32

678 66 2
                                    

Anak-anak Luo Binghe dan Mobei-jun terdiam, bingung tentang cara menjelaskan situasi ayah mereka kepada yang termuda di antara mereka. Sampai akhirnya, seorang anak tertua di antara mereka menjawab, "Ayah sedang tertidur dan bermimpi buruk, adik."

Zishu memiringkan kepalanya lalu bertanya, "Kenapa kita tidak membangunkannya Gege?"

Yue Qi dengan lembut mengusap rambut halus Zishu sambil berkata, "Itu tidak mudah, Adik."

Zishu melirik ke arah Luo Binghe dengan perasaan prihatin. Ia ingin membangunkan ayahnya, tetapi sepertinya bahkan Gege-gegenya sendiri sulit untuk melakukannya. Namun, perhatian Zishu tiba-tiba teralihkan ke Mobei-jun. Mobei-jun seakan tahu apa yang ada dalam pikiran sang pangeran kecil dan dengan lembut mengatakan, "Maaf, pangeran kecil, paman juga tidak memiliki jawaban."

Tatapan Zishu beralih kembali ke arah ayahnya yang berbaring di hadapannya. Zishu membungkukkan tubuhnya, dan Yue Qi, yang sedang menggendong Zishu, menyesuaikan posisinya dengan lembut.

Dengan tangan kecilnya, Zishu menepuk lembut punggung tangan kanan ayahnya sambil bergumam pelan, "Bintang-bintang kecil, bangunkan Papa Zishu, jangan biarkan mimpi buruk mengunjungi Papa Zishu lagi." Kata-kata sederhana ini hanya diucapkan oleh seorang anak kecil, tapi terdengar oleh kakak-kakaknya dan Mobei-jun. Yue Qi tersenyum mendengar ucapan adiknya, seolah-olah itu adalah doa kecil untuk membangunkan ayah mereka.

Tiba-tiba, sebuah cahaya kecil muncul dari balik pakaian Luo Zishu. Luo Qingge dengan cepat menunjuk ke arah sumber cahaya di dada Zishu dan bertanya, "Cahaya apa itu?"

Zishu mengikuti telunjuk sang kakak dan menundukkan pandangannya ke arah cahaya tersebut. "Eh," gumamnya dengan penuh keheranan. Dengan perlahan, Zishu meraih baju nya dan melihat lebih dekat asal cahaya tersebut. Saat dia mengintip dibalik bajunya, dia menemukan sebuah kalung giok hijau yang ternyata menjadi sumber cahaya tersebut. Zishu sontak mengeluarkan kalung itu dari balik bajunya. Semua orang menatap giok yang mengeluarkan cahaya itu dengan bingung dan penasaran. Tanpa peringatan, cahaya dari kalung giok hijau itu tiba-tiba mengalir ke arah Luo Binghe dan menutupinya. Cahaya giok itu seolah sedang memakan aura hitam disekitar sang ayah.

Setelah semua kegelapan yang sebelumnya menyelimuti Luo Binghe menghilang, cahaya mulai meredup kembali ke arah kalung giok hijau Zishu, kembali ke bentuk semula. Tidak lama kemudian, gemuruh pelan terdengar dari mulut Luo Binghe, menandakan bahwa ayah mereka telah kembali sadar.

"Syukurlah, akhirnya bangun juga. Aku takut akan menjadi yatim . Padahal, aku belum selesai bersenang-senang dengan uang jajanku," celetuk Xue Ji.

"Kau benar. Tanpa ayah, kehidupan ini akan terasa membosankan," timpal Luo Chuhe.

Yue yang mendengar perkataan adik-adiknya hanya menggelengkan kepala. Sementara Luo Binghe, yang baru saja bangun, mendengar ucapan anak-anaknya, hanya bisa menghela nafas pasrah. Anak-anaknya telah menjadi lebih berani dalam perkataan dan lelucon mereka, terutama sejak mereka dekat dengan Zishu. Luo Binghe tidak bisa marah, karena jika dia memarahi mereka, yang ada mereka akan mengadu pada Zishu dan hal itu akan membuat Zishu menatapnya dengan sedih dan murung. Luo Binghe tak ingin lagi melihat tatapan pangeran kecilnya yang seperti itu. Makanya Luo Binghe mencoba bersabar dengan kelakukan dan ucapan anak-anaknya yang semakin kurang ajar setiap harinya.

Luo Binghe yang sudah tak lagi memperdulikan apa yang keluar dari mulut anak-anaknya, mulai bangkit dan duduk, matanya langsung terarah pada sang anak bungsu yang digendong oleh anak sulungnya. 

"Yey, Papa sudah bangun!" sorak Zishu sambil mengangkat kedua tangannya ke atas, menunjukkan kebahagiannya. Luo Binghe tersenyum melihat anak bungsunya dalam keadaan baik, dan senang melihatnya bangun. Dengan lembut, ia menepuk puncak kepala pangeran kecilnya itu.

"Bagaimana perasaan Anda sekarang Yang Mulia?" Tanya Mobei-Jun.

"Kepalaku masih terasa agak pusing, tapi itu bukan masalah," ucap Luo Binghe sambil merengkuh ringan pelipisnya.

Kemudian Luo Binghe teringat pada mimpinya. Dia merasa bingung apakah itu salah satu kenangan yang disembunyikan oleh Shen Qingqiu atau hanya sekedar ilusi semata. Namun, semuanya terasa terlalu nyata untuk menjadi ilusi. Untuk saat ini, Luo Binghe harus tetap mengingat mimpinya, mungkin itu akan menjadi petunjuk di masa depan.

"Bagaimana aku bisa terbangun?" tanya Luo Binghe, penasaran tentang cara mereka membangunkannya dari kabut kutukan.

"Sebuah cahaya tiba-tiba bersinar dari kalung giok Zishu dan menyelimuti ayah. Sepertinya cahaya itulah yang berhasil membangunkanmu," jawab Luo Chuho.

Ucapan Chuhe sontak membuat Luo Binghe mengalihkan tatapannya pada kalung giok peninggalan ibunya yang tergantung indah di leher Zishu. Dalam benaknya Luo Binghe bertanya-tanya bagaimana hal itu terjadi padahal giok itu hanya giok biasa. Tapi Luo Binghe tak bisa memikirkan alasan yang mungkin.

"Papa apa kita akan pulang?" pertanyaan Luo Zishu membawa kembali Luo Binghe dari lamunan sejenak miliknya.

Luo Binghe mengangguk, "Ya kita akan pulang."

Luo Binghe mengedar matanya melihat semua orang, lalu berkata, "Apa yang terjadi hari ini akan menjadi rahasia kita saja dan hanya akan dibahas di kantor saja."

"Baik Ayah."

"Baik Yang Mulia."


Green JadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang