Enam Puluh Lima

44.3K 2.3K 782
                                    

"Gue nggak bisa ceritain itu sama lo. Gue takut lo makin benci sama gue," kata Aldi, "Karna masalah itu Katya harus di bawa ke luar negeri dan gue hampir di penjara. Tetapi nasib baik menghampiri gue, Katya cabut tuntutan itu. Gue bebas. Setelah kejadian itu bukannya berubah, gue malah semakin menjadi-jadi dan brutal. Siapapun cewek yang ngedekatin gue selalu ngerasain pukulan gue. Sampai akhirnya kita SMA dan gue mulai ketemu sama lo." Aldi menghentikan ucapannya dan menatap Salsha dalam.

Salsha juga ikut menatap Aldi. Perasaannya campur aduk mengetahui masalalu kelam Aldi yang baru ia ketahui sekarang. Nafasnya memburu dan badannya merinding. Benar-benar ikut merasakan bagaimana kekejaman Aldi dulu.

Kemudian Aldi pun melanjutkan ceritanya, "Sampai akhirnya gue ngelihat lo pas Mos. Disitu gue udah mulai tertarik dan naruh rasa suka sama lo. Gue tulus sayang sama lo, Sha. Gimanapun kejam dan kasarnya gue, gue tetap sayang sama lo. Gue cuma nggak bisa ngendaliin diri gue. Alasan kenapa gue nggak mau putus, itu karena gue takut kehilangan lo. Gue nggak mau jauh-jauh dari lo. Gue nggak sanggup."

Salsha diam. Tak ada perasaan bergetar atau terharu mendengar penjelasan Aldi. Perasannya hambar.

"Soal Katya, gue nggak tau tiba-tiba dia datang lagi di kehidupan gue. Dia minta gue jagain dia dan balik kayak dulu lagi. Karena rasa bersalah gue di masa lalu, akhirnya gue mau jagain dia. Tapi sedikitpun gue nggak punya rasa apapun lagi kedia," Aldi menatap Salsha dalam. Menyalurkan rasa sayangnya yang semakin menguap, "Gue tahu gue salah karna nggak jujur dan nutupin ini semua dari lo. Gue nggak mau lo salah paham dan ninggalin gue. Gue nggak sanggup kehilangan lo."

Aldi mengeluarkan airmatanya di depan Salsha. Ia meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya erat. Salsha diam, tak bergeming. Ia bingung harus melakukan apa.

"Pliss, maafin gue dan kasih gue kesempatan kedua. Gue janji bakal berubah dan perbaikin semua ini."

"Sorry, gue nggak bisa." Salsha melepaskan genggaman Aldi di tangannya, "Ini bukan kali pertama lo lakuin ini ke gue. Udah sering, Ald. Dan gue nggak mungkin maafin lo semudah itu."

"Tapi gue janji ini terakhir kalinya gue kayak gini. Gue janji nggak bakal kasar dan main cewek di belakang lo lagi. Pliss, Sha. Jangan tinggalin gue."

"Nggak ada gunanya lagi! Jaga selagi ada, jangan setelah gue pergi baru lo ngerasa kehilangan. Nggak ada cewek yang sebodoh dan sesabar gue, Ald." Salsha berdiri dari duduknya, "Waktu lo udah habis. Silahkan pergi!"

Aldi pun berdiri. Ia mencegah Salsha yang ingin memasuki rumahnya, "Satu kesempatan terakhir. Aku mohon, Sha."

Salsha menepis kuat tangan Aldi dari genggamannya, "Seribu kesempatan pun nggak akan bikin kau berubah, Ald. Kamu lupa berapa kali aku ngasih kamu kesempatan tapi kamu tetap ngelakuin kesalahan. Aku capek, Ald. Cukup aku cewek yang kamu giniin. Buat ini jadi pelajaran berharga di hidup kamu."

Salsha memasuki rumahnya, sebelum menutup pintu, ia menatap Aldi sejenak, "Cuma aku cewek yang sesabar dan sebodoh ini ngadepin kamu. Kamu nggak nemuin cewek kayak aku lagi."

Salsha menutup pintu itu dan menangis tanpa suara. Menangisi dirinya yang begitu bodoh dalam percintaan. Dulu, Salsha berpikir, dengan memberikan kesempatan kepada Aldi, lelaki itu akan berubah menjadi lebih baik. Nyatanya tidak. Semakin di beri kesempatan, maka semakin Aldi semakin dalam juga menyakitinya.

"Loh, Sha, lo kenapa?" tanya Karel yang baru kembali dari dapur. Ia terkejut melihat keadaan Salsha yang kembali menangis.

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang