Kini ada yang berbeda dengan Salsha. Semenjak kejadian malam di taman dengan Aldi, Salsha benar-benar seolah menghindari Steffi dan yang lainnya. Ia tak pernah bergabung lagi bersama mereka. Salsha lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan atau taman.
Steffi memang selalu saja curi-curi kesempatan untuk bisa bertanya kepada Salsha tentang perubahan sikap yang mendadak dan Salsha selalu menghindar dari mereka. Salsha sedih, tapi ini demi hubungannya dengan Aldi.
Seperti saat ini, di jam istirahat Salsha menghabiskan waktunya di taman dengan membaca novel. Aldi juga sekarang sangat jarang menemuinya. Aldi tak pernah lagi mengajak Salsha makan siang di kantin. Bahkan untuk kencan pun Aldi selalu punya cara untuk membatalkannya. Salsha sedikit curiga, tapi menurutnya lebih baik seperti itu daripada harus mendengarkan Aldi berkata kasar kepadanya.
Salsha menutup novel yang sedari tadi di bacanya, ia rindu kebersamaannya dengan Steffi. Ia rindu saat-saat dimana mereka tertawa lepas sembari menggosip ria. Dan sekarang Salsha merasa seorang diri, tanpa teman siapapun.
"Sekarang lo udah bisa jelasin tentang sikap lo akhir-akhir."
Salsha terpengarah kaget, tiba-tiba saja Steffi sudah duduk di sampingnya. Salsha berdiri hendak berlalu dari tempat ini tapi tangannya di cekal oleh Steffi. Steffi menarik tangan Salsha untuk tetap duduk di sampingnya.
"Gue nggak papa," sahut Salsha cuek.
Steffi tersenyum miring, "Nggak papa versi lo itu seperti apa? Di saat lo jauhin gue sama yang lainnya lo masih bisa bilang nggak papa?"
"Gue pengen nyari suasana yang baru aja. Udah lah, gue nggak papa, kok." Salsha meremas novelnya itu. Karena tak sanggup mengatakan apapun, akhirnya Salsha melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat itu. Baru dua langkah, ucapan Steffi membuatnya berhenti.
"Apa ini ada hubungannya sama pacar lo? Pacar lo ngelarang kita dekat?"
Salsha menghela nafasnya, "Sama sekali nggak ada hubungannya sama Aldi. Gue cuma bosan, itu aja."
Salsha menepis airmatanya yang sempat keluar, kemudian melangkahkan kakinya menjauhi Steffi.
*****
Andirah tersenyum penuh arti saat melihat Aldi berkutat dengan ponselnya. Ia rasa saat ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan sedikit pelajaran kepada Aldi yang selalu menolaknya. Ia akan membuat Aldi bertekuk lutut kepadanya.
Andirah duduk di samping Aldi, ia membuka dua kancing baju bagian atasnya dan melipat kedua kakinya, ia juga menarik ujung roknya ke atas bermaksud untuk menggoda Aldi.
Namun sialnya, Aldi sama sekali tak tergoda, lelaki itu masih saja berkutat dengan ponselnya membuat Andirah harus bisa sesabar mungkin menghadapi Aldi.
Ia melingkarkan tangannya ke lengan Aldi dan menggosok-gosokkan lengan Aldi tersebut ke dadanya, ia yakin dengan itu Aldi akan tergoda.
Namun tetap sama, Aldi masih fokus terhadap ponselnya. Andirah mengepalkan tangannya. Gadis itu melepaskan tangannya dari lengan Aldi.
"Nggak usah sok nyari perhatian gue. Gue nggak bakal tergoda sama lo," kata Aldi sinis tanpa melihat Andirah.
Andirah mulai terpancing, ia tak suka di acuhkan seperti ini, "Trus lo tergodanya sama siapa, dong? Sama selingkuhan lo?"
Aldi masih tak tertarik dengan pembahasan mereka, ia rasa Andirah hanya mengada-ngada untuk menarik perhatiannya.
"Awalnya gue ngerasa lo cinta banget gitu sama Salsha, lo nggak tergoda sama siapapun saking lo pengen ngejaga hubungan kalian. Tapi nyatanya gue salah," Andirah tertawa jahat, "Ternyata lo sama aja sama kebanyakan cowok. Munafik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT (End)
Roman pour AdolescentsSiapa gadis yang tetap setia meski telah di selingkuhi? Siapa gadis yang tetap sabar selalu di caki maki oleh pasangannya sendiri? Siapa gadis yang masih masih bertahan saat pasangannya selalu berusaha membuatnya pergi? Gadis itu adalah Kania Sals...