"Saya tau tanpa kamu kasih tau." Mellina menghela nafasnya, "Saya tau sifat anak saya. Saya tau gimana perlakuan Aldi kepada semua pacarnya termasuk kamu. Dia memang jahat tapi itu tidak semua kesalahan dia."
"Namanya Orang tua pasti tetap belain anaknya lah. Biarpun anaknya salah." gumam Karel.
Salsha menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bingung harus bersikap seperti apa didepan Mellina.
"Aldi pasti sering kan nyakitin kamu baik secara fisik ataupun psikis?" tanya Mellina pelan.
Salsha mengangguk pelan, "Iyaa."
"Tapi itu semua bukan salah dia. Itu semua kesalahan saya..." Mellina menjeda ucapannya. Pandangan lurus kedapan, menerawang, "Bukan cuma kamu yang ngerasain itu. Kamu pasti kenal sama Katya, 'kan? Dia korban pertama Aldi."
Salsha mengangguk, Aldi sudah pernah menceritakan soal Katya kepadanya. Namun yang menjadi pertanyaan Salsha, jika Mellina tau tentang sikap Aldi, kenapa Mellina diam saja.
"Karena kesalahan saya dan suami saya, menyebabkan Aldi seperti itu." Mellina kemudian menjelaskan kepada Salsha tentang perlakuan suaminya. Tak ada yang Mellina tutup-tutupin, "Ini memang aib keluarga saya. Tapi sepertinya kamu perlu tau, dan sahabat kamu juga perlu tau." Mellina menatap Karel.
Karel sendiri hanya diam mendengar penjelasan Mellina. Ia setengah tak percaya dengan ucapan Mellina. Namun, apa untungnya buat Mellina berkata bohong seperti itu. Salsha juga ikut terkejut. Ia menyambung cerita Mellina dan cerita Aldi. Perasaannya campur aduk. Rasa benci yang dulu bersarang dihatinya tampak meluruh, digantikan dengan rasa iba.
"Aldi memang salah. Tapi kalian nggak bisa main hakim sendiri tanpa tau apa alasan dibalik itu." Mellina mengepalkan tangannya, menahan tangis yang ingin keluar, "Dan kamu tau, kenapa saya nggak suka sama kamu waktu itu?" Salsha hanya menggeleng, membuat Mellina melanjutkan ucapannya, "Karena saya tidak mau nasib kamu sama seperti Katya. Saya mau kamu ninggalin anak saya sebelum dia berbuat jauh lebih sakit sama kamu."
Salsha terdiam. Teka-tekinya sekarang terjawab. Ia juga bingung harus bersikap seperti apa. Yang Salsha lakukan hanya menatap Mellina sendu.
"Saya pikir Aldi cuma main-main sama kamu. Tapi ternyata saya salah. Aldi benar-benar mencintai kamu." Mellina mendekat ke arah Salsha, mengusap bahu gadis itu, "Saya tidak pernah melihat anak saya seperti ini. Aldi seperti kehilangan semangat hidupnya, dan semua itu karena kamu."
"Saya bisa menyadari betapa berartinya kamu di hidup Aldi. Karena saya ibu kandungnya." Mellina tersenyum lembut kepada Salsha, "Aldi bukan orang yang baik. Tapi dia mau berusaha jadi Aldi yang lebih baik demi kamu."
"Tapi, hubungan Salsha dan Aldi udah nggak bisa dilanjutin, Tante. Kita udah benar-benar putus dan bakal sulit buat nyatuin kita lagi." Salsha yang sedari tadi diam kini bersuara. Rasanya memang sulit untuk bisa bersama dengan Aldi lagi meskipun ia ingin.
Mellina tersenyum, yakin jika Salsha anak yang baik, "Tante, tau. Bakal sulit buat kamu nerima Aldi lagi setelah apa yang dia lakuin ke kamu. Tante nggak minta banyak sama kamu. Tante cuma pengen kamu maafin Aldi."
"Salsha udah maafin Aldi, kok, Tante. Salsha udah nggak dendam sama Aldi." kata Salsha jujur. Ia juga balas tersenyum. Perasaan canggung itu kini mencair.
Karel hanya diam saja. Enggan mengeluarkan pendapat, namun banyak yang ingin ia sampaikan. Maka yang ia lakukan hanya mendengarkan keduanya berbicara.
"Tante boleh minta tolong sama kamu?" tanya Mellina kemudian.
Salsha mengernyitkan keningnya, "Minta tolong apa, Tante?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT (End)
Подростковая литератураSiapa gadis yang tetap setia meski telah di selingkuhi? Siapa gadis yang tetap sabar selalu di caki maki oleh pasangannya sendiri? Siapa gadis yang masih masih bertahan saat pasangannya selalu berusaha membuatnya pergi? Gadis itu adalah Kania Sals...