23. Patah hati

346 20 0
                                    

Kadang, ada kalanya kita harus mengambil langkah baru perihal mengikhlaskan dan melepaskan sesuatu yang pernah kita jadikan sebuah tujuan. Memang, akhir dari kebersamaan adalah bagaimana caranya kuat setelah kita di campakkan.

"

"Zer, barang-barangnya udah siap?"

Zero mengangguk mengiyakan pertanyaan dari mamanya. Melihat Zero yang sedikit murung mamanya pun menghela nafas.

"Beneran, mau pindah?"

"Iya mam."

"Zero,"ia pun duduk di tepi ranjang mendekati si anak kesayangan yang sedari tadi menatap satu bingkai foto.

"Kamu kenapa, ayo bilang, hm? Kenapa tiba-tiba setuju sama keinginan papamu buat ikut ke luar negeri? Bukannya selama ini kamu betah banget disini, hm? Ada Catrin juga loh, disini? Kamu beneran mau tinggalin dia lagi?"

Zero terkekeh. "kenapa terkesan kayak gak mengizinkan aku pergi?"

"Mama bukannya gak ingin Zer. Tapi mama ini ibumu loh, mama tahu sesuatu yang bahkan dirimu sendiri gak tahu. "Jelasnya tersenyum kecut.

"Apa ini ada kaitannya sama Syaera?"tebaknya membuat Zero diam.

"Ma."Zero memalingkan wajahnya lalu meletakkan bingkai foto dimana itu foto nya bersama Syaera. "Jangan sebut dia lagi, dia udah ninggalin aku sama pria lain,"jujurnya.

Mamanya pun berdehem menarik pelan agar cowok itu mau bersandar di bahunya.

"Kamu benci sama dia?"

Zero menggeleng lembut.

"Udah bicara sama dia?"

Zero mengangguk lalu memeluk mamanya.

"Zero hanya kecewa,"ungkap cowok itu.

"Zero kecewa kenapa di kehidupan yang hanya satu kali ini aku gak sama dia, kenapa di cerita yang singkat ini aku sendirian yang terluka sementara dia bahagia."

"Ini tuh bener-bener sakit loh ma? Apalagi liat dia senyum dan ketawa sama cowok itu diatas penderitaan aku. Apa aku bisa? Apa aku sanggup setiap hari lihat mereka bermesraan sama mata kepalaku?"

"Aku gak sanggup ma...,"

Catrin yang sejak tadi diam dibalik pintu tak sengaja mendengar pembicaraan mereka hanya menunduk menatap bungkus kado pita merah jambu yang hendak diberikannya kepada Zero.

***

Catrin duduk berhadapan dengan Syaera disebuah cafe. Perihal ajakan bertemu dadakan dari Catrin Syaera jadi tidak sempat memperbaiki penampilannya.

"Bagaimana rumahtangga Lo?"tanya Catrin.

"Baik,"jawab Syaera tersenyum lebar.

"Kelnan memperlakukan Lo dengan baik, Sya?"

Syaera mengangguk sebagai jawaban.

"Sejujurnya... gue ngajak Lo ketemu disini itu karena suatu hal. Gue punya permintaan sama Lo sekaligus permohonan."

"Apa itu?"

Catrin tersenyum berat menghela nafasnya.

***

"Tolong temui Zero untuk terakhir kali gue mohon, Sya."

Syaera berjalan kaki sedikit berlari berharap masih sempat mengejar Zero di rumahnya.

"Sebelum dia pergi kasih dia kesempatan buat ngobrol leluasa sama Lo, agar dia gak tertekan, agar dia gak jadiin Lo alasan dia pergi. Gue mohon selesaikan permasalahan kalian secara tuntas karena gue sayang sama kalian!"

"Gue gak mau kita bertiga sehancur ini, please...,"

"Gue gak bisa lihat Zero sehancur ini...,"

"Gue cinta sama Zero, Sya."

Syaera menaik turunkan nafasnya.

"Zero!"teriaknya membuat sang empu yang baru hendak masuk mobil jadi menghentikan langkahnya.

***

Sekarang Syaera tengah duduk berdua sama Zero di bangku taman dekat rumahnya. Memberikan Syaera segelas susu coklat hangat, Zero menyeduh miliknya kemudian duduk di samping Syaera.

"Mau apa?"tanya Zero berusaha semaksimal mungkin untuk tetap santai.

Dua-duanya sama-sama canggung. Syaera mengigit bibirnya sedikit gak enakan.

"Lo mau pindah kok gak bilang?"

"Dadakan,"jawab Zero singkat

Syaera tersenyum mengangguk. "Lo ... benci banget ya, sama gue sekarang?"

Zero tak bergeming.

"Gue minta maaf."

Syaera menghela nafas lalu melirik kedepan dengan serius.

"Gue tulus minta maaf sama Lo. Terlepas Lo mau maafin atau enggak, gue cuman mau bilang beberapa hal sebelum Lo beneran pergi, Zer."Katanya lagi.

"Tolong Lo pertimbangkan keputusan Lo."

Zero mengernyitkan dahinya tak mengerti.

"Bukan karena gue, tapi demi diri Lo sendiri."Ucap Syaera tegas. "Gue tau keadaan Lo sekarang sedang kacau, gue juga ngerti bagaimana kecewanya Lo karena gue, tapi Zer apa Lo pernah berpikir? Dari dulu meninggalkan kota ini bukanlah pilihan Lo. Kalo menurut Lo alasan Lo disini itu udah gak ada, paling enggak Lo pikir, ada orang lain yang menjadikan Lo alasan kenapa gue bisa sampai disini buat nahan Lo agar gak pergi."

Zero menghela nafas berat kemudian menjambak rambutnya prustasi.

"Keputusan gue udah bulat Sya. Gue akan tetap pergi,"jawabnya. "bukan karena Lo, tapi demi masa depan gue."Jelasnya.

"Apa Lo gak takut kalau gue gak pergi gue bakal hancurin rumah tangga Lo?"kekehnya membuat Syaera berdecak.

"Gue percaya Lo orang baik kok Zer."

Keduanya saling melempar senyum. Zero pun akhirnya tersenyum manis kepada Syaera.

"Maka dari itu, Lo juga harus percaya, kepergian gue adalah keputusan yang terbaik buat semuanya, Sya."

***

Syaera menatap laju mobil yang mulai meninggalkan area halaman rumah Zero. Sambil tersenyum melambaikan tangan ia mengingat perkataan Zero beberapa menit lalu.

"Titip salam gue buat Catrin. Dia ngambek gak mau nganterin gue ke bandara karena katanya dia gak mau liat gue pergi lagi. Mungkin lagi nangis darah sekarang? Hahaha,"

"Tolong bilang ke dia buat jaga diri baik-baik sampai gue kembali."

Senyum Syaera terbit. "Gue bakal pastiin Catrin baik-baik aja sampai Lo nepatin janji Zero,"gumamnya menatap kepergian Zero dari sana.

"Lo gak mesti sembunyi lagi,"ujar Syaera memperlihatkan Catrin keluar dari persembunyiannya.

Gadis itu menangis mengeluarkan air matanya menatap kepergian Zero.

"Hati gue sesak banget, Sya,"katanya.

Syaera paham. "Lo harus percaya dan nungguin dia."

"Gue bakal selalu nungguin dia kok, Sya. Menunggu itu keahlian gue."

Keduanya saling berpelukan.

Gue bakal nungguin Lo selama apapun itu Zero beo batin Catrin

Tbc

MARRIED WITH KELNAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang