39

370 41 2
                                    

"Huhh, lelah juga," ujar Qingge.

Xue Ji mendengus, "Segitu saja lelah."

"Diam kau, gadis jadi-jadian."

Xue Ji hanya mendengus dan memalingkan muka dari Qingge.

Yue Qi menunduk mengambil potongan panah di tanah. "Panah-panah ini sangat unik. Bagaimana mereka bisa terus terbang dan menyerang target mereka seolah dikendalikan?"

"Tidak hanya satu panah, anehnya lagi panah ini justru keluar dari alat jebakan. Apa ini formasi?"

"Bukan ini. Ini jenis kekuatan yang berbeda," ujar Luo Binghe.

Yue Qi mengalihkan tatapannya pada Luo Binghe. "Sepertinya Ayah tahu sesuatu."

Luo Binghe hanya mengangkat bahunya dengan acuh, "Sedikit, hanya aku malas untuk menjelaskannya sekarang."

"Ya, lebih baik sekarang kita terus maju saja. Penjelasannya belakangan," timpal Luo Chuhe.

Setelah mendengar perkataan Chuhe, semua orang mulai berjalan kembali memasuki tebing itu lebih dalam.

"Di depan ada jebakan ilusi. Bersiaplah! Tetap tenang dan jangan terpengaruh," jelas Luo Binghe.

"Bagaimana ayah dulu melewatinya?" tanya Luo Anhe.

"Aku menghancurkan sekitar ilusi itu dan membunuh semua yang ada di dalam ilusi," jawab Luo Binghe.

"Lalu kenapa kau menyuruh kami tenang? Bukankah akan lebih mudah keluar dari ilusi kalau kita bertarung dengan gila?" ujar Luo Qingge.

"Ya, itu memang benar. Hanya saja, itu terlalu menguras tenaga dengan sia-sia," jawab Luo Binghe.

Yue Qi ikut menanggapi, "Apa jebakan setelahnya lebih merepotkan lagi?"

Luo Binghe menatap semua orang di sana dan menghela napas pelan, "Ya, itu jauh lebih merepotkan lagi."

***

Kelompok Luo Binghe terus berjalan melanjutkan perjalanan mereka. Sampai akhirnya tiba-tiba pemandangan di sekitar mereka berubah. Pemandangan gelap diantara dinding batu raksasa kini berganti begitu sebuah kabut tebal yang misterius menyelimuti mereka. Kabut itu bukan kabut biasa; ia membawa ilusi pertempuran yang begitu nyata dan menakutkan.

Tiba-tiba suara gemuruh perang terdengar di telinga mereka. Sekarang dihadapan mereka berubah menjadi area Cold Moon Palace, tempat tinggal si kecil Zishu. Namun, yang mengejutkan semua orang adalah pemandangan medan pertempuran berdarah. Di sekeliling mereka, bergelimpangan mayat-mayat pelayan dan petugas Cold Moon Palace. Di sana juga mereka melihat anak-anak Luo Binghe yang lain dan para selir saling bertarung. Namun, yang membuat mereka merinding seorang pria yang berdiri sambil berlumuran darah menyaksikan semua pertempuran itu dengan mata bahagia dan bibir tersenyum penuh kegembiraan.

"Shen Qingqiu."

gunam Luo Binghe pelan. Ya pria berulumuran itu adalah Shen Qingqiu. Luo Chuhe dan yang lainnya memiliki telinga yang peka, sehingga mereka bisa mendengar gunaman pelan Luo Binghe. Mereka mengalihkan pandangan mereka ke depan fokus pada pria bernama Shen Qingqiu.

"Mama."

"Gege, Zishu mau Mama," ujar Luo Zishu dengan suara penuh harap, mencoba melepaskan diri dari pelukan Luo Chuhe.

"Tidak, Zishu, itu bukan Mama-mu," jawab Luo Chuhe dengan tegas, menjaga adik kecilnya tetap dalam pelukan hangatnya.

"Tapi, Mama," suara Zishu bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.

Luo Binghe mengelus kepala putra kecilnya dengan lembut, "Coba Zishu lihat baik-baik, itu bukan senyuman Mama."

"Bukankah Mama selalu tersenyum lembut pada Zishu?" tambah Luo Binghe. Dalam hatinya, dia merasakan keraguan yang mendalam. Dia sendiri tidak pernah melihat Shizunnya itu tersenyum lembut, mungkin dia pernah melihatnya dalam lukisan yang Zishu tunjukkan saat pertama kali mereka bertemu. Namun, pria di depan mereka ini tersenyum dengan gembira, tetapi senyum itu sangat menakutkan.

Green JadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang