Enam Puluh Delapan

16.7K 1.2K 352
                                    

"Lo yakin?"

Karel menatap Salsha ragu sembari memasukkan beberapa potongan baju ke dalam tas. Sudah seminggu Salsha berada di apartemen Kania dan bolos sekolah. Kini, gadis itu memutuskan untuk kembali kerumahnya. Keputusan Salsha itu tentu saja membuat Karel khawatir. Bagaimana jika Aldi datang kerumahnya dan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti sahabatnya itu.

"Gue yakin, kok. Yakin banget malah." Salsha berkata dengan tegas.

"Sha, nginap disini beberapa hari lagi, ya?" kata Karel. Ia begitu mengkhawatirkan gadis itu.

"Gue udah bolos seminggu kali, Rel. Gue udah ketinggalan banyak pelajaran." Salsha merapikan kembali penampilannya.

Keputusan Salsha untuk kembali ke rumahnya memang sudah bulat. Ia sudah merasa lebih baik sekarang dan ia yakin ia bisa melawan Aldi jika lelaki itu kurang ajar kepadanya.

"Atau lo pindah ke sekolah gue aja. Biar gue bisa jagain lo kapan aja." tawar Karel sembari menutup tas Salsha. Ia sudah selesai merapikan baju gadis itu.

"Rel.." tegur Kania yang sedari tadi hanya diam melihat tingkah kedua bocah itu. Kania terkekeh, adiknya begitu khawatir, "Nggak boleh gitu."

"Diam, ahh." ketus Karel. Kania itu tak tahu apa permasalahannya. Ia kembali memfokuskan dirinya kepada Salsha, "Pindah sekolah aja, yaa."

"Apasih, Rel. Gue udah kelas dua dan bentar lagi ujian. Ada-ada aja sih, lo." jawab Salsha jengah.

"Atau lo tinggal disini aja. Biar gue bisa jagain lo," Karel mengacak rambutnya frustasi, "Gue nggak tenang tau, Sha. Takut terjadi apa-apa sama lo."

"Apasih, Rel. Gue bakal baik- baik aja. Gue udah tenang dan lebih kuat sekarang." Salsha berusaha meyakinkan Karel jika ia akan baik-baik aja.

"Tapi gimana kalo cowok brengsek itu nyakitin lo lagi. Gimana kalo dia datang kerumah lo dan ngelakuin hal bejat?"

"Rel.." tegur Kania lagi, "Lo lebay banget, sih. Nggak bakalan terjadi apa-apa sama Salsha. Lo hargain keputusan dia laa."

"Tapi masalahnya lo nggak tahu apa-apa, Kak. Aldi itu ngotot dan keras kepala banget." Karel masih membela diri. Ia berusaha agar Salsha mau tinggal disini dengan Kania lagi.

"Karel, gue tahu lo khawatir sama gue. Lo takut terjadi apa-apa sama gue. Tapi lo tenang aja, gue nggak bakalan di apa-apain sama dia. Kakak lo udah ngajarin gue gimana caranya ngelawan cowok. Lagian kalo dia macam-macam dirumah gue, gue bisa manggil satpam komplek. Atau gue bisa nelfon Iqbaal, dia kan tetangga gue. Atau gue bisa nelfon lo, lo pasti datangkan nolongin gue." Salsha berusaha meyakinkan Karel jika ia bisa jaga diri sendiri.

Akhirnya Karel luluh dan rela jika Salsha kembali kerumahnya. Tentu saja Karel memberikan beberapa nasehat. Salah satunya Salsha tidak boleh luluh atas perbuatan Aldi untuk memperbaiki hubungan mereka. Salsha juga harus menutup akses untuk Aldi bertemu dengannya.

Salsha mengiyakan. Tentu saja Salsha akan melakukan itu. Ia tak akan membiarkan lelaki itu masuk ke hatinya dan menyakitinya lagi.

"Siap bosquee.." Salsha beralih menatap Kania dan memeluk gadis itu erat. Gadis yang sudah ia anggap sebagai Kakak kandungnya sendiri, "Makasih, Kak. Kakak udah ngajarin banyak hal sama aku."

Kania membalas pelukan Salsha dan tersenyum manis. Ia merasa bangga kepada dirinya sendiri karena ia bisa membuat Salsha lepas dari rasa traumanya dan membuat gadis itu lebih kuat dari sebelumnya.

"Ingat pesan gue, jangan bego-bego amat jadi cewek. Tetap gunain logika buat berpikir." pesan Kania.

Salsha mengangguk dan mengurai pelukannya, "Boleh, dong kapan-kapan aku main kesini lagi. Atau kita hongout bareng?" Salsha menaikturunkan alisnya.

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang