Delapan Puluh Tiga

11.2K 773 229
                                    

Sudah seminggu semenjak insiden tersebarnya masalah keluarga Aldi, tetapi Salsha belum menemukan orang yang mencoba mengadu dombanya dengan Aldi. Salsha tidak mendapatkan tanda-tanda apapun. Dan selama seminggu itu, Salsha merindukan sosok Aldi. Jika biasanya ia melihat lelaki itu di kantin atau sedang bermain futsal tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Salsha mulai merasa kesepian.

Hubungannya dengan Iqbaal pun semakin mesra. Meski diam-diam Salsha tetap merindukan Aldi, tetapi ia tetap bersikap manis kepada Iqbaal. Ia tidak mau mencampur adukkan permasalahannya dengan Aldi kepada Iqbaal. Iqbaal sudah lebih cukup untuknya. Lelaki itu memperlakukannya dengan baik, tidak seperti Aldi dulu yang selalu kasar kepadanya.

Sore ini, Salsha menghabiskan waktunya dengan membaca novel yang belum selesai ia baca. Baru satu halaman tetapi ia sudah tak fokus. Ucapan Steffi seminggu yang lalu masih tergiang-giang dipikirannya.

"Apa mungkin Iqbaal yang ngelakuin itu?" gumam Salsha

Salsha menggelengkan kepalanya. Ia menepis pikiran itu, tak mungkin jika Iqbaal adalah pelakunya. Iqbaal memang sering cemburu kepada Aldi, tetapi tak mungkin orang sebaik Iqbaal tega melakukan hal tersebut.

"Mungkin apa yang Karel bilang memang benar. Aldi kan jahat, bisa aja dia punya banyak musuh disekolah. Nggak mungkin Iqbaal." gumamnya lagi.

Salsha menutup novelnya, ia beranjak mengambil album mini di dalam laci dan membukanya. Salsha tersenyum simpul, di album itu banyak fotonya bersama Aldi. Foto kebersamaan mereka dulu.

Salsha mulai mengingat kembali apa saja yang menimpanya sejak dulu. Aldi dengan sikapnya yang berubah-ubah dan tak tentu. Kadang lembut dan juga kadang kasar. Masalah kecilpun bisa ia besarkan. Jika mengingat semua itu Salsha merasa jadi gadis yang paling bodoh. Ia tetap bertahan meski Aldi selalu mengasarinya. Namun bagaimana lagi, meskipun kasar Aldi kadang perhatian dan lembut. Jadi sangat susah membenci lelaki itu.

"Lo make pelet kali ya, Ald. Kenapa gue nggak bisa benci sama lo. Benci yang betul-betul benci." kekeh Salsha.

Salsha membaringkan tubuhnya dikasur. Ia menutup matanya dan mengingat kembali kenangan bersama Aldi. Perlahan, sudut bibirnya terangkat, meski kasar Aldi juga perhatian. Ia ingat bagaimana Aldi membelanya saat ia dibully oleh Cassie dan Bella. Namun sudut bibir itu kembali menurun saat ia mengingat kejadian di taman. Kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan. Dimana saat ia tahu Aldi kembali selingkuh dengan Katya. Pertama, Caitlin yang Aldi pacari disekolah. Kedua Katya, gadis yang berstatus sebagai pacar Aldi sejak smp. Jika kekasaran yang Aldi lakukan bisa dimaklumi karena traumanya terhadap kekerasan, tetapi perselingkuhan sama sekali tidak bisa di tolerir. Perselingkuhan itu terjadi karena Aldi merasa tidak cukup dengan satu gadis saja. Ia masih mencari kebahagiaan dengan gadis lain. Itu yang tidak bisa Salsha maafkan.

Salsha membuka matanya dan bangkit dari tidurnya. Ia memukul-mukul kepalanya untuk bisa melupakan Aldi.

"Lupa dong, lupa sama Aldi. Gue udah punya Iqbaal. Aldi itu nggak setia. Biarpun dia udah nggak kasar lagi, tapi nggak ada jaminan dia nggak akan selingkuh lagi. Lupain Aldi dong, Sals." ucapnya kepada dirinya sendiri.

Salsha bergerak ke kamar mandi dan mencuci mukanya. Ia perlu melakukan sesuatu untuk bisa mengalihkan pikirannya dari Aldi, dan Salsha memutuskan mengajak Iqbaal jalan-jalan dipasar malam. Sekarang Salsha akan bersiap-siap dan menemui Iqbaal dirumahnya.

****

Bintang malam, sampaikan padanya
Aku ingin melukis sinarmu di hatinya
Embun pagi, katakan padanya
Biar 'ku dekap erat waktu dingin membelenggunya

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang