38. Curahan hati Eora🍒 (Revisi✔)

518 23 4
                                    

Happy reading

Elyn memutar bola matanya malas, sudah satu minggu lamanya dirinya tak sekolah. 5 hari yang lalu Elyn telah keluar dari rumah sakit.

Dia jengah dengan temannya yang posesif, entah sejak kapan Vania menjadi posesif seperti sekarang.

"Nah, jadi lo gak boleh kemana mana, jangan dulu pergi kemana mana, jangan bergadang karna lo masih sakit, jangan lupa makan, minum obat, istirahat yang cukup." Vania terus saja mengoceh tanpa henti membuat kuping Elyn panas.

Gadis itu menghela nafas lelah, ia menutup matanya lalu membukanya kembali."Bisa diem gak?! Pusing gue dengernya!" Sentak Elyn menatap tajam Vania membuat gadis itu bungkam dengan bibir cemberut.

"Gue kan khawatir sama lo Lyn!" Sahut Vania tak terima.

"Diem!"

Akhirnya Vania tak berbicara lagi membuat Elyn lagi lagi menghela nafas pelan, dia mengerti bahwa temannya ini sangat mengkhawatirkan dirinya. Tetapi, itu sangat berlebihan bukan?

"Sorry." Lirih Elyn lalu memejamkan matanya untuk tidur.

Vania menatap Elyn dengan pandangan rumit, setelah Evelyn tertidur, dia segera pergi dari sana. Entah kenapa wajah Vania berubah datar setelah keluar dari sana.

Dia menyeringai sembari terkekeh pelan,"Huhhh....cukup melelahkan." Gumamnya.

__________

"Mah, apa boleh sekarang aku menolak permintaan mamah?" Cicit seorang gadis sembari menunduk takut melihat sang ibu.

Wanita tersebut menatap anaknya tajam,"Silahkan, jika kau bosan hidup bersamaku! Kau boleh pergi tanpa membawa apapun yang aku berikan padamu!" Ujar Wanita itu datar.

Aura sekitar tiba tiba terasa dingin dan menusuk kulit, sang gadis semakin menunduk dia takut dengan aura yang tidak mengenakkan dari sang ibu.

"M-maaf..." Lirihnya terbata bata, mata gadis itu berkaca kaca siap menumpahkan butiran kristal yang akan tumpah.

"Jadilah anak ku yang penurut! Kau hanya ikuti ucapan ku dan kau aman!" Ucap sang Ibu dingin dengan tatapan tajamnya.

Gadis itu mengangguk kaku, dia berusaha untuk menahan tangisnya yang akan tumpah.

Wanita tersebut menghampiri putrinya yang duduk dikursi, dia mengelus lembut surai hitam dan panjang milik sang putri,"Menurutlah pada Ibu nak, Ibu melakukan ini juga untuk mu..."

Gadis itu menegang, dia mendongak menatap netra hitam milik Wanita yang telah melahirkannya.

Tanpa sadar air matanya menetes.

"Jangan menangis, ibu merasa jahat karna membuat mu menangis." Ucapnya lalu menghapus air mata yang ada dipipi sang putri dengan tangannya.

"I-ibu?" Dia terkejut dengan ucapan sang Ibu.

Sudah lama ia tak boleh memanggilnya dengan sebutan Ibu entah mengapa, dia selalu memanggilnya dengan sebutan Mama.

Seolah dalam raga sang Ibu ada dua jiwa yang berbeda, mata gadis itu kembali berkaca kaca. Matanya menyiratkan kerinduan yang mendalam.

Revalina's TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang