Aldi melemparkan tasnya ke sembarang arah. Pikirannya sedang kacau kali ini. Bisa-bisanya Salsha membohonginya seperti itu. Aldi membuka seragam sekolah yang masih menempelkan di badannya. Ia juga melemparkan baju itu ke sembarang arah. Ponselnya yang sedari tadi berdering pun tak ia hiraukan. Aldi tahu itu pasti telfon dari Salsha.
Mengingat nama gadis itu membuat Aldi semakin emosi. Gadis itu telah membohonginya. Tangan Aldi mengepal, jika Salsha bisa melakukan itu padanya, Aldi akan membalasnya dua kali lipat. Aldi tak pernah main-main dengan ucapannya.
Karena terlalu bising mendengar suara deringan ponselnya itu, Aldi meraih ponsel itu dari dalam tas dan menekan tombol hijau di sudut ponsel itu.
Aldi menempelkan ponsel tersebut ke telinganya, "Berhenti nelfon gue anjing! Setan lo!"
Tanpa menunggu respon dari Salsga lagi, ia mematikan telfon itu dan melemparkan ke kasur. Aldi ingin menjernihkan pikirannya dengan sedikit 'minum'
Hanya perlu setengah jam bagi Aldi untuk bersiap-siap. Lelaki itu langsung saja menjalankan motornya ke bar yang berada tak jauh dari rumahnya. Ia butuh pelampiasan emosi saat ini.
Aldi mulai memasuki bar itu. Aroma menyengat dari minuman keras pun mulai tercium. Suara musik yang memekakkan telinga menemani langkahnya menuju meja bartender.
Aldi melihat banyak pasangan yang sedang berpelukan atau bahkan berciuman dengan mesranya. Aldi bergidik, ia belum pernah sampai ke batas itu. Aldi kesini hanya untuk menghilangkan rasa penatnya dengan minum minuman keras.
Aldi sampai di meja bartender dengan segera ia memesan satu botol besar winksy. Pelayan bartender itu sendiri sudah tahu apa minuman kesukaan Aldi. Lelaki itu memang sering datang kesini.
"Ngapain lo kesini?"
Aldi merasa ada seseorang yang menepuk bahunya, Aldi berbalik dan menemukan Bastian berada di belakangnya.
Aldi hanya diam. Ia menuangkan winsky ke dalam gelas kecil dan mulai menyesapnya sampai habis. Dan sampai disitu, Aldi mulai mengulanginya lagi.
"Kenapa lo?" ulang Bastian lagi. Ia memesan winsky yang sama dengan Aldi, "Bukannya Salsha udah larang lo buat datang kesini?"
"Berisik lo!" ucap Aldi tajam.
Bukannya marah dengan ucapan Aldi itu, Bastian malah terkekeh. Ia menyesal winskynya itu kemudian kembali menatap Aldi, "Gue tahu, sih. Lo lagi marahan 'kan sama dia?
"Makin lama lo makin berisik! Daripada lo urusin hubungan gue, mending urusin hubungan lo sama jeha!"
Bastian hanya menghendikkan bahunya, ia mengedarkan pandangannya kesegala penjuru bar. Matanya mulai gatal untuk melihat gadis-gadis sexy yang berpakaian minim.
Sedangkan Aldi hanya menatap ke bawah. Ia sama sekali tak tergoda untuk sekedar menatap para gadis itu apalagi 'memakainya'. Aldi nakal, tapi nakalnya masih di batasi.
"Ald, lo nggak tergoda apa ngelihat cewek-cewek disini?" Bastian kembali bising lagi. Membuat kepala Aldi rasanya mau pecah.
Aldi memberikan selembar uang seratusan dan tanpa mengatakan apapun, ia pergi meninggalkan Bastian. Menurutnya, memutuskan menenangkan pikirannya di bar ini adalah cara yang salah. Bukannya tenang, Aldi malah makin merasa kacau.
*****
"Berhenti nelfon gue anjing! Setan lo!"
Salsha menegang mendengar umpatan Aldi itu. Ponselnya ia jatuhkan. Kakinya seolah tak mampu lagi menopang berat badanya. Salsha merosot ke bawah. Hatinya kembali di sakiti lagi. Meskipun Aldi sudah sering mengatakan kata itu kepadanya, tapi tetap saja Salsha masih merasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT (End)
Teen FictionSiapa gadis yang tetap setia meski telah di selingkuhi? Siapa gadis yang tetap sabar selalu di caki maki oleh pasangannya sendiri? Siapa gadis yang masih masih bertahan saat pasangannya selalu berusaha membuatnya pergi? Gadis itu adalah Kania Sals...