Tiga Belas

24K 1K 81
                                    

     Caitlin berjalan seorang diri di koridor. Semenjak kejadian di mall saat Aldi meninggalkannya ia sudah tak pernah lagi menemui lelaki itu. Caitlin kesal, ia tak suka di anggap remeh seperti. Seenaknya saja datang dan pergi.

Caitlin memang bukan gadis baik-baik. Seringkali ia bergonta-ganti pacar. Tetapi untuk menjadi selingkuhan Caitlin belum pernah. Caitlin masih memiliki otak untuk tidak mau jadi selingkuhan. Tapi untuk mengacaukan hubungan orang lain, itu adalah salah satu keinginan besarnya.

Caitlin merasa ada yang merangkul bahunya, ia melihat ke samping dan menemukan Aldi lah pelakunya, "Ngapain lo?"

Aldi terkekeh, "Ihh, seramnya."

"Pergi deh, lo. Gue sibuk," Caitlin berusaha melepaskan rangkulan Aldi. Tetapi lelaki itu malah merangkulnya dengan erat.

"Kok nyuruh gue pergi? Lo kan suka sama gue," goda Aldi.

"Nggak lagi," cetus Caitlin, "Gue masih marah saat lo ninggalin gue di mall. Nggak ngotak banget lo!"

Aldi terkekeh, ia menoel hidung Caitlin, " Maaf, deh. Sebagai permintaan maaf gue, gue bakal neraktir lo es krim."

Caitlin langsung sumbringah, "Nggak bakal di tinggal lagi 'kan?"

Aldi mengacungkan dua jarinya, "Janji."

*****

Salsha melempar bonekanya ke arah pintu. Rasa bosan menggerogotinya. Bagaimana tidak, sepulang sekolah tadi, ia langsung pulang kerumah. Ia juga sempat mengabari Aldi mengajak lelaki itu untuk makan siang bersama, tetapi Aldi menolak. Salsha semakin merasa Aldi berubah. Aldi sudah tak seperti dulu lagi, dan itu membuat Salsha merasa sedih.

Salsha mengecek ponselnya, sudah jam lima sore. Tak ada satupun panggilan telepon atau pesan singkat yang Aldi kirim kepadanya. Membuat Salsha harus benar-benar menahan kesabarannya.

"Aldii..kamu kemana, sih?"

Salsha bangkit dari duduknya. Melangkahkan kaki ke dapur. Semenjak siang tadi belum ada asupan makanan yang masuk ke perutnya.

Salsha membuka tudung saji, dan tak menemukan makanan apapun disitu. Salsha beralih membuka kulkas, mencari makanan yang layak untuk di makan. Namun hasilnya tetap sama, nihil.

Salsha menghembuskan nafas kasarnya.
P

erutnya sudah berbunyi minta di isi. Salsha kembali masuk ke kamarnya. Meraih telepon genggamnya dan mencari nomor Aldi. Salsha menelfon Aldi agar lelaki itu datang dan membawanya makanan. Salsha malas jika harus keluar sendirian.

Hingga panggilan kelima, Aldi belum juga mengangkat telfonnya. Salsha kembali meletakkan ponsel itu. Ia berbaring di kasurnya dan menutup mata. Mungkin tidur bisa melupakan rasa laparnya.

*****

Aldi merebahkan tubuhnya di kasur. Rasa lelah menemaninya. Ini sudah pukul 7 malam dan Aldi baru sampai di rumah. Tentunya seharian ini Aldi menghabiskan waktu berduaan dengan Caitlin. Aldi juga sengaja memberikan mode diam di hapenya agar tak terganggu dengan kebisingan Salsha.

Pikiran Aldi tertuju saa tadi ia makan siang berdua dengan Caitlin. Senyum Aldi terbit, akhirnya ia bisa menjadikan gadis itu sebagai pacarnya.

Flashback On

Aldi membawa Caitlin ke cafe yang biasa ia kunjungi bersama Salsha. Di cafe inilah Aldi menyatakan perasaannya kepada Salsha dan gadis itu menerimanya. Aldi juga akan mengulang keberhasilannya dengan menembak Caitlin disini.

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang