Sembilan Puluh

12K 959 266
                                    

"Ulangan kali ini gue yakin nilai gue pasti bagus."

Kezia menoleh kebelakang saat Aldi berkata seperti itu. Ia terkekeh ringan, sepertinya Aldi sangat antusias ulangan kali ini. Tidak seperti ulangan-ulangan sebelumnya.

"Iya deh, yang sekarang udah pintar." ledek Kezia. Ia memeletkan lidahnya, "Siapa dulu dong yang ngajarin."

Aldi juga ikut terkekeh, "Pengen banget gue sebut nama lo."

"Tapi lo harus janji sama gue, kalo nilai ulangan lo kali ini bagus, lo harus traktir gue makan." kata Kezia sembari menaikturunkan alisnya.

"Nggak usah nunggu nilai gue bagus, ntar malam gue traktir lo, sebagai ucapan terimakasih. Lo kan udah banyak bantu gue." kata Aldi tulus. Berkat Kezia, berkat kesabaran gadis itu mengajari Aldi, membuat nilai akademik Aldi semakin lama semakin bagus.

"Yaudah, ntar malam kita janjian di cafe. Gue chat ntar dimana lokasinya." ujar Kezia antuasias. Ia tersenyum lebar ke arah Aldi.

Karel, yang berada tak jauh dari kursi keduanya dan mendengar semua obrolan mereka hanya tersenyum kecut. Ia tak mengerti kenapa banyak gadis yang menyukai dan mengidam-ngidamkan lelaki seperti Aldi.

Ponsel Aldi bergetar. Ada satu pesan dari Andirah. Aldi segera membacanya pesan tersebut dan mengernyit bingung.

Andirah : Salsha kayaknya lagi ada masalah. Tadi dia kacau banget. Lo samperin gih kerumahnya. Ntar dia kenapa-napa lagi.

Aldi terdiam. Ia meremas ponselnya. Memang sudah seminggu setelah Aldi mengantar gadis itu pulang, mereka tidak pernah bertemu atau terlibat komunikasi lagi. Baik Salsha dan juga Aldi sibuk dengan kehidupan mereka  masing-masing.

Aldi menghela nafasnya. Ia mencoba tenang meskipun rasa khawatir menghampirinya. Ia takut terjadi apa-apa dengan gadis itu. Salsha, gadis itu masih ada dihati Aldi sampai detik ini.

"Lo kenapa?" tanya Kezia saat menyadari perubahan raut wajah Aldi, "Siapa yang ngechat lo?"

Aldi tak menjawab. Ia menoleh ke tempat Karel berada. Karel sedang berpura-pura membaca buku, "Rel."

Karel menoleh tanpa minat. Ia juga menatap Kezia dengan nanar, "Kenapa?"

"Andirah bilang Salsha lagi ada masalah. Lo bisa temuin dia? Lo kan sahabatnya." kata Aldi.

"Kayaknya sekarang yang lebih berhak atas dia itu elo. Gue tau kalo kalian masih saling sayang. Kalo Salsha percaya lo udah berubah, kenapa gue larang kalian bersama? Yang jalanin juga dia." jelas Karel panjang lebar. Ia melirik Kezia sekilas kemudian kembali menatap Aldi, "Lagian, ada hati yang harus gue jaga. Ada hati yang mau gue perjuangin."

Aldi paham situasi ini. Karel mungkin tidak mau membuat Kezia cemburu lagi. Aldi mengangguk, "Yaudah gue aja yang nemuin dia pas pulang sekolah."

Mendengar ucapan Aldi membuat Kezia mendengus kesal ditambah Karel yang masih menatapnya penuh arti, "Tapi nanti malam jadi 'kan? Awas aja kalo lo ingkar."

"Iya-iya, bawel."

****

"SAL, KELUAR LO!"

Salsha yang sedari tadi tertidur mendadak terbangun ketika mendengar teriakan dari luar rumahnya. Salsha memijat pelipisnya yang terasa sakit. Sejak tadi, diperjalanan pulang ia terus saja menangis. Ia juga tak bercerita kepada Steffi tentang keadannya ini. Steffi sendiri, selesai mengantarnya pulang dan membuatkan minum kepadanya langsung pergi.

Salsha berjalan menuruni undakan tangga satu persatu. Ia mengintip dari jendela dan menemukan Iqbaal berada di depan pintunya. Lelaki itu terlihat sangat mengerikan.

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang