Tiga Puluh Sembilan

16.9K 1K 142
                                    

Salsha membasuh wajahnya di wastapel. Ia tersenyum miris saat menatap pantulan dirinya di cermin. Sangat memprihatinkan. Dua jam lebih Salsha menangis di taman belakang sekolah. Ia bahkan mengacuhkan telfon dari Iqbaal dan Steffi yang bertanya keberadaannya dimana.

"Kasihan banget sih kamu, Sha." Salsha berdialog sendiri di depan kaca.

Andirah yang baru saja masuk ke dalam kamar mandi, menaikkan ujung bibirnya ke atas. Ia mendekat dan mencuci tangannya di wastapel tepat di samping Salsha.

"Gue tahu kalo Iqbaal suka sama lo." ucap Andirah tiba-tiba.

Salsha melirik Andirah dari  kaca wastapel, "Nggak usah ikut campur."

"Gue ikut campur karna kasihan aja sama Aldi," Andirah menghendikkan bahunya, "Aldi nggak pantas sama lo."

Salsha menunduk, merasa bodoh selama ini ia bisa tertipu, "Iya." sahutnya acuh.

Andirah terkekeh, "Kalo emang lo nggak pantas, ya lo pantasin diri lah."

Andirah bersandar di dinding dan menatap Salsha intens, "Gue rasa, gue yang lebih kenal Aldi daripada lo. Lucu, yaa."

"Gue nggak ngerti maksud lo apa. Lo tiba-tiba datang di tengah-tengah gue dan Aldi. Lo ngasih masukan-masukan yang sebenarnya nggak berguna." Salsha tak habis pikir, ada gadis seperti Andirah.

Andirah mendelik kemudian terkekeh, "Gue suka sama Aldi, kalo lo lupa."

"Tapi lo lucu. Lo suka sama Aldi tapi ngasih masukan biar gue bisa baikan sama Aldi. Harusnya lo itu berusaha biar gue putus sama Aldi."

Andirah mendekat, ia menepuk pundak Salsha, "Jangan mudah nilai orang dari luar. Four your information, selama ini Iqbaal yang berusaha ngerusak hubungan lo sama Aldi," Salsha menggeleng tak percaya, Andirah memaklumi, "Iqbaal ngenalin beberapa cewek  buat di dekatin sama Aldi. Iqbaal juga yang mati-matian ngenalin Caitlin ke Aldi. Aldi udah pernah nolak Caitlin, tapi Iqbaal berusaha keras biar Aldi luluh."

"Gue nggak tahu itu."

"Karna lo memang nggak mau tahu. Lo selalu sibuk mikirin kekasaran Aldi sama lo. Tanpa lo cari tahu yang lain." tandas Andirah, "Lo terlalu percaya sama orang lain, sampai-sampai lo nggak peduliin pacar lo. Kegatelan!"

"Gue kasihan sama Aldi yang mau bertahan sama cewek kayak lo," lanjut Andirah, kata-katanya memang nyelekit, tapi terbukti benar, "Lo masih punya waktu buat bisa milikin Aldi sebelum masa lalunya datang dan ngusir lo perlahan."

*****

"Salsh, nonton bioskop, yuk. Gue lagi pengen nonton Kapten Marvels, nih," ajak  Steffi saat guru baru keluar dari kelas.

Salsha menoleh sekilas kemudian kembali mengemasi semua barang-barangnya, "Gue nggak bisa, Steff. Nanti ya kalo urusan gue sama Aldi udah selesai."

"Urusan apa?" kening Steffi berkerut, "Ada masalah lagi?"

Salsha menggeleng singkat, "Iya. Gue udah salah sangka. Ternyata Iqbaal suka sama gue. Dan Aldi marah besar."

"Udah gue duga. Dari awal gue udah nggak suka sama kedekatan lo dan Iqbaal." Steffi membenarkan. Tampang kayak Iqbaal itu pantas di curigai.

"Gue nyesal banget, Steff." Salsha menyandang tasnya, "Gue mau minta maaf sama Aldi."

Steffi mengusap lengan Salsha, "Semangat! Gue yakin Aldi mau maafin lo."

HURT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang