37. Obsesi Eora🍒 (Revisi✔)

463 21 1
                                    

Happy reading

"Udahlah Ra, mungkin Aidan bukan jodoh lo." Ujar salah satu gadis sembari memutar bola matanya malas.

Eora menatap tajam gadis yang menjabat jadi sahabatnya,"Gak! Sampai kapanpun dia akan tetep jadi milik gue!" Sarkas Eora penuh obsesi.

"Ck. Obsesi lo itu akan bawa lo kedalam kesengsaraan Ra!" Sahut gadis dengan pita pink dirambutnya.

Tangan Eora mengepal,"Gue cinta sama Aidan bukan obsesi!!"

"Itu bukan cinta tapi obsesi, lo bisa bedain gak sih?!"

"Gue bilang! Gue bukan obsesi!" Sentaknya.

"TERSERAH LO RA! KITA UDAH KASIH TAU LO KAN?! KITA GINI KARNA GAK MAU HIDUP LO SENGSARA!"

Gadis dengan pita pink dirambutnya, mengelus punggung sahabatnya pelan,"Udah Al, lo sabar jangan pake emosi."

Al berdecak kesal,"Dia- anjing lah! Serah lo Ra, gue gak bisa apa-apa kalo nantinya dimasa depan hidup lo sengsara karna obsesi lo itu!"

"Terserah lo!" Sentak Al lalu beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan mereka berdua dengan keheningan.

"Gue mohon Ra, kita gini peduli sama lo. Bener yang diomongin sama Al, gue harap lo bisa berfikir jernih dan bisa mikirin lagi masalah ini. Gue udah anggap lo kaya saudara gue sendiri, gue gak mau lo kenapa-napa."  Nasihat Bella.

Gadis itu beranjak dari sofa, dia tersenyum kecil melihat sahabatnya. Sebelum pergi, ia menyempatkan mengelus rambut Eora lembut.

"Gue gak mau adik kecil gue kenapa-napa, Gue sama Al sayang sama lo Ra, lupain obsesi lo dan kita mulai kaya dulu lagi? Dimana Eora yang penuh keceriaan, senyuman dan kebahagiaan, gue pergi ya?" Setelah mengucapkan itu, Bella bener-bener pergi dari sana.

Eora terdiam, matanya menatap kosong kedepan, apakah dirinya harus melupakan Aidan? Cinta pertamanya sejak masih duduk dibangku SD.

Atau harus terus mengejar Aidan sampai ia bisa mendapatkan laki laki berwajah datar itu?

Disatu sisi ia tak ingin kehilangan cinta pertamanya, tapi disisi lain ia juga tak mau omongan sahabatnya akan terjadi dimasa depan.

Dia bingung!

"Akh-! Gue harus gimana?!"

Dia menghela nafas pelan, punggungnya ia sandarkan kesofa dengan mata tertutup. Kepalanya pusing terasa berputar putar.

Ia memijat pelipisnya menghilangkan pusing yang menyerang. Tangannya kembali terkepal, ia sudah memegang teguh pendiriannya bahwa apa yang ia inginkan harus dirinya dapatkan.

"Gak! Pokonya gue harus bisa dapetin Aidan, gimanapun caranya!" Kobaran obsesi sangat jelas terlihat dari mata Eora.

Gadis itu beranjak dari sofa lalu berlalu dari sana.

Bella menepuk pelan pundak Al, gadis berwajah datar itu masih kesal dengan sahabatnya."Udah Al, bukan Eora namanya kalo gak gitu. Lo maklumin aja oke?! Kita cuman perlu kasih nasehat aja buat Eora, walaupun awalnya dia gak dengerin kita." Bella menarik nafasnya pelan.

"Tapi gue yakin, lama kelamaan dia juga akan dengerin ucapan kita."

Al hanya melirik sekilas,"Temen lo keras kepala Bell! Gue cuman gak mau dia sengsara nanti dimasa depan!"

Bella hanya tersenyum tipis,"Dia temen lo juga Al."

Al mengangkat bahunya acuh dan berjalan lebih cepat mendahului Bella, membuat gadis dengan pita pink dirambutnya mendengus kesal lalu berlari mengejar Al.

"TUNGGUIN GUE AL!"

__________________♡

Pagi harinya Eora membuat bekal untuk laki laki yang menjadi cinta pertamanya, senyum manis tak pernah luntur dari bibir Eora membuat gadis  itu berkali kali lipat sangat menggemaskan.

Dia sedikit berlari keluar dari mansionnya, kedua orang tuanya sudah berangkat kerja sedari ia belum bangun.

Ketika ingin membuka pintu, dirinya dikagetkan dengan kedatangan kedua sahabatnya ditambah dengan seragam yang mereka gunakan sama dengannya.

"Hai Ra," Sapa Bella dengan senyum lebarnya.

Senyuman Eora sedikit turun,"Kalian ngapain kesini?"

Senyum Bella semakin lebar sedangkan Al hanya menampilkan raut wajah datar,"Kita akan pindah kesekolah lo hari ini! Lo seneng gak?" Bella terlihat antusias.

Dengan kaku Eora mengangguk, ia melirik bekal yang ada ditangannya. Senyum dibibir Eora kembali mengembang indah.

"Buat Aidan?" Tanya Al dingin.

"Hm."

Al berdecak pelan, lalu pergi dari sana menuju mobil yang ia kenakan dengan Bella. Meninggalkan mereka berdua.

Bella merangkul bahu Eora,"Jangan difikirin, kalo udah cape berhenti ya? Gue tau, lo juga gak mau kaya gini kan?"

Eora mengangguk. Lalu mereka pergi dari sana menyusul Al yang sudah duduk dikursi pengemudi.

Suasana didalam mobil hening, Bella sengaja duduk dibelakang dan Eora duduk disamping Al. Ia tak ingin keduanya saling diam seperti ini.

"Ayolah guys jangan gini! Gue gak mau persahabatan kita hancur." Sahut Bella memulai pembicaraan.

Al melirik Bella menggunakan kaca yang tergantung diatas begitupun dengan Eora, lalu keduanya saling lirik. Al memutuskan kontak matanya terlebih dahulu, gadis itu berdecak kesal.

"Sorry." Hanya itu yang Al katakan tanpa melihat kedua sahabatnya, ia fokus melihat kedepan.

Eora melirik sekilas,"Ya." Setelahnya tak ada percakapan dari kedua gadis itu membuat Bella kesal. Bukan ini yang ia inginkan! Ia ingin keduanya mengobrol seperti dulu.

"Hahhhh...."Bella menghela nafas pelan,"Terserah kalian deh." Ujar Bella pasrah sembari mengangkat kedua tangannya.

Mereka tak menyahuti ucapan Bella. Ketiganya sibuk dengan urusan mereka sendiri.

20 menit kemudian Eora dkk telah sampai di SMA Galaksi. Mobil hitam milik Al sangat mencolok membuat mobil itu menjadi pusat perhatian.

Tanpa basa basi Al segera turun dari mobil dengan tatapan tajam dan sangat datar, diikuti oleh teman temannya.

Tak ada drama saling teriak teriak, mereka yang sudah tau disana ada Eora hanya melirik sinis gadis itu. Meskipun mereka bingung siapa dua orang gadis yang bersama Eora?

Sampai dimana beberapa motor berdatangan, mereka tak aneh lagi dengan mereka. Bisa ditebak mereka adalah Reza dkk, masih ingat dengan Reza?

Tak ada teriakan untuk mereka dari siswa siswi SMA Galaksi. Entah lah, semenjak Elyn tidak bersekolah. Semuanya terasa asing dan beda.

Senyum Eora mengembang indah, dia berlari kecil menghampiri seorang laki laki dengan motor hitam yang ada corak biru.

Sesampainya disana, menyodorkan bekal yang ada ditangannya kehadapan si pemuda, membuat pemuda itu menghela nafas kasar dan hanya menatap datar cewek yang ada didepannya.

"Buat kamu, aku udah capek tau bikinnya." Ujar Eora lembut.

Al dan Bella menghela nafas pasrah, kedua gadis itu menghampiri sahabatnya.

"Minggir!" Ucap Aidan datar.

Gadis itu menggeleng kepalanya,"Nggak! Kamu kenapa sih jadi selalu nolak apa yang aku kasih sama kamu?!"

Mata Aidan semakin menajam,"Gue bilang minggir!"

Al menghela nafas kasar,"Gak usah jadi cewek murahan Eora! Ayo pergi." Sahut Al dingin dan segera menyeret tangan Eora di susul Bella.

"AL GUE MASIH PENGEN SAMA AIDAN!" Teriak Eora berusaha melepaskan cekalan tangan Al ditangannya.

"Fans lo gitu amat Den." Celetuk Elzra ngeri.

"Bener. Jangan jangan dia terobsesi sama Aidan." Timpal Shaka.

(Aidan dibaca Aiden)

Aidan tak memperdulikan ucapan teman temannya dan segera meninggalkan parkiran.

Revalina's TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang