24

905 112 3
                                    

Tembok-tembok ruangan dalam reruntuhan dipenuhi dengan berbagai retakan atau goresan. Batu-batu fondasi yang menopang ruangan dalam reruntuhan dihias dengan warna-warna yang memudar. Di antara jahitan batu-batu tersebut, terdapat tumbuhan liar menjakar sebagai sentuhan alami pada keindahan yang memudar. Ruangan dalam reruntuhan itu bagaikan labirin yang selalu berubah setiap waktu.

Di dalam sebuah lorong berjalan sekelompok kecil orang berani menjelajahi dan memasuki alam yang misterius dan terabaikan itu. Mereka berjalan dibawah cahaya yang temaram menyinari lorong-lorong sempit yang dipenuhi dengan debu dan kerapuhan batu-batu kuno. Mereka bergerak dengan hati-hati, menghindari reruntuhan yang runtuh dan melangkah perlahan, menyusuri lorong-lorong yang terlihat hampa dan dihuni oleh keheningan yang menggema. Luo Chuhe memimpin rombongan, dibelakangnya ada Luo Binghe dengan Zishu digendongannya. Ayah muda itu tak membiarkan putra kecilnya menginjakkan kaki ditanah kotor dan berdebu. Dia juga khawatir Zishu akan terpisah darinya. Dibelakang Luo Binghe ada Xue Ji, lalu Qinggi, Anhe dan Yue Qi, kemudian disusul oleh Mobei-jun dibarisan paling belakang.

Luo Chuhe dan Luo Yue Qi memengang lentera dalam gelapnya ruangan dan terus bergerak dengan hati-hati. Sejauh ini mereka telah melewati tiga lorong bercabang dan setiap mereka melintasi lorong-lorong bercabang yang membingungkan itu, suasananya akan tambah terasa mencekam. Tapi mereka dengan tenang terus berjalan menjelajahi setiap loronag dan sudut ruangan. Ditengah-tengah suara langkah-langkah mereka yang memantul di ruang-ruang yang kosong, suara zishu memecah ketenangan itu, "Gege apa kita tidak tersesat, kenapa ruangannya seperti bergerak, Zishu pusing melihatnya." ujar suara susu yang jernih dari Zishu. Luo Chuhe tersenyum tenang dalam benak nya dia bangga karena adik kecilnya menyadari hal yang sulit terlihat itu. "Tidak kecil, tenang saja meskipun setiap lorong dan ruangan di tempat ini bagai labirin, gege tahu cara untuk mencapai tempat tujuan kita, asal kita berhati-hati." jawab Chuhe.

Dalam perjalanan mereka, mungkin mereka menemukan ruangan yang masih utuh, di mana cahaya dari luar masih dapat tembus melalui celah-celah bebatuan yang menyinari keindahan yang tersisa dari masa lalu. Itu adalah momen magis, di mana mereka seolah bisa merasakan keberadaan dan kehidupan di tengah reruntuhan ini.

"Bagaimana kau bisa yakin kalo kita tidak akan tersesat? jika memanang lorong dan reruntuhan ini selalu berubah." Ujar Anhe menanggapi pernyataan Chuhe sebelumnya.

Semua orang yang berada disana pun juga ingin tahu, bagaimana Luo Chuhe bisa berbicara dan berjalan dengan yakinnya di dalam reruntuhan. "Chuhe gege ceritakan, Zishu ingin dengar, Zishu sudah bosan dengan suasana sepi ini." Ucap si kecil Zishu. Chuhe terkekeh mendengar permintaan adik kecilnya itu. Bisa-bisanya sang adik merasa bosan ditengah reruntuhan suram ini, dan bukannya merasa tidak nyaman atau taku, memang adik kecilnya itu sesuatu yang unik.

"Baiklah akan gege ceritakan sambil kita terus berjalan."Ujar Luo Chuhe.

"Sebelum kita masuk tadi, aku mengatakan agar ketika didalam kita semua harus menekan energi spiritual kita sampai titik terendah dan jangan mengeluarkannya sedikitpun kan."Ujar Luo Chuhe.

Yue Qi yang tadinya diam, ikut berbicara, "Ya kau benar, tapi jika sampai menekan energi spiritual sampai titik terendah yang artinya itu sampai titik dimana seolah orang biasa, yang berarti ada sesuatu yang sangat peka terhadap energi spiritual ditempat ini."

Luo Chuhe tersenyum, ternyata kakak tertuanya peka juga terhadap maksud ucapannya. "Ya Dage benar, tempat ini sangat peka dengan energi spiritual sekecil apapun, tempat ini menganggap energi spiritual sebagai tanda penyusup dan hal itu memicu sistem dalam tempat ini untuk mengubah letak lorong ataupun ruangan. Lalu titik kemunculan energi spiritual itu akan langsung disambung dengan lorong atau ruangan yang penuh dengan jebakan, monster, atau tamanan pemakan dan tanaman beracun."

"Jadi selama tidak mengeluarkan energi spiritual, tempat ini akan tetap pada polanya, meskipun tempat ini masih tetap seperti labirin. Tapi jika tahu polanya bukan hal sulit untuk masuk dan keluar dari tempat ini." timpal Xue Ji.

"Yap, benar sekali. untungnya sangat jarang ada yang masuk bahkan mengunjungi tempat ini sehingga pola labirinnya tidak sering berubah. Maka dari itu untuk memastikan pola labirinnya tidak berubah aku selalu mengunjungi sekaligus mengeceknya setiap sebulan dua kali." tambah Luo Chuhe.

"Bagaimana kau tahu jika pola labirinnya berubah?" tanya Luo Anhe.

"Mudah saja, pola perubahannya dapat kita lihat di tulisan kuno yang kita lihat sebelumnya pada pahatan batu di serbang masuk reruntuhan. setiap pola labirin berubah salah satu hurup dari tulisan itu akan berubah." jelas Luo Chuhe.

"Memengnya kau mengerti tulisan di batu tadi itu?" Timpal Luo Qingge ikut penasaran.

"Tidak, aku bahkan tidak tahu tulisan apa itu sampai sekarang. Aku hanya menghapal setiap bentuk dan susunan tulisannya saja." jawab Luo Chuhe.

"Tapi sekarang aku sudah tahu apa yang tertulis disana, bukankah begitu ayah." ujar Luo Chuhe dengan ujung matanya bergulis melihat sang ayah yang hanya mendengus saja.

Luo Binghe sangat tahu apa yang tertulis di batu itu, karena tulisan kuno pada batu itu sama persis dengan tulisan yang ada pada perkamen yang Luo Binghe minta Luo Chuhe ambil dari permaisuri Sha. Sampai saat ini mungkin hanya sedikit orang yang dapat membacanya. Awalnya hanya Shifeng, Liu Mingyan dan Liu Shao ayah mertuanya itu yang dapat membaca tulisan pada perkamen itu. Tapi Luo Binghe meminta Shifeng untuk mengajarinya juga bagaimana cara membaca tulisan kuno itu. Sedangkan Luo Chuhe anak itu meminta untuk diajari cara membaca tulisan perkamen kuno itu sebagai imbalan atas pekerjaannya.

Tak lama mereka sampai di sebuah tempat dengan 12 pintu. Luo Chuhe berjalan mendekati setiap pintu dan melihat setiap detail pintu itu. Lalu di pintu kesembilan Luo Chuhe berbalik, "Oke aku sudah menemukan ruangannya. Ayo masuk.!" Ujar Luo Chuhe.

Pintu yang terbuat dari kayu yang kokoh dengan banyak goresan dan cipratan wakra merah seolah bekas darah itu dibuka secara perlahan oleh Luo Chuhe. Akhirnya mereka semua mengukiti Luo Chuhe memasuki suatu ruangan tersebut. Ruangan itu tampak sangat kuno dan usang, dengan dinding yang retak dan langit-langit bebatuan yang sedikit roboh. Di salah satu sudut ruangan, terdapat lukisan besar berukuran monumental yang menarik perhatian mereka. Seketika mereka langsung berjalan kearah lukisan itu dan berdiri menghadapnya dengan Luo Chuhe dan Luo Yue Qi mengarahkan lentera mereka ke arah lukisan dari kedua sisi. Tampaklah dalam lukisan itu gambar seorang pria cantik dengan wajah yang anggun dan tegas. Rambutnya panjang dan mengalir dengan elegan, memberikan kesan kemuliaan dan kekuatan. Matanya yang tajam dan penuh dengan ekspresi yang dalam memberikan kesan bahwa pria ini memiliki cerita yang mendalam. Lukisan itu tampak usang, namun keindahan dan keagungan pria yang digambarkan dalam lukisan itu tetap terpancar dengan kuat. Detail lukisan sangat presisi dan realistis, menampilkan setiap rincian wajah dan ekspresi dengan cermat. Mereka terpesona dan terkesima oleh lukisan tersebut. Mereka merasa bahwa lukisan itu menyimpan misteri dan rahasia yang belum terungkap. Mereka juga menyadari bahwa ada beberapa jejak keausan dan retakan pada lukisan, menunjukkan tandanya telah mengalami perjalanan waktu yang panjang.

Cerita tersembunyi apa yang ada di balik lukisan itu, apakah tentang kehidupan sang pria cantik atau tentang sejarah ruangan itu sendiri. Suara kecil nan lembut terdengat ditengah aura kekaguman dan penasaran orang-orang itu, kata yang keluar dari mulut kecil termuda diantara mereka.

"MAMA."






Green JadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang