29

731 75 2
                                    

Semua informasi yang Luo Binghe lihat dan dengar sampai saat ini, sungguh membuahnya sulit untuk percaya. Dia tak bisa membedakan apakah informasi yang dia dengar saat ini adalah fakta atau kebohongan yang dibuat oleh ilusi yang dilihatnya ini. Tapi Luo Binghe tetap memiliki andai-andai dalam benaknya. Jika benar informasi dari ilusi ini adalah fakta, maka dunia yang akan dihadapi Luo Binghe adalah dunia baru yang sulit dia prediksi.

Raja Dewa?

Raja dewa iblis?

Apakah Luo Binghe akan menghadapi sosok-sosok itu. Sosok yang bukan hanya dewa atau raja iblis yang dia tahu. Tapi dari sebuatannya saja sebagai raja dewa atau raja dewa iblis, sudah jelas bahwa itu bukanlah sosok yang pernah ditemuinya. Entah kekuatan seperti apa yang dimiliki mereka. Luo Binghe sendiri menjadi ragu, apakah dirinya akan sanggup menahan serangan kekuatan mereka. Jika Zishu benar-benar anak Holly spirit mother, maka putra kecilnya ini akan menjadi pusat kekacauan sekaligus kehancuran. Meskipun, kebenaran dari eksistensi Zishu masihlah samar, setidaknya Luo Binghe memiliki gambaran situasi yang mungkin bisa saja terjadi.

Kemudian ilusi Shen Qingqiu dan kuil melebur menghilang begitu saja, membawa mereka semua kembali ke ruangan awal, tempat lukisan Shen Qingqiu. Semua orang masih terdiam menatap lekat lukisan Shen Qingqiu, sebelum mata mereka membesar melihat gambar Shen Qingqiu memudar hanya menyisakan bingkainya saja.

Lalu tiupan angin dingin tiba-tiba menerpa tubuh mereka, membawa sensasi merinding yang membuat mereka langsung waspada. Lentera yang mereka bawa tersimpan dilantai tiba-tiba padam membawa kegelapan disekitar.

Luo Zishu mengeratkan pelukannya pada leher sang ayah, "Papa" gunam Zishu pelan mengisyaratkan bahwa anak kecil itu merasa takur. Luo Binghe langsung mengeratkan pelukannya dengan tangan mengusap rambut halus sang putra. "Papa disini." ujar Luo Binghe berharap suaranya menenangkan sang anak.

Luo Chuhe memandang sekitar dengan waspada begitu juga dengan yang lainnya. "Angkat senjata kalian!" Ucapnya waspada langsung mengeluarkan tongkatnya. Mereka langsung membuat formasi mengeliingi Luo Binghe. Di sisi kanan Luo Yue Qi dan Luo Qingge langsung mengeluarkan pedang mereka, di sisi kiri Mobei-jun ikut mengangkat pedangnya dengan Luo An He yang langsung menodongkan  tombaknya. Luo Xue Ji yang berada tepat di depan Luo Binghe ikut mengeluarkan belati kembarnya disamping Luo Chuhe.

Tiba-tiba banyak api berwarna biru melayang menerangi seluruh ruangan itu.

DUARR

Sesuatu telah menghancurkan salah satu sisi tembok ruangan tepat dihadapan mereka. Dibalik debu yang menyamarkan pandangan semua orang. Sosok itu mulai mengungkapkan identitasnya.  Terlihat sosok tubuh besar dan kekar, setinggi pohon yang terbalut dengan sisik-sisik besar kemerahan bagai bara api. Taringnya yang tajam berkilau menakutkan. Makhluk buas dan besar dihadapan mereka mengaum.

"Ini Gila." lirih Luo Chuhe.

"Bukankan ini monster Nian?" ujar Xue Ji dengan pertanyaannya untuk memastikan monster apa yang tengah berdiri dihadapan mereka saat ini.

Luo An He merasa nafasnya terhenti sejenak, dia belum pernah melihat Niat sebesar yang ada dihdapannya. Berbeda dengan Luo Qingge yang entah kenapa matanya malah berbinar terang.

"Jangan bilang kalau kita akan melawan Nian dengan ukuran tak masuk akal itu." ujar Xue Ji.

"Seperti nya tidak ada pilihan lain selain melawan." Timpal Mobei-jun. Jujur saja bahkan bagi Mobei-jun yang telah berpengalaman menghadapi berbagai monster baru kali ini dia melihat Nian dalam ukuran sebesar dihadapannya ini.

Nian itu mulai merangkak maju dengan geraman yang menandakan seolah monster itu tengah marah.

"Tidak ada gunanya bicara saja. Ayoo maju saja!" teriak Luo Qingge.

"Dasar gila kau ingin mati ya." balas Xue Ji.

"Nian itu sepertinya marah, Bersi...." Ucapan Yue Qi terpotong begitu kaki Niat itu akan menghantam mereka. Untung saja mereka semua memiliki reflek yang bagus dan cepat, sehingga mereka mampu menghindar.

"Hahhhh hampir saja." ucap Xue Ji dengan nafas sedikit terengah karena kaget.

"Kita harus menyerangnya terlebih dahulu," Ujar Mobei-Jun dengan pedang di tangannya berkilauan di bawah cahaya bulan yang tak terhalang atap reruntuhan lagi. Di sisi Mobei-Jun, Yue Qi dan Qingge terlihat siap beraksi. Dengan pedang mereka yang mengkilap, mereka melangkah maju terlebih dahulu dengan langkah mantap.

Mobei- Jun mengayunkan pedangnya dalam gerakan dengan irama putaran pedangnya terasa seperti nyanyian angin yang berdansa di antara pepohonan. Tebasan pedangnya menciptakan garis cahaya yang memotong udara, mengarah langsung ke arah Nian. Disusul Qingge, yang mengenakan pedang "Angin Elang," yang bergerak dengan kecepatan kilat. Langkahnya yang lincah dan serangan-serangannya yang cepat membuatnya sulit dijangkau oleh serangan monster. Ia meluncur mendekati monster, menghindari cakar-cakar yang menghantam tanah. Pedangnya berkedip-kedip dalam remang cahaya bulan, memancarkan serangkaian sinar yang membingkai setiap serangannya. Tetapi Nian itu berhasil mengelak dari serangan Qingge dan memblokir serangan Mobei-Jun. Di tengah celah Nian yang sibuk mengelak dan memblokir serangan pedang lainnya, Yue Qi maju mengendalikan pedang "Harmoni Perak" dengan kebijaksanaan. Gerakan pedangnya yang halus dan berbahaya seakan mencerminkan kesadaran jiwa. Serangan Yue Qi berhasil menorehkan luka di badan Nian itu. Sang Nian semakin marah, cakar-cakarnya menciptakan hawa yang meluluhlantakkan, dan raungan marahnya semakin buas memecah keheningan malam.

Baik Mobei-jun, Yue Qi dan Qingge, ketiganya melangkah mundur. Luo An He maju dengan memegang tombak dengan penuh semangat. 

"Sekarang giliranku." ujarnya yang tiba-tiba bersemangat.

Tombak Luo An He bergerak meluncur dengan kecepatan, mengiris udara dengan suara yang tajam. Monster Nian itu merespon dengan melompat maju, menghentakkan kaki cakarnya ke tanah dengan kekuatan yang mengerikan. Bebatuan bergetar di bawah tekanan, tetapi Anhe tetap berdiri dengan mantap, memusatkan energinya dalam serangan yang akan datang.

Ujung tombak Luo Anhe menancap di tanah dengan kekuatan yang besar, menciptakan dentuman yang menggetarkan. Monster Nian itu menghindari serangan itu dengan gesit, tetapi Anhe tidak berhenti. Dia mengambil langkah mundur sebelum meloncat ke udara dengan lincah. Tombak "Naga Baja" berputar di udara, menghasilkan semburan cahaya. Luo An He mengarahkan serangan ke arah mata monster, titik lemah yang dia incar. Tombak itu menusuk dengan presisi, dan ujung tombaknya berhasil merobek mata kanan monster dengan suara yang menggelegar. Monster itu meraung dalam rasa sakit, melepaskan suara yang memekakkan telinga. Anhe langsung melompat mundur mencabut tombaknya dari mata monster itu.

"Hey aku juga ingin bergabung dengan pesta."Teriak Xue Ji tiba-tiba sambil berlari melawati Anhe.

Kemudian Xue Ji melompat ke samping monster itu dan membalikkan belati-belatinya. Dengan satu gerakan tajam, ia meluncurkan kedua belati kembar itu menuju tubuh monster. Belati-belati itu menembus tubuh monster dengan presisi membuat monster semakin merintih dengan rasa sakit sebelum akhirnya roboh ke tanah.

"Sepertinya aku tak perlu ikut campur."Ujar Luo Chuhe dengan tenang sambil menatap puas dengan pertarungan saudara-saudaranya.

Lain halnya dengan Luo Binghe, kerutan dikeningannya terlihat jelas. "Ada yang aneh." ucapnya.






Green JadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang