Bab 9 - First Time

19 4 0
                                    

Bersepeda jadi tidak santai, Aileen terlalu terburu buru karena di kejar waktu akan meeting hari ini. Arga turun dari sepeda melihat Aileen yang menjatuhkan sepeda nya kesembarang arah.

"Aileen kebiasaan, kan bisa di standarin dulu" geram Arga membuat Aileen cengengesan.

"Argaaa gue buru buru, makasih ya traktiran nya. Bye see u" ujar Aileen berlari ke arah rumah nya dengan cepat.

Arga menghela nafas dengan panjang, "aileen .. aileen" gumam nya.

Aileen berganti pakaian dan juga buru buru sekali bahkan dia hanya mandi lima menit agar bau keringat nya tidak tercium oleh klien. "Ah gausah dandan kali ya" ucap aileen.

Menatap cermin dengan selidik, "cantik sih, tapi kalau ga dandan nanti klien protes ko bisa sih sekretaris bos Xavier pucet banget" gumam nya meracau.

Membawa tempat makeup berbentuk pouch dia bisa memakai makeup di dalam mobil saja, karena di luar sudah ada suara klakson yang terdengar.

"Kakkkk!" Teriak Devano adik dari Aileen.

"Yaa?" Sahut Aileen sambil menuruni anak tangga dengan cepat.

Devano menggelengkan kepala nya berulang kali, "jangan lari kak, nanti jatuh" cegah nya.

"Ibu mana dek?" Tanya nya ingin berpamitan.

"Ibu pergi ke rumah bibi, kakak mau kemana sih? Ini weekend tapi pake baju kerja blazer gini?" Heran sang adik memperhatikan kakak nya.

"Ada meeting diluar kota, tolong sampein ke ibu okey anak ganteng? Kakak pergi dulu bye" mencium pipi kanan devano dengan gemas.

Aileen berlarian ke arah luar, "hati hati kak" teriak devano.

Xavier membukakan pintu mobil dari dalam karena dia yang mengendarai, "lah kenapa ga sama supir?" Heran Aileen melihat Xavier yang tersenyum kepada nya.

"Supir dan Rey lagi ngejemput Jenny dan Veyara, jadi aku yang sekarang sama kamu" ujar Xavier.

Aileen menganggukan kepala nya dengan pelan, syukurlah ia kira yang meeting hanya berdua. Masuk ke dalam dan menatap Aileen dengan sedikit senyuman tipis nya, "kenapa? Ada yang salah?" Tanya Aileen lalu melihat ke arah cermin kecil di atas mobil Xavier.

"Astaga, gue lupa sebentar. Lupa di makeup, pasti jelek kan. Maaf ya" ujar aileen dengan lembut membuat Xavier tertawa kecil.

"Gapapa aku suka kamu kaya gitu," ujar Xavier membuat Aileen menatap nya terpelongo.
"Su-sukaaa?" Heran nya.

Xavier menggelengkan kepala, "maksud nya, makeup kamu jangan terlalu menor. Kamu suka menor kan kalau ke kantor? Sekarang gausah makeup juga gapapa," jelas nya membuat Aileen bingung.

"Pak Xavier, saya kan mau ketemu klien nih masa dengan keadaan kek gini sih? Nanti dikira saya belum mandi" ujar nya lalu membuka pouch makeup.

"Gausah pake saya saya kalau ngobrol sama aku," jelas xavier sambil menyalakan mobil nya.

"Iya iyaa, ngendarain nya agak pelan ya gue mau makeup dulu" ujar Aileen.

Dia bermakeup dengan sangat hati hati takut tergores, atau berantakan untung Xavier mengerti dan mengendarai dengan pelan.

Brug .. ketika memakai Lipstik Mobil itu malah mengerem dadakan, terlihat disana ada kucing yang melintasi jalan raya. "Aaaaa makeup gue" rengek aileen lalu Xavier menatap nya.

Xavier tertawa kecil dan menarik wajah Aileen menghadap ke arah nya, "gue bersihin, gue minta maaf ya" ujar Xavier memandang Aileen dengan penuh senyuman dan membersihkan sisa sisa lipstik di ujung bibir nya.

Aileen menatap Xavier, tatapan pria itu mampu meluluhkan hati Aileen yang keras itu. Senyaman ini dia bersama bos nya? "Ah maaf makasih udah bersihin," meraih tisue dan menarik tangan Xavier.

"Tangan lo jadi kotor begini, maaf" jelas nya sambil membersihkan.

"Kan gue yang salah, karena gue udah rem dadakan dan buat makeup lo kaya gitu" sanggah xavier.

Aileen menatap nya dengan sendu lalu tersenyum manis, makeup Aileen mendadak berjatuhan ketika rem mendadak tadi.

Sehingga setelah membersihkan tangan Xavier dia juga meraih makeup di kolong mobil.

"Udah gapapa biar gue aja" ujar xavier sambil mencari.

Sudah ia temukan dan memasukan kembali ke pouch makeup nya, "nanti kalau ada yang ketinggalan kabarin ya, bingung dimana lagi" jelas Aileen membuat Xavier menganggukan kepala nya.

Setelah sampai di tujuan, mereka semua pergi ke tempat meeting dan menyimpan barang barang seperti pouch makeup atau tas besar di sebuah villa. "Jarak nya jauh?" Tanya Veya kepada Jenny.

Kebetulan sekali pemandangan nya sangat indah bahkan suasana disana sangat damai nyaman, kota yang tidak banyak di huni oleh masyarakat kondisi nya jauh lebih asri dari pada pusat kota.

"Jauh anjir, berasa naik gunung kita. Bener ini tuh kita harus meeting? Terus pak Xavier rencana buat hotel disini?" Tanya nya.

"Gaakan laku sih kalau buat hotel menurut gue, jalan nya aja nanjak begini" ujar Veya kekeh.

"Ya jalan ke vila kita doang, noh jalan biasanya bagus kok. Penduduknya lumayan banyak, emang dasar aja pa Xavier pengen ngadem di vila gini" jelas Jenny sambil berjalan naik ke atas.

Disisi lain Aileen pegal dan duduk di bebatuan, "pegel" rengek Aileen kepada sahabat nya itu.

"Baru juga naik bentar, yuk semangat yuk!" Semangat Veya membuat Aileen menghela nafas dengan panjang.

"Gapernah olahraga sih, makanya olahraga" sindir Jenny.

Xavier langsung menyodorkan uluran tangan nya kepada Aileen membuat dia bingung dan menatap kedua sahabat nya, "gimana?" Bingung Aileen.

"Saya gandeng kamu," ujar Xavier berlagak seperti seorang bos jika berbicara di depan karyawan yang lain.

"Ah gausah pak, saya bisa sendiri" ujar nya sambil memegang kaki yang pegal.

Xavier berjongkok dan menepuk pundak nya, "naik" ajak Xavier membuat Jenny dan Veya terpelongo apakah pria itu menyukai Aileen sehingga rela punggung nya di tumpangi?

Aileen hanya cengengesan karena merasa malu, "gausah pak ngerepotin, saya bisa berdiri ko ini" ujar nya lalu xavier menarik tangan Aileen dan menggendong nya.

Semua syok dengan sigap Xavier yang luar biasa, benar saja ketika melihat kaki Aileen seperti lecet dan mata kaki nya serta ujung nya memerah karena gadis itu memakai heels.

Jenny terharu dengan sigap bos nya, dia dulu pernah bekerja di perusahaan milik Xavier lalu dipindahkan oleh tuan Dirga ke perusahaan sekarang, menurut dia Xavier orang nya memang dingin dan tidak mau seperti ini. Ini mengejutkan bagi dia, "sumpah demi apapun, baru kali ini gue liat pak Xavier kek gitu" jelas nya.

"Baru kali ini? Ya sama dong, tapi gue ga ngerti maksud lo" bingung Veyaa.

"Gue kan dulu pernah kerja di perusahaan pak Xavier yang lama," jelas nya.

"Ah bener gue baru inget cok, seriusan? Gimana sikap si bapak waktu di perusahaan sana? Kek gini kah sama anak karyawan cewe?" Tanya Veyara penasaran.

"Dia orang nya kek cuek banget, dingin terus tegas gapernah gue liat dia kaya gini. Sumpah first time sama sahabat gue sendiriiiii" senang Jenny membuat Veyara menganggukan kepala nya.

"Jadi kita taruhan mana nih? Arga apa Pak Xavier?" Bisik Veya.

"Pak Xavier!" Timpal Rey membuat keduanya menatap dia.

"Ga dulu," ujar Veya dan Jenny bersamaan karena mereka belum tahu sikap bos nya, lalu apakah dia memiliki kekasih atau belum?

Evil HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang