Lima Puluh Dua

15.4K 1.1K 263
                                    

"Aldi.."

Aldi menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Aldi tahu yang memanggilnya adalah Salsha, makanya ia hanya diam tanpa berbalik menatap gadis itu.

Dengan nafas ngos-ngosan, Salsha menatap Aldi, "Kamu mau kemana? Bentar lagi bell. Tapi kamu belum ke kelas."

"Penting gitu buat lo?" Aldi memandang remeh gadis di depannya ini. ia menaikkan sebelah ujung bibirnya ke atas, "Urus diri lo sendiri. Nggak usah repot-repot urusin urusan gue!"

"Aku pacar kamu, Ald. Wajar kalo aku ngurusin kamu. Aku peduli sama kamu." Salsha berkata dengan nada ngotot. Ia sendiri tak mengerti salahnya dimana. Tadi malam, ia bahkan tak tahu jika Iqbaal datang kerumahnya.

"Cuma pacar!" bentak Aldi sengit, "Nggak usah masuk terlalu dalam ke kehidupan gue. Gue cuma pacar lo, nggak lebih! Nanti juga putus."

Salsha terdiam di tempatnya. Ia menatap Aldi dengan sorot kekecewaan, "Kamu mau cepat-cepat putus dari aku?"

"Mikir!" Aldi menunjuk otaknya sendiri, "Siapa yang tahan pacaran kalo lo selalu main di belakang gue? Gue capek jalanin hubungan kayak gini. Mending putus ajalah!"

"Aku nggak mau," jawab Salsha cepat, " Aku nggak mau putus. Aku sama Iqbaal nggak ada hubungan apa-apa, Ald. Tolong percaya sama aku."

"Percaya sama lo itu musyrik. Udah banyak banget kesalahan lo yang udah gue maafin. Sekarang nggak lagi, deh. Mending lo sama Iqbaal aja." Aldi memandang rendah Salsha sembari menyedekapkan tangannya.

Salsha mencoba meraih tangan Aldi, tetapi dengan gesit Aldi menepisnya. Salsha terkejut melihat respon yang lelaki itu berikan.

"Kamu beneran udah nggak percaya lagi sama aku?" lirih Salsha sembari menatap Aldi dengan mata berkaca-kaca.

"Pikir aja sendiri," Aldi menghendikkan bahunya acuh, "Jangan ganggu gue dulu. Atau hidup lo nggak akan bisa tenang lagi!"

Salsha kembali terkejut saat Aldi terkesan seperti mengancamnya. Lelaki itu kini berubah. Lebih kejam dari Aldi yang sebelumnya ia kenal.

Salsha menatap nanar punggung Aldi yang kini semakin menjauh. Jika boleh, Salsha ingin menangis sekarang. Ia ingin menumpahkan segala kepedihan yang ia rasakan. Bagaimana bisa, Aldi, lelaki satu-satunya yang seharusnya menjaganya kini malah ikut membuatnya bersedih.

"Kasihan deh, di marahin Aldi. Makanya Salsha, nggak usah sombong jadi orang. Di gituin Aldi malah gue kasihan sama lo."

Entah sejak kapan datangnya, Andirah membisikkan kata-kata itu di telinganya dengan nada menjengkelkan. Salsha menatap Andirah datar sedangkan yang di tatap menampilkan senyum jahatnya.

"Aldi kasar bukan cuma ke gue aja. Lo juga pasti bakal di kasarin sama dia."

"Oyaa?" Andirah menertawakan Salsha, "Kita beda, sayangg. Aldi nggak mungkin lah kasar ke gue," ledek Andirah dengan senyum jahatnya. Ia menepuk pundak Salsha, "Sabarin aja, deh, yaa di kasarin sama Aldi. Kalo lo nggak kuat, lepasin aja. Gue siap nampung dia, kok." setelah mengucapkan kalimat itu, Andirah melenggangkan kakinya. Tak lupa ia mengibaskan rambutnya ke wajah Salsha sebelum pergi.

Hati Salsha sudah tak berbentuk lagi. Masih pagi dan ia sudah mendapatkan perlakuan tak enak seperti ini. Salsha berdoa, agar Tuhan memberikan kesabaran yang tiada batas kepadanya. Agar ia bisa selalu memaafkan kesalahan yang Aldi lakukan.

*****

Jam istirahat, Salsha mencari Aldi di kantin. Ia tak akan gentar untuk mendapatkan maaf dari lelaki itu. Segala cara akan ia lakukan agar Aldi mau memaafkannya.

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang