Delapan Puluh

10.2K 656 126
                                    

Selama diperjalanan pulang, Salsha hanya diam saja. Ia tak berniat mengobrol dengan Iqbaal bahkan saat lelaki itu mengajaknya berbicara. Salsha hanya diam. Ia masih kesal dengan Iqbaal yang mencengkram tangannya. Salsha tahu ia salah, tetapi harusnya Iqbaal memberi tahunya dengan baik-baik bukan malah seperti tadi. Jika Iqbaal bersikap seperti itu, apa bedanya dia dengan Aldi dulu.

Sesampainya didepan rumahnya, Salsha turun dari motor Iqbaal dan melangkahkan kakinya begitu saja. Tanpa menyapa atau mengucapkan sepatah kata apapun kepada lelaki itu.

Iqbaal pun mencekal tangan Salsha, "Lo yang salah kok lo yang marah. Egois banget."

Salsha menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Iqbaal, "Lo nggak ngerasa salah?"

Iqbaal menghela nafasnya. Ia memegang kedua tangan Salsha dan mengusapnya lembut. Iqbaal tau kesalahannya. Secara tak sengaja ia telah menyakiti gadis itu, "Oke, gue minta maaf. Cuma gue kesal, Sha. Kehadiran gue kayak nggak pernah lo hargain. Gue cemburu kalo lo masih dekat sama Aldi."

Salsha diam, tak bergeming sedikitpun. Namun Salsha berpikir, memang wajar Iqbaal semarah tadi. Ia memang salah, pergi kerumah mantan tanpa pamit terlebih dahulu kepada Iqbaal.

"Lo sebenarnya nganggep gue pacar apa bukan sih, Sha?" tanya Iqbaal dengan serius, "Lo memang terima gue jadi pacar lo. Tapi sikap lo seakan-akan nggak mencerminkan kalo gue pacar lo. Diam-diam lo masih mikirin Aldi 'kan?" wajah Iqbaal berubah sendu. Salsha sendiri jadi tak tega melihatnya, "Lo masih cinta sama dia? Apa lo cuma jadiin gue pelampiasan lo biar bisa lupa sama dia?"

"Gue minta maaf." lirih Salsha. Ia jadi tak tega kepada Iqbaal. Salsha memang salah. Diam-diam masih mengharapkan Aldi di saat ia telah bersama Iqbaal.

"Gue sayang sama lo, Sha. Gue cuma mau bahagian lo. Gue tahu lo menderita sama Aldi. Gue pengen ngubah penderitaan lo jadi bahagia. Tapi kalo masih mikirin Aldi, gimana caranya biar gue bisa ngebahagian lo."

Salsha menatap sendu Iqbaal. Kata-kata Iqbaal barusan terdengar sangat tulus, "Gue minta maaf. Ini terakhir kalinya gue ngelakuin kesalahan. Gue janji sama lo nggak akan berurusan Aldi lagi."

Iqbaal tersenyum, ia mengacak rambut Salsha gemas, "Makasih karna udah ngertiin perasaan gue."

Salsha balas tersenyum. Tetapi hatinya hampa. Tak merasakan getaran apapun saat Iqbaal mengacak rambutnya dan mengatakan sayang kepadanya. Perasaannya terasa hambar.

"Lo tau sesuatu tentang masalalu Aldi?" tanya Salsha pelan. Iqbaal dulunya adalah sahabat Aldi. Jadi bisa saja Iqbaal mengetahui rahasia masalalu Aldi yang kelam.

Iqbaal mengernyitkan keningnya, "Masalalu apa?" Iqbaal pura-pura tak tahu. Ia sudah mengetahui tentang masalalu Aldi. Lelaki itu pernah bercerita kepada Iqbaal.

Salsha menggelengkan kepalanya, "Nggak papa. Baal, gue masuk, yaa. Mau istirahat."

Iqbaal mengangguk mengiyakan. Yang terpenting hubungannya dan Salsha telah kembali membaik. Iqbaal pamit pulang. Salsha pun melangkahkan kakinya memasuki rumahnya.

"Sal."

Salsha terkejut mendapati Karel yang duduk di teras rumahnya. Wajah Karel datar. Salsha tau bahwa lelaki itu akan memarahinya karena telah melanggar janjinya.

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang