu. "Kayanya lo bisa jadi tantenya, Ja." Adalah komentar yang langsung dilontarkannya.

"Berondong yang masih kuliah juga hitungannya kencan dan gue bisa dapat lima juta."

Rei masuk ke dalam kamarku dan langsung mengempaskan bokongnya di atas ranjang. Kakinya menjulur dan terkunci di pergelangan, sementara kedua tangannya menyanggah tubuh bagian atasnya di belakang tubuh. "Iya, sih. Lima juta lumayan banget. Lo juga harus gerak cepat supaya nggak kalah dari Amos."

Sahabatku tertawa. "Gue masih nggak sangka kalau lo curang banget. Lo harus berangkat sekarang kalau nggak mau telat. Cari parkiran di sana susah, kan?"

"Gue mau naik ojek aja."

"Off you go." Rei membasahi bibirnya sebelum melanjutkan. "Kalau ada apa-apa kabarin gue aja." Dia selalu mengatakan ini setiap aku pergi kencan. Fakta bahwa dia selalu mengatakan hal yang sama setiap aku pergi kencan membuatku terharu tetapi patah hati secara bersamaan. Aku tahu dia masih belum bisa lupa kejadian beberapa tahun lalu. Dia merasa bersalah karena tidak memegang ponsel saat aku menghubunginya dan baru tahu setelah satu jam berlalu. Selepas kejadian itu, Rei selalu memegang ponselnya.

Dia selalu mengatakan kalau aku butuh berkencan, tetapi dia sendiri yang paling banyak mengkhawatirkanku jika aku benar-benar melakukannya. Dia akan mengeluarkan kemampuan stalking dan membuka seluruh media sosial calon kencanku dan mengulik isinya semalaman. Rei lebih cocok menjadi intel melihat kemampuannya mencari borok orang lain hingga yang terkecil sekali pun.

Aku mengangguk dan pergi dengan ojek online yang sudah tiba. Tidak sampai lima belas menit, aku sudah berada di dalam cafe. Memilih tempat duduk tepat di tengah supaya banyak distraksi jika tiba-tiba saja aku kehabisan pertanyaan tidak penting atau canggung tiba-tiba ingin threesome dengan kami.

Reno datang tepat waktu. Di siang hari seperti sekarang, aku baru menyadari bagaimana tampilannya sangat ... anak muda. Untung saja aku memilih memakai blouse dan boyfriend jeans serta sepatu kets agar tidak terlihat seperti tante girang yang sedang mengajak jalan berondongnya.

"Kamu cepat banget," kata Reno begitu dia menarik kursi dan duduk tepat di depanku. Senyum menghiasi bibir yang juga baru aku sadari ada tahi lalat kecil di ujung kanannya.

Six Ways To Sunday [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang