Tiga tahun kemudian
Tiga tahun berlalu, kini Aldi tengah berkutat dengan kuliahnya. Pemikiran Aldi juga sudah semakin dewasa dan tidak main-main lagi. Aldi fokus dengan kuliahnya dan masa depannya. Intensitas pertemuannya dengan teman-temannya juga semakin jarang. Aldi jarang berkumpul dengan mereka karena alasan kuliah. Hanya dengan Steffi dan Andirah saja sesekali Aldi mau bertemu dan nongkrong bersama.
Aldi sedang berjalan santai di koridor kampusnya. Hari ini jadwal kuliahnya telah selesai dan ia memiliki janji untuk bertemu dengan Steffi. Tadi Steffi meminta untuk bertemu dengannya dan mengajaknya pergi ke suatu tempat. Namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda kedatangan gadis itu di hadapannya.
"Aldii."
Aldi menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Aldi tersenyum singkat saat melihat Fanni, salah satu teman sekelasnya berjalan ke arahnya.
Fanni Larasati, salah satu teman sekelasnya yang begitu dekat dengannya. Aldi memang sangat dekat dengan Fanni karena sifat gadis itu yang supel dan mudah bergaul. Selain itu Fanni juga pintar. Tak jarang Aldi meminta bantuan Fanni untuk menjelaskan materi yang belum ia mengerti. Fanni juga dengan senang hati membantu Aldi. Keduanya juga sering menghabiskan waktu bersama.
Fanni berdiri di depan Aldi dengan senyum manisnya. Senyum yang bisa membius semua orang-orang yang melihatnya, kecuali Aldi.
"Lo mau balik?" tanya Fanni basa basi.
Aldi menganggukkan wajahnya. "Ada janji sama sepupu gue, Steffi," jawab Aldi dengan jujur. "Kenapa, Fan?"
"Nggak papa sih. Gue cuma mau tanya sama lo, lo udah ngajuin judul skripsi?" tanya Fanni sembari mengeratkan pegangannya pada buku-buku yang ia bawa.
"Gue belum kepikiran buat ngajuin judul. Masih nggak tau mau buat judul apa. Emang pendaftaran buat ngajuin judul udah buka?"
"Udah." Fanni menganggukkan kepalanya dengan semangat. Ini kesempatan bagus untuk Fanni lebih dekat dengan Aldi. Fanni akan membantu Aldi untuk menyelesaikan skripsinya. "Pendaftarannya udah di buka dari semalam. Gue kira lo udah tahu."
"Aldi, ayoo." Steffi yang baru saja datang langsung menarik tangan Aldi untuk pergi dari hadapan Fanni.
Sejak awal mengenal Fanni, Steffi sudah memiliki feeling yang tidak baik kepada gadis itu. Steffi merasa jika Fanni menyukai Aldi. Steffi bisa melihat itu dari cara Fanni berbicara dan menatap wajah Aldi. Fanni juga selalu mendekati dan mengajak Aldi untuk belajar bersama.
Aldi menatap Fanni yang terlihat tidak nyaman dengan kedatangan Steffi. Aldi pun segera melepaskan pegangan Steffi di tangannya dan menatap gadis itu.
"Gue masih bicara sama Fanni. Lo bisa tunggu di parkiran aja?"
Steffi menatap Fanni sinis dan beralih menatap Aldi. "Lo kalo mau ngomong sama dia, ngomong aja. Gue bisa tunggu disini atau disana." Steffi menunjuk kursi yang berada tak jauh dari jarak mereka. "Jangan lama-lama ngobrolnya."
Sebelum melangkahkan kakinya, Steffi menatap sinis Fanni lagi dan melangkah pergi. Harusnya Fanni bisa melihat jika Steffi tidak suka dengan kehadirannya di samping Aldi. Bukan malah mengambil kesempatan untuk selalu bersama dengan Aldi.
Fanni meringis melihat tatapan sinis yang Steffi tunjukkan kepadanya. Fanni bukan tidak sadar jika Steffi tidak menyukainya. Hanya saja Fanni tidak tahu apa alasan Steffi tidak menyukainya.
"Kayaknya sepupu lo nggak suka sama gue, Ald." Fanni beralih menatap Aldi. "Ada yang salah dari gue, ya?"
"Nggak usah di pikirin. Dia emang suka gitu orangnya," kata Aldi dengan Fanni. "Lo ngomong apa tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT (End)
Teen FictionSiapa gadis yang tetap setia meski telah di selingkuhi? Siapa gadis yang tetap sabar selalu di caki maki oleh pasangannya sendiri? Siapa gadis yang masih masih bertahan saat pasangannya selalu berusaha membuatnya pergi? Gadis itu adalah Kania Sals...