Happy reading
*
*
*
*
*"Nak Elyn gimana makanannya?" Tanya Bu Marni dengan senyuman yang menghiasi bibir Wanita paruh baya itu.
"Maaf ya, Ibu cuman bisa masak seadanya." Bu Marni merasa tak enak hati karena di meja makan hanya ada tumis kangkung, tahu goreng, nasi, dan terakhir sambal merah.
Elyn yang tadinya pokus makan, mengalihkan pandangannya menatap Bu Marni di sertai senyum tipis. "Ini sudah lebih dari cukup Bu. Justru saya yang gak enak karna sudah menumpang makan di rumah Ibu dan Mila." Gadis itu menggaruk pipinya karna merasa tak enak hati.
Mila dan Bu Marni yang mendengar ucapan Elyn hanya bisa terkekeh kecil. "Kamu ini. Kan Ibu yang menawari kamu untuk makan. Jadi, kamu jangan merasa tak enak sama Ibu dan Mila."
Mila mengangguk menyetujui ucapan sang Ibu. "Bener tuh Lyn, Kamu jangan sungkan sama aku dan Ibu ya hehe." Cengir Mila lucu.
Senyuman tulus Elyn berikan kepada mereka. "Terima kasih Bu, Mila..." Mata Elyn berkaca-kaca.
Tentu saja mereka kaget melihat mata Elyn yang akan menumpahkan air. "E-ehh nak Elyn, Ada yang salah ya sama ucapan Ibu dan Mila?"
"Atau ucapan Ibu nyakitin hati kamu?. " Raut Wanita paruh baya itu terlihat khawatir, tak beda jauh dengan Mila.
"Elyn maafin Mila ya kalo ucapan Mila nyakitin kamu juga." Ujar Mila merasa bersalah.
"E-ehh." Elyn tersadar dari lamunannya ketika mereka berdua memeluk dirinya. "Ngga Bu, saya gak papah ko. Saya cuman terharu aja sama kebaikkan kalian."
Bu Marni dan Mila menghela nafas lega, mereka kira Elyn menangis karna ucapan mereka. "Nak Elyn bisa aja, Kalo mau nak Elyn bisa sering-sering datang kesini."
"Mila juga jarang keluar rumah. Jadi, kalian bisa berteman." Ujar Bu Marni lembut.
Mila mengangguk antusias, mata gadis manis itu berbinar cerah. "Iya. Kamu sering-sering datang kesini ya..Aku bosen sendiri mulu." Bibirnya mengerucut lucu.
"Kamu mau kan jadi temen Mila??" Elyn menatap mata Mila yang terlihat penuh harap.
Tak apa bukan berteman dengan gadis manis ini?
Walau pun sedikit ragu, tetapi Elyn tetap mengangguk. Mila yang melihat anggukkan Elyn tentu aja merasa senang bukan Main.
Elyn teman pertamanya. Jadi, dirinya sekarang sangat bahagia. Waktu di sekolah, tak ada yang mau berteman dengannya. Di karnakan ia hanya seorang anak penjual nasi goreng. Sedangkan murid-murid di sana rata-rata anak orang kaya atau anak konglomerat.
"Makasih Elyn..." Ujar Mila tulus.
"Sama-sama"
Lalu ketiganya kembali melanjutkan acara makan mereka yang sempat tertunda. Bu Marni dan Mila bercanda tawa bersama tetapi mereka juga mengajak Elyn.
Elyn hanya tersenyum tipis ketika dirinya di beri pertanyaan dari mereka.
Hangat..
Nyaman..
Dan Tenang..
Hatinya menghangat melihat suasana ini, kenapa keluarganya tak seperti Mila dan Bu Marni? Kenapa keluarganya tak sehangat keluarga Mila? Bohong jika Elyn tak merasa iri dengan Mila. Tetapi, dirinya cukup sadar diri bahwa dirinya bukan siapa-siapa bagi mereka.
Elyn tersenyum miris. Bisakah suatu saat nanti keluarganya seperti mereka?
Elyn harap bisa.
*
*
*Setelah acara makan mereka selesai, Elyn berniat untuk berpamitan kepada Mila dan Bu Marni.
"Ibu, Mila makasih ya atas makan malamnya, di luar juga udah reda ujannya jadi saya mau pamit pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Revalina's Transmigrasi
Teen Fiction⚠Warning Typo bertebaran⚠ Cerita tidak dilanjutkan!! Happy reading... Revalina Agramada nama seorang gadis yang memiliki sejuta pesona di mana-mana, sayangnya hidup Reva tak seindah namanya. Gadis biasa yang hidup di panti tak membuat sifat Reva sep...