Salsha mati-matian menahan airmata yang siap membahasi pipinya. Bentakan Aldi membuat Salsha takut, dengan suara bergetar, Salsha menjawab, "Karel cuma sahabat aku waktu Smp."Aldi tertawa. Salsha meringis mendengar tawa itu. Ia tahu, ini adalah awal yang buruk.
"SAHABAT? SAHABAT TAPI KANGEN-KANGENAN GITU? HAHA LO KIRA GUE BAKAL PERCAYA?"
Salsha sudah tak mampu menahan airmatanya lagi. Tetesan air mata Salsha mulai membanjiri pipinya. Salsha hendak memegang tangan Aldi. Tapi dengan cepat, Aldi menepisnya.
"DASAR CEWEK MURAHAN. PELACUR!"
Bahu Salsha merosot mendengar kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut Aldi itu. Selama ia berpacaran dengan Aldi, baru kalo ini Salsha mendengar Aldi menyebutnya dengan kata pelacur. Dan itu mampu membuat Salsha semakin sakit hati.
Salsha menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Isakan-isakan kecil mulai keluar dari bibir mungilnya. Salsha tak habis pikir dengan Aldi. Bisa-bisanya Aldi mengatakan kalimat terlaknat itu.
Aldi mengacak rambutnya frustasi melihat Salsha yang menangis karna ulahnya. Ia tak menyesal telah mengatakan kata itu kepada Salsha. Aldi merasa kata-kata cocok menggambarkan sosok yang ia jadikan sebagai pacar itu.
"Ald..." Salsha mencoba menjelaskan dengan suara paraunya, "Aku gak ada perasaan apa-apa sama Karel. Dia juga sahabat aku waktu smp. Percaya sama aku."
Aldi diam tak merespon. Tanpa sepatah katapun, Aldi meninggalkan Salsha.
Salsha memjauhkan tangan yang sempat menutupi wajahnya tadi. Airmata Salsha semakin deras menetes melihat Aldi tak lagi ada di hadapannya.
Selang beberapa lama, Aldi datang dan mengambil kunci motornya, "Yuk, gue anterin pulang."
Bukannya menurut, Salsha makin menangis. Sepertinya, Salsha tahu apa yang akan terjadi dengan hubungannya dan Aldi. Tentunya Salsha tak akan pernah mau hal itu terjadi.
Aldi menghela nafasnya. Ia sudah tak berfikir jernih lagi. Bahkan melihat Salsha yang menangis pun Aldi tak peduli, "Cepat, Sha. Jangan bikin gue emosi."
Tak mau lebih membuat celah besar antara dirinya dan Aldi. Salsha memutuskan menurut. Ia berdiri dan mengikuti langkah Aldi yang telah lebih dulu melangkah menuju motornya terparkir.
*****
Salsha turun dari motor Aldi sembari mengusap sisa air matanya. Perasaannya masih campur aduk sekarang, apalagi selama di perjalanan Aldi sama sekali tak mengatakan apapun.
Salsha menatap Aldi yang saat ini menatap lurus kedepan, sama sekali tak melihatnya. Hati Salsha teriris melihat itu. Ntah harus bagaimana lagi Salsha meminta maaf kepada Aldi.
"Ald, kamu harus percaya, aku sama Karel gak ada..."
"Cukup!" Aldi memotong ucapan Salsha tanpa melihatnya, "Gue muak dengar omong kosong lo."
Aldi menyalakan motornya dan menatap Salsha angkuh, perkataan Aldi selanjutnya membuat hati Salsha mencelos. Dunianya serasa runtuh.
"Lebih baik kita pikirin lagi hubungan ini. Gue tentu saja gak mau pacaran sama wanita murahan kayak lo. Lebih baik kita putus."
Salsha menenguk ludahnya. Mencoba menahan tangan Aldi tetapi kalah cepat dengan Aldi yang melesatkan motornya menjauhi rumah Salsha.
Kaki Salsha melepas setalah Aldi mengikrarkan kata putus itu. Salsha sama sekali tak pernah membayangkan jika ia akan berpisah dengan Aldi. Membayangkannya saja Salsha tak mau. Apalagi hal itu terjadi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT (End)
Teen FictionSiapa gadis yang tetap setia meski telah di selingkuhi? Siapa gadis yang tetap sabar selalu di caki maki oleh pasangannya sendiri? Siapa gadis yang masih masih bertahan saat pasangannya selalu berusaha membuatnya pergi? Gadis itu adalah Kania Sals...