30

718 68 3
                                    

Nian itu kini tengah terbaring, merintih kesakitan di atas lantai batu reruntuhan. Suara rintihan Nian itu semakin melemah dan membuat yakin kelima anak Luo Binghe bahwa Nian itu sebentar lagi akan mati. Meski begitu tatapan Luo Binghe terhadap Nian itu tidak berubah masih dalam kewaspadaan. "Bagimana menurut mu Mobei-jun?" ujar Luo Binghe.

"Situasi ini sedikit janggal yang mulia." jawab Mobei-jun tenang sambil menatap ke arah Luo Binghe sekilas sebelum kembali menatap Nian di depannya.

Menurut pengetahuan Luo Binghe, Nian pada dasarnya adalah makhluk yang kuat dan sulit dikalahkan, terutama Nian dengan atribut api sebagaimana yang ada di hadapannya. Seharusnya Nian itu minimal mengeluarkan napas api untuk menghancurkan musuh dan segala yang ingin dia hancurkan. Namun, bahkan sebelum Nian itu mampu melakukannya, Nian tersebut sudah mengalami kekalahan lebih dulu. Melihat ukurannya yang tak masuk akal, setinggi pohon-Luo Binghe memperkirakan Nian ini mencapai ketinggian sekitar 15 meter-seharusnya Nian ini jauh lebih kuat dan menakutkan. Akan tetapi, mengherankan bagaimana Nian ini dapat dikalahkan begitu mudah oleh anak-anaknya.

Bukan berarti Luo Binghe meremehkan kemampuan anak-anaknya, melainkan Nian yang mereka hadapi tampaknya berbeda dari apa yang biasanya mereka ketahui. Mereka juga belum memiliki pengalaman pertempuran langsung di lapangan yang benar-benar ganas, meskipun mereka sering terlibat dalam perburuan monster. Kondisi saat ini jauh berbeda, karena mereka berada di wilayah yang benar-benar asing, tanpa panduan dan pengetahuan tentang tempat tersebut.

"Apa pendapatmu, Chuhe?" tanya Luo Binghe pada anaknya yang memiliki pengamatan dan pemikiran tajam.

Luo Chuhe mendengarkan dengan penuh perhatian perkataan dua orang yang lebih tua dan berpengalaman dalam seni bela diri, serta pertanyaan ayahnya. Terdorong oleh keingintahuannya, dia ikut mengawasi dan merenungkan situasi yang tengah dihadapinya. Dengan cermat, dia kembali memeriksa Nian.

Namun, Luo Chuhe tidak menemukan apapun yang aneh. Dia kemudian menatap ayahnya, "Aku tidak menemukan apapun, Ayah," ujarnya.

"Aku perlu memeriksanya," kata Luo Binghe.

"Mobei-jun, kemarilah!" perintah Luo Binghe.

Mobei-jun langsung melompat ke sisi Luo Binghe. "Jaga Zishu!" titah Luo Binghe sambil menyerahkan Luo Zishu ke dalam gendongan Mobei-Jun. Lalu, dengan langkah ringan, Luo Binghe menuju tempat Anhe, Xue Ji, Qingge, dan Yue Qi yang tengah mengelilingi Nian di depan.

Luo Binghe melangkah melewati anak-anak itu menuju arah Nian yang ternyata masih bernapas saat ia mendekat. Dengan hati-hati, ia menyentuh kepala Nian, memeriksa setiap bagian tubuhnya. Matanya akhirnya tertuju pada lingkaran kecil berwarna hitam di tanduk Nian. Ia memfokuskan penglihatannya untuk melihat lebih jelas lingkaran tersebut. Mendadak, matanya terbelalak kaget, dan ia berseru, "Lari!"

Mobei-jun dan anak-anak segera merespons, berlari tanpa kata-kata begitu mendengar teriakan Luo Binghe. Luo Binghe sendiri segera mundur dengan cepat, mengeluarkan pedang Xin Mo miliknya.

Tiba-tiba, lingkaran aneh mengelilingi Nian, dan kabut hitam tiba-tiba muncul dari tubuh Nian. Luo Binghe mencoba menghalangi kabut itu dengan pedang Xin Mo.

Luo Binghe berusaha membelah kabut hitam yang kian mengental, dan berhasil membuatnya meremukkan diri. Namun, kabut tersebut tiba-tiba berubah menjadi monster Nian yang menakutkan. Di sampingnya, monster Nian yang sebelumnya tergeletak tak berdaya di lantai itu telah berubah menjadi rangka yang menyeramkan. Ketika anak-anak Luo Binghe melihat perubahan mengerikan ini, kekhawatiran langsung menghampiri mereka. Mereka berusaha maju untuk membantu ayah mereka, tetapi sebelum mereka bisa bergerak, Luo Binghe telah berseru lebih dulu, "Jangan mendekati, ini kabut kutukan." Mata Mobei-jun melebar kaget saat ia mendengar istilah "kabut kutukan." Sementara anak-anak Luo Binghe bingung karena mereka tidak mengerti apa yang dimaksud ayah mereka, namun mereka yakin bahwa itu bukanlah pertanda baik.

"Apa itu kabut kutukan?" tanya Yue Qi dengan rasa ingin tahu yang menghiasi wajahnya.

"Apapun itu, bukankah kita harus membantu ayah?" ucap Qingge.

Luo Chuhe segera merespon, "Tidak, itu terlalu berbahaya. Ayah sudah melarang kita mendekatinya, dan melihatnya mengeluarkan pedang Xin Mo, itu artinya kita menghadapi sesuatu yang jauh dari mudah."

"Itu benar, jangan bertindak gegabah, bocah gila," berkata Xue Ji sarkastis, yang kemudian mendapatkan tatapan tajam dari Qingge sebagai balasan.

"Paman sepertinya tahu apa yang disebut sebagai kabut kutukan," ujar Luo Chuhe sambil melihat dari sudut matanya ke arah Mobei-jun, yang tengah menggendong Zishu yang kini tertidur lelap berkat serbuk yang Mobei-jun berikan begitu mereka menghindari tadi.

Mobei-jun menatap Luo Chuhe sejenak, kemudian kembali memfokuskan pandangannya pada tuannya yang masih terlibat dalam pertarungan di sana. "Kabut kutukan adalah jenis mantra kutukan. Itu menciptakan kabut dengan warna yang memiliki efek berbeda. Kabut gelap di depan kita menandakan bahwa itu adalah jenis kabut kutukan kegelapan. Sejauh yang saya tahu, efeknya bagi yang terkena kabut tersebut adalah terjebak dalam ilusi kegelapan yang penuh penderitaan, yang akan merusak akal sehat," jelas Mobei-jun.

"Beruntung yang mulia menyadarinya." ujar Mobei-jun.

Anak-anak yang mendengarkan penjelasan tersebut merasa merinding, terbayang dalam pikiran mereka bagaimana mereka mungkin akan terperangkap dalam kabut kutukan kegelapan itu dan kehilangan akal sehat mereka.

Lalu, dengan wajah penuh pertanyaan, Yue Qi kembali bertanya, "Apakah ada cara untuk menghilangkannya?"

Mobei-jun memberikan jawaban, "Saya tidak tahu pasti, tetapi sepertinya yang mulia akan bisa mengatasinya."

Sementara anak-anak itu kembali memandangi ayah mereka, menyaksikan dengan hati yang berdebar bagaimana ayah mereka tengah berjuang melawan kabut kutukan kegelapan yang telah berubah wujud menjadi Nian yang mengerikan.

Di sisi lain, sedangkan itu, Luo Binghe terus melawan kabut kutukan kegelapan dengan berani, dan dengan perlahan mulai mengeluarkan aura hitam yang intens dari pedang Xin Mo yang dipegangnya. Pedang tersebut tampaknya menyerap kabut tersebut, mengubah pertarungan menjadi pertempuran yang semakin dramatis.

Green JadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang