Lima Puluh Sembilan

20.3K 1.3K 418
                                    

Malam harinya, Salsha keluar rumah sendiri. Perutnya lapar dan persediaan makanan di kulkas kosong. Karena tak ingin merepotkan Aldi dan akan menimbulkan masalah baru jika ia meminta tolong kepada Karel atau Iqbaal. Mau tak mau, Salsha mencari makan sendiri.

Sedih memang kehidupan Salsha sekarang. Ia seakan hidup sebatang kara di kota besar ini. Tanpa orang tua. Pacarnya pun seakan tak peduli lagi dengannya.

Salsha berjalan di trotoar. Ia akan membeli nasi goreng di ujung kompleks dan kembali kerumah. Ia hanya perlu mengganjal perutnya dengan makanan seadanya.

"Ngapain lo disini?"

Salsha menutup matanya saat kilau lampu motor menyorot ke arahnya. Ia melihat Aldi yang sedang membuka helmnya.

"Malam-malam jalan sendirian. Ngapain?" tanya Aldi lagi.

"Laper. Mau nyari makanan dulu." jawab Salsha seadanya.

"Kenapa nggak minta Karel atau Iqbaal? Biasanya juga gitu."

Salsha terbelalak kaget saat Aldi berkata demikian, "Emang boleh? Bisa-bisa kamu kebakaran jenggot kalo tahu aku bareng sama mereka."

"Kenapa nggak ngomong ke gue? Gue pacar lo!" Aldi menengaskan kata pacar di ucapannya.

"Kamu mana punya waktu sama aku. Kamu udah nggak peduli lagi sama aku. Jadi daripada aku kecewa karena di tolak, mending aku pergi sendiri."

Perkataan Salsha begitu menusuk hati Aldi. Menyadarkannya jika ia tak begitu memedulikan gadis itu. Ia menghilangkan Salsha dari daftar prioritasnya.

"Yaudah, naik. Kita makan." ajak Aldi setelahnya.

Salsha mengernyit dan menggeleng singkat, "Nggak usah. Aku bisa sendiri."

"Gini nih, di kasih hati minta jantung. Nggak usah jual mahal, lah." cibir Aldi.

"Kamu punya otak apa nggak, sih? Buat apa kamu sok-sokan mau ngantar aku kalo kamu bakal ninggalin aku juga? Kamu lupa kemaren kamu juga ninggalin aku?" Salsha membahas kejadian di Mall kamaren. Bahkan Aldi belum menjelaskan kemana dan mengapa ia meninggalkan Salsha.

"Kali ini nggak bakal di tinggal. Serius," Aldi ingin menebus kesalahannya kemaren dengan makan malam bersama Salsha.

Karena tak ingin beradu argumen lebih lama lagi, akhirnya Salsha naik ke motor Aldi. Aldi pun menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

Aldi membawa Salsha ke salah satu cafe favorit Salsha yang lumayan jauh dari rumah Salsha. Ia ingin memanjakan Salsha untuk malam ini. Aldi sadar ia telah menyakiti Salsha sangat dalam.

Keduanya duduk berhadapan. Di depan mereka sudah tersedia makanan dan minuman kesukaan Salsha.

"Tumben ngajak aku kesini," Salsha curiga. Pasalnya Aldi sangat jarang membawanya ke tempat ini.

"Kenapa? Lo curigaan lagi sama gue? Nggak ada apa-apa. Lo laper dan gue bawa lo makan. Ada yang salah?" ketus Aldi. Ia memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

Perkataan Aldi barusan tak bisa membuat Salsha merasa tenang. Ia tiba-tiba saja merasa was-was apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang pasti akan menyakitkan lagi bagi Salsha.

"Kamu nggak lagi ngerencanain sesuatu 'kan? Atau kamu lagi ngerjain aku?"

"Nething mulu sama gue. Udah deh, mending nikmatin makanannya. Habis itu gue anterin lo pulang. Gue nggak akan ngusilin lo."

Salsha berusaha berpikiran positif. Ia mencoba mempercayai ucapan Aldi. Akhirnya Salsha melahap makanan yang sudah tersaji di meja. Sesekali ia melirik Aldi yang tampak tenang menikmati makannya.

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang