31

676 76 5
                                    

Pedang Xin Mo terus mengeluarkan cahaya berkilau ketika menyerap kabut kutukan. Luo Binghe semakin mendorong pedangnya ke arah kabut, dan berhasil menyerap sebagian besar dari kekuatan kabut itu. Tetapi tiba-tiba, sesuatu yang tak terduga terjadi. Kabut kutukan itu bergerak lebih cepat dari yang bisa dia duga dan menyentuh Luo Binghe. Seketika, Luo Binghe merasa dunianya berputar. Dia merasakan kilatan cahaya yang menyilaukan di matanya, dan tiba-tiba, sebuah kenanganyang telah lama hilang mulai muncul di dalam pikirannya. Sebuah kenangan yang tak dia kenali sama sekali.

Dalam kenengan itu, Luo Binghe menyaksikan dirinya yang masih seorang bocah kecil berusia enam tahun, sebelum dia bergabung dengan sekte Cang Qiong. Luo Binghe melihat dirinya versi kecil tengah membawa makanan yang telah dia bungkus rapi untuk ibunya yang bekerja. Langit terlihat tenang, dan angin sepoi-sepoi menyapa pipinya yang halus. Namun, ketika dia melangkah dengan langkah kecilnya, beberapa orang muncul dengan cepat, menyergapnya. Seorang di antara mereka mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh wajahnya, sehingga tak bisa dikenali.

"Ternyata ini darah kotor yang ditinggalkan Su Xiyan," kata orang berjubah hitam itu dengan nada tajam, "Beraninya kau masih hidup. Bunuh dia!"

Dalam kepanikan, Luo Binghe kecil merasa detak jantungnya berdegup kencang. Dia terlalu muda untuk mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi dia tahu bahwa dia harus berjuang untuk hidupnya. Dengan keberanian yang tak terduga, dia memutuskan untuk melawan.

Bocah kecil itu memegang bungkusan makanan dengan erat, dan matanya berkilat penuh tekad. Dia mungkin belum tahu banyak tentang kekuatan, tetapi dia tahu bahwa dia harus melindungi dirinya sendiri. Salah seorang dari mereka dengan pedangnya yang tajam bersiap-siap untuk menyerang Luo Binghe kecil. Namun, dengan cepat, bocah kecil merunduk dan meraih sejumput pasir. Dengan sigap, dia melemparkan pasir itu ke arah musuh yang hendak menyerangnya, mengganggu penglihatan mereka. Luo Binghe kecil segera melarikan diri secepat mungkin. Tapi, orang-orang yang menyerangnya tidak begitu saja menyerah. Salah satu dari mereka melemparkan sebuah jarum ke arah kaki bocah itu. Jarum itu mengenai salah satu kakinya, membuatnya terjatuh dengan gemetar.

Bocah kecil itu merasa kakinya seperti mati rasa, tetapi dia tetap berusaha untuk bangkit, bahkan jika itu berarti harus merangkak. Orang-orang jahat itu sudah berada di depannya, dan pedang tajam itu hampir saja menghantamnya, namun tiba-tiba, segalanya berhenti. Sebuah kipas muncul di depan bocah itu, menghalangi pedang yang mematikan itu. Dia merasa takut, matanya terpejam erat-erat. Namun, ketika dia membuka mata, dia melihat seorang pria berpakaian hijau putih dengan kipas yang besar sedang berdiri di depannya.

Pria berpakaian hijau putih itu dengan tenang mengangkat kipasnya dan dengan lincah menepis pedang itu, hingga terlempar menjauh. Pria berjubah hitam merasa kesal lalu memerintahkan sekelompok orang untuk menyerang seorang pria berbaju hijau putih itu. Orang-orang itu dengan berani melangkah maju menuju sosok berbaju hijau. Namun, pria berbaju hijau putih dengan tenang membuka kipas yang ia bawa dan mengibaskannya dengan lemah lembut. Tiba-tiba, angin besar bertiup kencang, menerbangkan semua orang yang mencoba menyerangnya. Mereka terkejut, terjatuh, dan pingsan satu per satu.

Pria berjubah hitam mencoba menahan kerudungnya agar tidak terbang oleh angin yang kuat itu. Ia merasa marah dan gelisah, karena rencananya tidak berjalan seperti yang direncanakan. Tetapi ia tahu dia tidak bisa mengambil risiko dengan identitasnya, terutama di hadapan sosok berbaju hijau yang tidak sepele. Dengan hati-hati, pria berjubah hitam berbalik berniat melarikan diri. Namun, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, pria berbaju hijau putih itu dengan cepat dan tiba-tiba memukul belakang kepala pria berjubah hitam. Dalam sekejap, pria berjubah hitam terkulai dan jatuh pingsan ke tanah.

Luo Binghe, yang menyaksikan dari sudut pandang wujudnya yang lebih kecil, menatap kejadian yang tak terduga dengan mata terbelalak. Dia juga memperhatikan setiap langkah yang dilakukan orang berbaju hijau putih dengan cadar tipisnya. Sosok itu tiba-tiba muncul di antara para penyerang, dengan wajah tersembunyi di balik cadar. Baik Luo Binghe dan versi kecil dirinya tak bisa melihat wajahnya. Orang misterius itu mengarahkan jari telunjuknya ke arah kepala para penyerang, dan tiba-tiba cahaya hijau terpancar dari ujung jari tersebut. Luo Binghe kecil hanya bisa memandangi cahaya itu dengan takjub, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Namun, tiba-tiba, orang berbaju hijau putih itu berbalik dan melangkah menuju Luo Binghe yang lebih kecil. Dengan anggunnya, dia berjongkok di depan anak kecil itu, lalu perlahan-lahan membuka cadarnya. Wajah yang cantik dan mempesona muncul di depan mata anak itu yang terpesona.

"Iblis kecil, kamu harus tumbuh dengan baik," ucap orang berbaju hijau itu, suaranya lembut. Luo Binghe yang menyaksikan wajah itu dalam kenangan masa kecilnya terkejut. Dia adalah Shen Qingqiu, gurunya.

"Aku menantikan pertemuan kita selanjutnya." ujar Shen Qingqiu.

Dengan tiba-tiba, Shen Qingqiu mengarahkan jari telunjuknya ke kening Luo Binghe  yang lebih kecil. Sebelum anak itu menyadarinya, dia sudah pingsan.

Itulah akhir dari kenangan yang begitu misterius bagi Luo Binghe. Tiba-tiba, dunia yang ia lihat mulai runtuh dan mengambil alih kesadarannya. Luo Binghe kembali ke kenyataan, terdampar di tengah-tengah kebingungan dengan kenangan yang baru saja dia saksikan.

***

Di tengah reruntuhan kuno, Anak-anak dan Mobei-jun yang menyaksikan Luo Binghe yang berhasil menyerap kabut kutukan dengan Xin Mo, tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri akibat sergapan sisa kabut kutukan yang sangat kuat. Anak-anak dan Mobei-jun, yang berada di sekitarnya, langsung panik.

Luo Chuhe segera mengambil alih situasi. Dengan cepat, dia memberikan instruksi kepada saudara-saudaranya dan Mobei-jun untuk segera membawa Luo Binghe keluar dari reruntuhan kuno.

Mobei-jun yang kuat dan bijaksana segera mengangkat tubuh Luo Binghe, setelah menyerahkan Luo Zishu pada gendongan kakak tertuanya. Mereka bersama-sama mereka meninggalkan reruntuhan kuno yang penuh dengan misteri itu, terlalu bahaya jika mereka melanjutkan penjelajahan. Mereka berjalan keluar reruntuhan dan menuju tepi danau yang tak jauh dari tempat itu. Rerumputan hijau yang lembut di tepi danau menjadi tempat yang cocok untuk meletakkan Luo Binghe. Tubuh Luo Binghe dibaringkan di atas rerumputan dengan wajahnya yang pucat. Anak-anak Luo Binghe yang penuh kekhawatiran segera mengelilinginya, mencoba memanggil namanya dengan penuh kekhawatiran. Mobei-jun, meskipun biasanya terlihat dingin dan tak tergoyahkan, juga terlihat khawatir. Mereka harus segera mencari cara untuk membangunkan Luo Binghe.

"Bagaimana ini? Apa ada cara untuk membangunkan ayah, paman?" tanya Xue Ji.

Mobei-jun hanya menggeleng pelan, karena dia sendiri tidak tahu bagaimana cara keluar atau mengatasi kabut kutukan yang menutupi Luo Binghe.

Tiba-tiba, Zishu terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Namun, saat dia membuka matanya sang ayah yang tertidur dihadapannya dengan aura gelap yang mengelilinginya langsung menyapa pandangan Zishu, sehingga menimbulkan rasa khawatir yang menyelimuti hatinya.

"Gege, papa kenapa?" tanya Zishu dengan nada cemas, sambil menatap kakak-kakanya yang juga bingung.

Green JadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang