Tujuh

27.3K 1.1K 44
                                    

Pukul 6 lewat 15 menit, Salsha berjalan mondar-mandir di kamarnya. Kepalanya pusing memikirkan jalan agar ia boleh keluar malam nanti untuk bertemu dengan Aldi. Pastinya, Bunda Salsha tak akan membiarkannya keluar malam hari.

Salsha menghela nafas panjang saat tak ada satupun ide yang masuk di pikirannya. Ia galau dan gelisah. Pikirannya tak tenang. Ia tak bisa terus-terusan seperti ini dengan Aldi. Bagi Salsha, Aldi adalah udara dan nafasnya, jika tak ada Aldi, ia bisa mati.

"Gue harus nekad, harus!"

Dan tanpa berfikir dua kali lagi, Salsha bergegas meraih jaketnya dan keluar dari kamarnya. Di ruang tamu, Salsha bertemy dengan Bundanya.

"Bun, Salsha kerumah Steffi dulu, ya. Bentar, kok. Gak lama." ujar Salsha memberi alasan.

"Gak boleh, Sha. Ini udah hampir malam. Kamu di rumah aja." Bunda Salsha menolak keras usulan Salsha tersebut.

Salsha menghela nafas lelahnya. Apalagi alasannya agar di perbolehkan keluar oleh Bundanya, "Bun bentar aja. Nanti Salsha pulangnya bareng Aldi, kok," ujar Salsha sedikit ragu dengan alasannya itu. Pasalnya ia belum tahu apakah Aldi bersedia untuk mengantarnya pulang nanti.

"Seriusan sama Aldi?"

Dengan ragu Salsha menjawab, "Iya, Bun."

Ibunda Salsha tersenyum, ia memegang pundak Salsha, "Kalo gitu Bunda bolehin. Kalo kamu sama Aldi kan Bunda jadi tenang."

Tiba-tiba saja hati Salsha menjadi tak tenang. Ia takut ia tak bisa meyakinkan Aldi dan lelaki itu tak mau mengantarnya pulang. Salsha ingin sekali membatalkan perkataanya tadi, tapi rasanya tak mungkin. Dan yang selanjutnya Salsha lakukan adalah pamit kepada Bundanya.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit dari rumah Salsha ke rumah Aldi. Dan sekarang ia sudah berada di depan pagar rumah Aldi. Salsha menghembuskan nafasnya sejenak. Masih ragu untuk bertemu Aldi.

Salsha meraih ponselnya, ia mengetikkan sesuatu di ponselnya tersebut. Setelah selesai, Salsha memasukkan kembali ponsel tersebut ke dalam sakunya sembari menunggu kedatangan Aldi.

****

From : Salsha💕
Aku udh d depan rumah kamu Ald.

Pesan singkat yang Salsha kirimkan ia abaikan. Ponselnya kembali ia letakkan di atas meja. Kepalanya menoleh ke sampingnya, ada Caitlin yang senantiasa menemaninya disini sejak beberapa jam lalu.

"Dari siapa?" tanya Caitlin, rupanya tadi ia melihat Aldi memegang ponselnya.

"Nggak penting," jawab Aldi acuh. Ia tersenyum kepada sosok di sampingnya ini. Menelisik dari atas sampai bawah. Jika dilihat, Caitlin cantik juga. Dan Aldi rasa ia mulai tertarik dengan gadis ini.

Caitlin tersenyum dalam hati. Ia yakin usahanya untuk mendekati Aldi akan membuahkan hasil. Cepat atau lambat lelaki itu akan mencintainya.

Perlahan, Caitlin mengaitkan tangannya dengan tangan Aldi. Dan anehnya, Aldi hanya diam dan tak menepis tangannya itu. Caitlin bersorak dalam hati. Ia maju satu langkah ke depan.

Caitlin menyandarkan kepalanya ke bahu Aldi dan berdoa semoga Aldi tak menolaknya. Dan sesuai dengan apa yang Caitlin harapkan, Aldi hanya diam bahkan ia mengusap rambut Caitlin.

Entah apa yang Aldi pikirkan hingga ia bisa berbuat seperti itu kepada Caitlin. Sekarang perasannya lebih mendominasi ke perasaan kesal kepada Salsha, dan ia ingin membalas apa yang Salsha lakukan kepadanya.

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang